Setelah menyelesaikan misi SD-Card Rahasia mereka semua pensiun dari profesi mereka.
Pak Tanza selaku pelatih intel yang juga disebut intelijen atau agen rahasia sudah pensiun dari jabatannya karena sudah kepala lima.
Ke 7 orang muridnya yakni: Jaey, Amanda, Satria, Agus, Herman, Jacka, dan Khanif juga memutuskan pensiun dari agen rahasia meskipun baru kepala empat kecuali Amanda dan Khanif yang baru mendekati kepala tiga.
Menikmati masa pensiunnya mereka berdelapan menjalani hidup masing-masing dan tinggal di berbagai provinsi yang berbeda-beda.
Sampai suatu hari Bu Fanny, istri dari Pak Tanza, menemukan berkas daftar murid di meja kerja Pak Tanza.
Di berkas itu tertulis daftar nama agen rahasia yang pernah menjadi murid Pak Tanza yaitu Jaey, Amanda, Satria, Agus, Herman, Jacka, dan Khanif.
Bu Fanny fokus pada mantan agen rahasia yang bernama Jaey karena lulus dengan nilai terbaik. Dan dari foto profilnya juga dia terlihat paling tampan diantara mantan agen lainnya.
"Aku pilih yang ini aja deh." Ucap Bu Fanny dalam hati.
Bu Fanny kemudian mengakses akun FB milik Jaey yang tertera di berkas itu dan mengirim pesan melalui inbox.
"Apakah anda Jaey? mantan murid dari suami saya, Pak Tanza?" Tanya Bu Fanny melalui pesan di inbox FB itu.
Tak berapa lama kemudian muncul balasan "Ya, benar."
"Bolehkah saya meminta bantuan anda menyelidiki suami saya?"
"Ya, tentu."
"Begini, 2 hari lalu suami saya dari Sumatera ke Jakarta namun sudah 2 hari ini belum juga pulang. Tolong selidiki apakah Bapak bersama wanita lain?"
"Sebelumnya mohon maaf Ibu, untuk menyelidiki Pak Tanza di Jakarta saya rasa biayanya akan mahal. Terlebih Pak Tanza adalah mantan pelatih pasti menginapnya di hotel-hotel mewah. Jika menyelidikinya berarti saya juga harus menginap di hotel mewah itu, Ibu!"
"Tidak masalah, apakah 200 juta cukup?"
"Baik Bu, saya rasa 200 juta cukup."
Setelah meminta nomor rekening milik Jaey dan mengobrol terkait hal-hal lainnya kemudian Bu Fanny mentransfer uang 200 juta ke Jaey.
***
Setelah itu, di kamarnya Jaey menggerutu sendirian, kalau bukan istri dari Pak Tanza yang meminta bantuan, mungkin dia akan menolak, sebenarnya dia sudah malas menjadi intel, capek, tidak tidur 24 jam demi mengawasi target, belum lagi perikraan bahaya yang akan muncul, tak jarang terlibat baku tembak, dll, wkwk.
"Heufft.. Aku hanya ingin hidup tenang di masa pensiunku." Gerutunya.
Tapi dia sudah terlanjur menyanggupi permintaan dari Bu Fanny dan sebagai mantan intel terbaik dia harus bersikap profesional, ketika menyanggupi sesuatu maka harus benar-benar dilakukan, tak peduli apapun resikonya.
Sebenarnya dia bisa saja melimpahkan tugas ini ke agen lain yang lebih muda, tapi ya begitu deh semua ini demi mengejar satu kata yaitu profesionalisme.
***
Transfer Rp. 200 juta dari Bu Fanny sudah masuk dan Jaey langsung mencari informasi keberadaan Pak Tanza di Jakarta.
Di zaman digital sekarang ini tidak terlalu sulit mencari keberadaan orang lain terlebih bagi dirinya yang merupakan mantan agen rahasia, tinggal klak-klik di Google langsung ketemu infonya.
Berdasarkan informasi dari Google, Pak Tanza sedang berencana akan menonton Konser Coldplay di Jakarta sebuah konser bertajuk "Music of the Spheres World Tour".
Jaey berencana mengawasi Pak Tanza di konser tersebut barangkali dia menonton bersama selingkuhannya agar dapat di laporkan ke Bu Fanny.
Jaey mencari informasi mengenai konser tersebut yang ternyata menurut berita tidak disetujui oleh Ormas karena diduga mempromosikan LGBT.
Salah satu Organisasi Masyarakat menentang keras diadakannya konser tersebut dan mereka mengancam akan mengacaukannya bahkan tak segan-segan akan merobohkan panggungnya.
Ormas sudah protes ke Menkopulhukam tapi pejabat terkait tetap bersikeras menyelenggarakan konser tersebut.
Ormas menduga ada kepentingan politik di balik konser tersebut dan melaporkan Menkopulhukam ke Polisi.
Meskipun menuai kontroversi tapi konser tetap diselenggarakan dan pihak Coldplay senang tour mereka diterima dengan baik dan mereka memberikan hadiah ke Indonesia berupa satu buah pembersih sampah sungai berteknologi canggih sebagaimana mereka juga memberikan hadiah serupa ke negara lain.
Dari segi penonton diperkirakan akan mencapai 80 ribu penonton yang memenuhi Stadion Utama GBK dengan tiket mulai Rp.800 ribu - Rp.11 juta.
Bayaran untuk Coldplay sendiri berkisar Rp.24 milyar - Rp.87 milyar.
Dan diperkirakan Indonesia akan untung sekitar 1 milyar rupiah plus keuntungan lainnya seperti UMKM dari penjual yang berjualan disekitar stadion.
***
Jaey bingung harus membeli tiket yang mana, apakah yang harga Rp.800 ribu atau yang Rp.11 juta.
Jaey membayangkan kira-kira Pak Tanza akan membeli yang mana? Jaey harus tau agar dapat mengawasi Pak Tanza dari dekat. Kalau Pak Tanza membeli tiket VIP sementara Jaey memilih tiket ekonomi kemungkinan akan sulit bagi Jaey mengawasi Pak Tanza karena mungkin bakal berjauhan kursi penontonnya.
Tapi orang Indonesia itu biasanya "pelit" pasti membelinya yang paling murah, jadi kemungkinan Pak Tanza akan membeli tiket yang Rp.800 ribuan.
Saking pelitnya, terkadang membeli melalui jalur gelap, dan Jaey membelinya melalui jalur itu, tapi sebagai mantan intel, setelah membeli lalu dia melaporkan penjual tiket gelap itu ke Polisi dan penjual gelap itu tertangkap bersama duitnya berjumlah milyaran, penjual tiket gelapnya lumayan cantik hampir saja Jaey lupa dengan misi utamanya untuk mengawasi Pak Tanza.
***
Konser di mulai dan penonton masing-masing mendapatkan gelang Xyloband.
Xyloband adalah gelang yang bisa menyala sesuai dengan musik.
Sebelum dan di tengah konser, pihak manajemen meminta agar penonton mengembalikan gelang tersebut setelah acara selesai.
Semua penonton mengiyakannya, sementara mata Jaey liar kesana kemari mencari Pak Tanza dan berhubung Pak Tanza adalah mantan gurunya jadi tidak sulit menemukannya.
"Wah luar biasa ada 80 ribu penonton." Ucap pembawa acara.
Seiring ucapan dari pembawa acara itu lampu sorot menyoroti penonton dan Jaey mengetahui posisi duduk Pak Tanza. Lagipula Jaey menggunakan kaca mata canggih yang dapat melihat dalam gelap, meneropong, memindai wajah, merekam dan memfoto menggunakan kaca mata itu.
Jaey melihat disamping Pak Tanza ada seorang gadis yang masih muda berusia sekitar 18 tahun dan sedangkan Pak Tanza berusia sekitar 52 tahun.
Dan yang paling membuat Jaey terkejut di kursi belakang Pak Tanza ada Satria, Jacka, dan Khanif.
Jaey berfikir keras ada urusan apa mereka bertiga berada di kursi belakang Pak Tanza?
Apakah mereka bertiga Bodyguardnya Pak Tanza?
Jaey harus lebih berhati-hati, dengan adanya mereka bertiga mengindikasikan ada sesuatu yang lebih besar dibalik semua ini.
Mereka bertiga adalah mantan agen rahasia selevel Jaey dan mereka biasanya menangani misi yang besar-besar saja.
Jika Pak Tanza menyewa sampai tiga agen sekaligus seperti itu berarti ada hal besar yang mungkin bakal terjadi.
Sepertinya ini bukan sekedar misi mengungkap perselingkuhan biasa.
***
Konser sudah selesai dan semua penonton berduyun-duyun untuk pulang sambil menyerahkan gelang Xyloband ke pihak manajemen.
Namun Pak Tanza beserta selingkuhan dan ketiga bodyguardnya tampaknya keluar dari pintu lain.
"Waah.." pikir Jaey, "Mereka tidak mengembalikan gelang Xyloband itu berarti mereka tidak patuh aturan".
Takut kehilangan jejak, Jaey buru-buru mengejar mereka berlima hingga akhirnya Jaey juga lupa mengembalikan gelang Xyloband itu, wkwk..
Saat di parkiran Jaey buru-buru menyalakan mobil untuk mengejar mobil mereka berlima tapi terlalu banyak pengendara yang menghalang-halanginya untuk lewat. Suara klakson bersahutan, semuanya ingin duluan, target buruan sudah jalan duluan di depan sementara mobil Jaey hanya bisa maju sejengkal demi sejengkal.
"Sial, target ku bisa hilang kalau begini caranya." Pikir Jaey.
Seorang agen rahasia di tuntut untuk berfikir cepat dan mengambil keputusan terbaik diantara pilihan terburuk.
Tak ada pilihan yang lebih baik, Jaey keluar dari mobilnya dan berlari mengejar mobil target, pengendara lain marah karena Jaey meninggalkan mobilnya di tengah jalan, haha..
Jaey berlari memotong tikungan dari tempat parkir ke jalan besar dan di belakang mobil target ada mobil berwarna pink, berhubung belum terlalu jauh dari area parkir jadi mobil-mobil masih berjalan lambat dan sambil berlari Jaey mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil berwarna pink dan begitu pintunya dibuka Jaey langsung masuk kedalam dan berkata pada seorang wanita yang menyetir mobil pink itu.
"Tolong kejar mobil hitam yang ada di depan." Pinta Jaey.
"Nda sopan masuk mobil orang tanpa permisi." Ucap wanita yang menyetir mobil pink itu terlihat kesal tapi tetap menuruti permintaan Jaey.
"Lho Mand, kamu ya? Kebetulan banget, ayo cepat kejar mobil hitam itu." Ucap Jaey kaget begitu menyadari kalau wanita itu adalah Amanda, kekasihnya.
"Memang ada urusan apa kamu menyuruhku mengejar mobil hitam itu?" Tanya Manda.
"Rahasia dong." Jawab Jaey.
Mereka memang begitu selalu main rahasia-rahasiaan, namanya juga agen rahasia, jadi tidak saling mengetahui rahasia masing-masing.
Dalam kamus mereka juga tidak ada istilah: "Met bobo, met maem, mau pergi kemana, dll." Semuanya berjalan secara alami seperti pertemuan mereka saat ini yang bertemu secara tiba-tiba tanpa rencana.
Setelah beberapa lama melakukan pengejaran terhadap mobil hitam tak terasa sudah memasuki jalan tol semua mobil melaju dengan cepat dan sepertinya mobil hitam yang ada di depan memiliki teknik kamuflase yang baik, mereka berhasil lolos dari kejaran mobil pink milik Amanda yang ditumpangi oleh Jaey.
Jaey tidak heran jika mereka berhasil lolos karena Pak Tanza memiliki bodyguard (Satria, Jacka, dan Khanif) yang benar-benar ahli dalam berkamuflase, mengecoh dan seterusnya. Itu menandakan Pak Tanza sangat berhati-hati dalam menutupi perselingkuhannya.
***
Berhubung sudah kehilangan jejak akhirnya Jaey dan Amanda memutuskan untuk pulang kerumah.
"Jadi kita kemana?" Tanya Manda.
"Pulang kerumahku." Jawab Jaey.
"Pulang kerumahmu?" Tanya Manda.
"Iya, rumahku kan rumahmu juga." Gombal Jaey.
"Vangke, ogah ikut kerumahmu takut bunting." Jawab Manda.
"Ayolah, kita kan orang moderen?" Ucap Jaey.
"Apa hubungannya sama moderen?" Tanya Manda.
"Orang moderen kan gak takut dosa." Jawab Jaey.
"Apa hubungannya sama gak takut dosa?" Tanya Manda.
"Maksudku ayo kita kumpul kebo." Jawab Jaey berterus terang.
"Oh.., gitu dong ngomong terus terang, kayak baru kenal aja lu ama gua." Ucap Manda.
"Jadi gimana mau ga kumpul kebo." Tanya Jaey.
"Ayo.." Jawab Manda.
"Haha.." Dan mereka pun tertawa bersama-sama.
Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan halaman rumah Jaey. Mobil yang di tinggalkan oleh Jaey di tengah jalan SUGBK tadi sudah pulang dengan sendirinya ke rumah Jaey.
Mobil tersebut adalah Tesla keluaran terbaru dengan perangkat canggih AI yang bisa menyetir sendiri dan pulang sendiri meski tanpa awak, wkwk..
"Ayo Mand masuk." Jaey mengajak Amanda masuk kerumah.
Beberapa jam berlalu Jaey dan Amanda tertidur dalam satu selimut sampai akhirnya Jaey terbangun oleh suara pesan WA masuk.
"Bagaimana perkembangan penyelidikannya, Jaey?" Bunyi chat itu dari Bu Fanny, sepertinya Bu Fanny belum tidur sampai jam 2 dini hari mungkin karena pusing memikirkan Pak Tanza.
"50% positif, Bu. Tadi saya melihat Pak Tanza bersama seorang gadis muda tapi saya belum yakin apakah itu selingkuhannya atau bukan." Ucap Jaey membalas chat dari Bu Fanny dan melampirkan foto serta rekaman video yang direkam menggunakan kaca mata canggih milik Jaey.
Tak ada balasan lagi dari Bu Fanny, besar kemungkinan Bu Fanny sedih atau menangis jadi tidak sanggup lagi membalas chat itu.
Berhubung tak ada lagi pertanyaan dari Bu Fanny, Jaey kembali menarik selimut dan memeluk Manda, melanjutkan tidur karena masih jam 2 pagi.
***
Pagi harinya Jaey dan Manda minum kopi menghadap meja bundar sambil membaca berita rekomendasi di browser chrome.
Sebuah berita tentang komentar dari pakar yang mengatakan konser di Indonesia belum tertib dan krisis etika dan kejujuran karena masih banyak yang belum mengembalikan gelang xyloband.
Perbandingan persentase pengembalian xyloband di Jakarta dengan kota lainnya.
Tokyo : 97%
Copenhagen: 96%
Buenos Aires: 94%
Kaohsiung: 93%
Gothenburg: 85%
Amsterdam: 82%
Berlin: 80%
Jakarta: 77%
(Sumber: hot.detik.com)
Jakarta mewakili Indonesia hanya mengembalikan sebanyak 77% saja.
Selesai membaca berita itu, Jaey melirik ke lengan Amanda dan dengan sedikit berteriak dia berkata "Naaah ini dia malingnya yang tidak mengembalikan gelang itu." Ucap Jaey tertawa, sambil menunjuk lengan Amanda.
"Maling teriak maling." Balas Manda sambil menunjuk lengan Jaey yang juga mempunyai gelang itu.
"Yee, saya mah punya alasan karena lupa, kalau kamu sengaja kan tidak mengembalikannya?" Tuduh Jaey.
"Enak saja, saya juga lupa kali." Balas Manda cemberut.
Meskipun cemberut tapi tetap terlihat manis dan itu cemberut terindah yang pernah Jaey lihat di pagi itu.
Entah kenapa setiap bersama Amanda, Jaey seolah merasa menjadi muda kembali, serasa 20 tahun lebih muda dari usia yang sebenarnya dan sangat bersemangat.
"By the way buat apa kamu menyuruhku mengejar mobil hitam tadi malam?" Tanya Manda.
"Di dalam mobil itu ada Pak Tanza yang kemungkinan bersama selingkuhannya." Jawab Jaey.
"Oh jadi kamu memata-matai Pak Tanza?" Tanya Manda.
"Ya begitulah, aku disuruh oleh Bu Fanny." Jawab Jaey.
"Terus gimana selanjutnya?" Tanya Manda.
"Ya bingung kehilangan jejak, mau cari kemana lagi." Jawab Jaey.
"Sudah coba tanya ke Bu Fanny belum barangkali mereka punya rumah di Jakarta." Usul Manda yang juga merupakan mantan agen rahasia dan memiliki kemampuan insting seorang intel.
"Yaa, good idea, kamu memang sumber inspirasiku sayang." Ucap Jaey senang sambil mengecup Manda dan langsung mengirim WA bertanya ke Bu Fanny.
Setelah mengirim WA bertanya ke Bu Fanny pandangan Jaey kembali terarah ke berita rekomendasi di browser chrome yang ada di hapenya.
Diberita tersebut mengatakan penjual tiket gelap yang tertangkap tadi malam mengaku memiliki bos sindikat dan dia memberikan foto bos nya itu ke Polisi dan disebarkan oleh berita. Foto yang terpampang itu mirip dengan wanita yang bersama Pak Tanza saat di konser Coldplay tadi malam.
"Sekarang aku tau mengapa Pak Tanza menyewa 3 orang bodyguard (Satria, Jacka, dan Khanif) sepertinya untuk melindungi selingkuhannya itu yang sejatinya mafia tiket konser." Ucap Jaey ke Manda dan hanya dibalas manggut-manggut oleh Manda.
"Hmm.. andai kita masih aktif di dunia intelijen bakal mudah melacak keberadaan mereka menggunakan teknologi militer." Ucap Jaey ke Manda dan hanya dibalas manggut-manggut oleh Manda.
"Kenapa penjahat jaman sekarang cantik-cantik dan tampan-tampan ya?" Ucap Manda sambil memperhatikan foto dari selingkuhan Pak Tanza tersebut yang juga merupakan mafia tiket konser.
"Karena mereka pakai skin care." Jawab Jaey sekenanya yang dibalas tawa oleh Manda "haha.." Sambil menepuk lembut lengan Jaey.
Tak berapa lama muncul chat WA balasan dari Bu Fanny mengirimkan alamat rumah mereka di Jakarta.
"Ayo Mand kita selidiki rumah Bu Fanny barangkali Pak Tanza bersembunyi disana?"
"Malas ah, aku kan sudah pensiun." Jawab Manda ogah-ogahan.
"Kita bagi dua deh honornya, 200 juta lho. 100 kamu 100 aku." Bujuk Jaey.
"Ayo berangkat." Jawab Manda semangat dan Jaey hanya tertawa sambil berguman "Dasar perempuan semuanya mata duitan."
"Bukan mata duitan tapi aku kuatir sama keselamatanmu. Karena ada Satria, Jacka, dan Khanif juga kan disana yang akan menghajarmu." Jawab Manda serius yang sontak membuat Jaey terdiam merenungkan perkataan Manda barusan.
Amanda benar ini bukan lagi soal pengintaian perselingkuhan biasa, ini sudah lebih dari itu dan dapat membahayakan nyawa karena berkaitan dengan mafia tiket konser.
Andai saja Jaey belum terlanjur menerima duit Rp.200 juta itu mungkin dia akan membatalkan saja misinya ini karena Jaey juga kuatir dengan keselamatan Manda.
Sebenarnya Jaey bisa saja menelpon Satria, Jacka, dan Khanif, dan meminta keterangan dari mereka karena sejatinya mereka merupakan teman seperguruan atau bahkan Jaey juga bisa bertanya secara langsung ke Pak Tanza "Apakah dia selingkuh?" tapi disisi lain ini menyangkut sikap profesionalisme yang harus di jaga.
"Ya, ayo berangkat." Ucap Jaey tak punya pilihan lain selain menyelesaikan misi ini.
***
Mobil Tesla melaju menuju kediaman Pak Tanza berdasarkan alamat yang diberikan oleh Bu Fanny.
Sesampainya disana Jaey berhenti agak jauh dari rumah target dan dari pileg ban mobilnya keluar drone dan terbang menuju rumah Pak Tanza dan tampak Satria, Jacka, dan Khanif berjaga-jaga disana.
"Positif, mereka ada disana." Ucap Jaey ke Manda.
"Ayo sergap mereka." Ucap Manda sambil membuka pintu mobil dan akan keluar menyergap mereka namun Jaey mencegahnya dan Manda kembali masuk dan menutup pintu mobil.
"Aku berubah pikiran." Ucap Jaey begitu melihat Satria mengambil sepatu dan melempar drone tersebut hingga jatuh, dan seketika tangkapan kamera dari drone menjadi gelap di layar hape Jaey.
"Berubah pikiran?" Tanya Manda tak mengerti.
"Persetan dengan profesionalisme." Jawab Jaey sambil menyalakan mobil dan pergi dari sana sementara Manda hanya tersenyum-senyum seolah ingin mengatakan 'pengecut' tapi Jaey tak peduli dengan apapun tanggapan Manda yang penting bagi Jaey bisa hidup tenang.
Jaey berubah pikiran ketika teringat perkataan Manda sebelumnya yang mengatakan "Bukan karena duit tapi aku kuatir sama keselamatanmu.."
Jarang-jarang ada yang peduli dengan keselamatan Jaey selama ini selain Manda dan itu cukup membuat Jaey menjadi lembek seketika dan berubah menjadi penakut.
"Apa selanjutnya?" Tanya Manda.
"Aku punya rencana lain." Jawab Jaey sambil merogoh ponsel di jaketnya dan menelpon Agus dan Herman sekaligus dan beruntung dua-duanya langsung mengangkatnya.
"Gus, Man.. mau duit ga? Masing-masing 50 juta buat kalian." Ucap Jaey begitu ponsel tersambung.
"Apa misinya?" Tanya Herman.
"Pengintaian." Jawab Jaey.
"Itumah mudah." Jawab Agus menimpali.
"Ya sudah kalau kalian setuju akan ku kirim misinya melalui chat."
"Setuju.." Jawab Herman.
"Setuju.." Jawab Agus.
***
Pas malam harinya Agus dan Herman langsung melakukan pengintaian di rumah Pak Tanza. Mereka mengendap-endap ingin mencari lubang tempat mengintip.
Rumah Pak Tanza lumayan mewah dan tak ada lubang tempat mengintip dan juga sepertinya kedap suara jadi sulit untuk mendengar percakapan dari dalam rumah.
Diluar rumah juga terdapat CCTV jadi Agus dan Herman harus extra hati-hati kalau tidak bakal ketahuan.
Tapi satu hal yang Agus dan Herman lupa bahwa Satria, Jacka, dan Khanif adalah ahli berkamuflase. Mereka bisa menyamar jadi tembok, jadi pot bunga, atau lainnya.
Dari dalam tanah Satria, Jacka, dan Khanif merayap keluar seperti ulat dan mendekat kearah Agus dan Herman dan dalam sekejap mereka berhasil menodongkan pistol ke belakang kepala Agus dan Herman lalu memaksa mereka berdua masuk ke dalam tanah.
Di dalam tanah ternyata ada terowongan luas seluas rumah diatasnya dan bertembok bagus seperti serasa dalam rumah meski berada dalam tanah.
Agus dan Herman di ikat di kursi. Semua badannya di geledah serta semua barang mereka termasuk ponsel di sita oleh mereka.
"Siapa lagi yang tau masalah ini?" Tanya Satria ke Agus dan Herman.
Percuma bagi Agus dan Herman jika berbohong karena pasti akan disiksa, lebih baik jujur saja.
"Jaey dan Amanda." Jawab Agus.
"Dimana rumah mereka." Tanya Satria lagi.
"Nda tau.." Jawab Agus. Lalu Satria menatap ke Herman.
"Nda tau.." Jawab Herman juga. Satria bisa saja memukul mereka berdua tapi tidak dia lakukan karena pernah menjadi teman mereka juga.
"Ini ada bekas chat mereka dengan Jaey." Ucap Jacka menunjukkan ponsel Agus dan Herman ke Satria.
Satria meraih ponsel itu dan melakukan video call ke Jaey. "Bro, ini kirimanmu sudah sampai." Ucap Satria ke Jaey sambil menunjukkan Agus dan Herman yang terikat di kursi.
"Mending kamu kesini deh kalau tidak bakal kuhabisi mereka." Ucap Satria lagi ke Jaey.
"Habisilah bukan siapa-siapaku juga." Tantang Jaey.
Satria jadi bingung dan mengakhiri video call itu karena Jaey tidak mempan gertakan dan tidak peduli pada nasib Agus dan Herman karena memang bukan siapa-siapanya dia.
"Cek lokasi rumahnya berdasarkan nomor ponselnya lalu kita tangkap." Usul Khanif ke Satria. Namun Satria hanya tersenyum dan menjawab.
"Kalian lupa ya kalau Jaey itu lulusan terbaik terlebih saat ini dia bersama Amanda. Paling saat kita sampai dirumahnya dia sudah pergi atau lebih parah lagi mungkin dia sudah menyiapkan jebakan untuk kita." Terang Satria ke Khanif dan Jacka.
Tak berapa lama kemudian dari luar halaman rumah Pak Tanza ramai terdengar suara sirine mobil polisi sedang mengepung kediaman rumah itu.
Sepertinya Jaey melaporkan Satria, Jacka, dan Khanif ke polisi dengan tuduhan penculikan Agus dan Herman.
Pasukan polisi memaksa masuk ke dalam rumah dengan mendobrak pintu namun tak ada siapa-siapa di dalam rumah itu.
Pihak kepolisian kemudian menelpon si pemilik rumah yakni Pak Tanza dan Polisi kaget ternyata Pak Tanza ada di Sumatera bersama istrinya, Bu Tanza.
Pihak kepolisian kemudian berpaling dan menganggap Jaey melakukan pelaporan palsu.
Jaey tidak mungkin membela diri dengan memberikan bukti foto dan video ke polisi ketika Pak Tanza sedang menonton konser bersama penjahat mafia tiket di SU-GBK, karena jika Jaey melakukan itu hanya akan menambah masalah.
Lagipula laporan Jaey ke polisi bukan soal perselingkuhan Pak Tanza melainkan soal penculikan Agus dan Herman.
Bu Fanny juga sudah memberi kabar ke Jaey bahwa suaminya sudah pulang dan berterimakasih atas bantuan Jaey selama ini. Kabar dari Bu Fanny mengisyaratkan bahwa misi ini sudah selesai.
Namun Jaey berfikir lain. Perubahan Bu Fanny yang secara tiba-tiba tersebut membuktikan bahwa sepertinya Bu Fanny sedang terancam atau di intimidasi oleh Pak Tanza agar Bu Fanny tutup mulut.
Jika benar Pak Tanza mengintimidasi Bu Fanny maka tidak menutup kemungkinan dia juga dapat melakukan hal lainnya termasuk mungkin bisa saja dia nekat menculik Amanda untuk balas dendam ke Jaey.
Demi keselamatan Bu Fanny dan juga Amanda, Jaey terpaksa mengaku ke polisi bahwa dia memang melakukan pelaporan palsu dengan alasan untuk nge-prank polisi dan Jaey meminta maaf ke polisi.
Berhubung pernah terjadi kejadian serupa nge-prank polisi yang dilakukan oleh anak Youtuber akhirnya polisi juga memaafkan Jaey sebagaimana polisi memaafkan anak Youtuber dengan catatan tidak mengulangi lagi perbuatan itu karena bagaimanapun juga lembaga kepolisian jangan dibuat mainan.
***
Beberapa hari berlalu, Satria, Jacka, dan Khanif serta Agus dan Herman tiba-tiba menampakkan diri dan seolah tidak terjadi apa-apa dan ini menandakan sepertinya Pak Tanza juga mengintimidasi mereka berlima.
Selingkuhan Pak Tanza yang juga merupakan penjahat mafia tiket sudah tertangkap dan sama sekali tidak menyebutkan nama Pak Tanza di dalam pengakuannya ke polisi.
Semua itu menandakan Pak Tanza telah mengintimidasi atau mengancam semua orang. Namun tak ada yang melakukan perlawanan karena sadar ini hanya kasus perselingkuhan biasa.
Bagi Bu Fanny yang penting suaminya sudah kembali dan selingkuhannya yang juga merupakan penjahat mafia tiket itu sudah tertangkap. Jadi dendam Bu Fanny pada pelakor itu sudah terbayar lunas.
Namun berbeda dengan Agus dan Herman, mereka mengaggap ini belum berakhir karena mereka belum mendapat bayaran masing-masing 50 juta.
Mereka menuntut ke Jaey namun Jaey hanya membayar mereka masing-masing 500 ribu saja dengan alasan mereka gagal menjalankan misi serta lagipula mereka baik-baik saja tidak lecet sedikitpun.
Agus dan Herman ngambek karena hanya mendapat bayaran sedikit dan juga kesal karena Jaey tidak setia kawan saat Satria mengikat mereka berdua tapi Jaey tidak menolongnya dan malah menyuruh Satria menghabisi mereka saja.
Meskipun kesal tapi mereka berdua tidak melaporkan Jaey ke polisi karena tidak ada bukti perjanjian transaksi hitam di atas putih. Dengan berat hati Agus dan Herman akhirnya ikhlas menerima kenyataan bahwa dunia penuh dengan tipu muslihat, wkwk..
***
Jaey masih penasaran bagaimana proses kaburnya Pak Tanza yang awalnya diperkirakan berada dalam rumah yang ada di Jakarta itu bersama selingkuhannya tapi tiba-tiba hanya dalam beberapa jam menghilang dan muncul di Sumatera.
Jaey menanyakan rasa penasarannya itu pada Agus dan Herman tapi mereka berdua tidak mau menjelaskannya karena tampaknya mereka masih ngambek gara-gara tidak jadi mendapat bayaran 50 juta.
Jaey kemudian menanyakan rasa penasarannya itu pada Satria, Jacka, dan Khanif. Berhubung mereka bertiga sudah tidak lagi bekerja pada Pak Tanza maka mereka tidak berbahaya bagi Jaey.
Dan bahkan mereka sangat welcome dan friendly ketika Jaey menanyakan rasa penasarannya itu pada mereka.
Dengan antusias Satria, Jacka, dan Khanif menjelaskan bahwa ternyata saat mereka melempar drone dengan sepatu waktu itu Pak Tanza langsung bergegas melarikan diri dari terowongan bawah tanah menggunakan mobil yang sudah disiapkan lalu menuju ke Bandara dan terbang ke Sumatera.
"Sesimpel itu?" Tanya Jaey pada Satria, Jacka, dan Khanif seolah tak percaya.
"Ya, sesimpel itu!" Tegas mereka ke Jaey.
"Terus cewe yang bersama Pak Tanza itu ikut juga bersama Pak Tanza?" Tanya Jaey lagi.
"Cewe yang mana? Gada cewe bersama Pak Tanza." Jawab mereka heran.
"Kan di kursi penonton saat menonton konser itu ada cewe di samping Pak Tanza?" Tanya Jaey lagi.
"Ya elah, namanya juga di tempat konser siapapun bisa duduk di samping siapa saja." Terang mereka.
"Waduh aku salah sangka dong." Ucap Jaey dalam hati lalu bertanya kembali.
"Terus kalian ngapain bersama Pak Tanza?" Tanya Jaey lagi.
"Lho kamu tidak tau ya kalau kami bertiga menjaga rumah Pak Tanza." Jawab mereka.
"Oh begitu ya!" Ucap Jaey bingung merasa tertipu oleh pikirannya sendiri.
"Terus kenapa Pak Tanza kabur melihat drone." Tanya Jaey lagi masih penasaran.
"Ya Allah, kamu lupa ya dulukan Pak Tanza pernah bercerita kalau dia trauma sama drone saat bertugas di Irak." Jawab Satria.
"Gimana ga lupa, saat Pak Tanza menyampaikan materi dia cubit-cubitan sama Amanda di bangku belakang." Timpal Jacka.
"Oh begitu ya!" Ucap Jaey tersipu malu.
"Tapi salut lho sama si Jaey, meskipun main-main saat belajar tapi dia lulus dengan nilai terbaik." Puji Khanif kagum sama Jaey.
"Hehe, thank you teman-teman atas penjelasannya." Ucap Jaey sambil memandang ke lengan Satria, Jacka, dan Khanif serta senyam-senyum melihat gelang xyloband di pergelangan tangan mereka.
"Apa sih senyam-senyum?" Jawab mereka heran saling pandang bertanya-tanya apa arti dari senyuman Jaey barusan.
Jaey pamit pulang tanpa menjelaskan pada mereka bahwa gelang yang mereka pakai itu adalah gelang LGBT, wkwk becanda guys..
***
Di kamarnya Jaey melamun sedih di atas ranjang menutup separuh badannya dengan selimut. Memikirkan pertualangannya dari awal sampai akhir yang ternyata hanya sia-sia belaka.
Apa kata dunia jika mengetahui kalau ternyata dirinya tertipu oleh spekulasi pikirannya sendiri.
Mungkin dunia akan tertawa dan meragukan dirinya yang selama ini menyandang predikat sebagai agen rahasia terbaik.
Tapi paling tidak gara-gara itu Amanda mau tinggal bersamanya dan juga secara tidak langsung bisa reunian bersama teman-teman lamanya sesama agen rahasia dan yang terpenting dia mendapatkan uang 200 juta.
"Tidak terlalu buruk." Ucapnya tersenyum.
"Apa senyum-senyum?" Ucap Manda tiba-tiba ikut masuk ke dalam selimut.
"Mana bagianku 100 juta?" Tagih Manda.
Jaey hanya tersenyum sambil menikmati menghisap rokok IQOS canggih yang tanpa asap tanpa abu.
TAMAT!
jaey ketipu sama pikiranya sendiri 🤣, sebagai seorang intel berpengalaman tapi masih kurang pengalaman menghadapi pikiranya sendiri 🤣
ReplyDeleteDari sudut pandang umum Jaey memang ketipu sama pikiranya sendiri.
DeleteTapi dari sudut pandang agen rahasia, Jaey sengaja minta ditipu dan pura2 merasa tertipu oleh pikiranya sendiri untuk mengetahui tipuan lawan.
Keren kan? Wkwk..
berarti ini dunia cerpen penuh tipu-tipu yaak 🤣
DeleteBetul, dgn memahami dunia tipu2 tujuannya agar tdk mudah tertipu. 😅
DeleteSo bakso
ReplyDeleteLoh...loh..loh...ini gimana? Koq para tokohnya seperti saya kenal. Ini real apa fiktif...hahaha
ReplyDeleteMas Jaey luar biasa imajinasinya. Hati-hati ah siap tahu nanti di somasi oleh tokoh-tokoh yang disebutkan....hahaha (sekali lagi...)
Salam,
hehehe jangan jangan bukan cerpen ya tapi dunia nyata :D
DeleteFiktif campur real kang. Terinspirasi dari gaya Tom Cruise dlm membuat cerita.
DeleteIya kang saya akan hati2 🙏, kalau disomasi gampang tinggal ubah nama tokohnya, hihi.. Salam..
@abasozora, campuran Bund, antara alam nyata dan alam ghaib 😂
Deleteow seperti itu nggih nggih
Deletekayak cak Imin, senangnya nonton Coldplay.....
ReplyDelete😁🤣👍
Haha iya saya liat videonya beliau nonton 😅
DeletePak tanza memilih pensiun karena sudah kepala lima.
ReplyDeleteSatria, khanif dan jacka pensiun karena kepala empat. Kalo Jaey pensiun jadi agen saat umurnya hampir kepala tiga. Berarti belum tiga puluh, taruhlah 27 tahun.
Tapi melihat Amanda, umurnya berasa kurang 20 tahun, berarti umurnya jadi 7 tahun dong, hanya guyon jangan dimasukin ke Amanda.😁
Kira-kira petualangan agen Jaey selanjutnya kemana nih setelah cari selingkuhan pak tanza. Apakah akan ke Dubai dan Moskow menelusuri teroris yang bawa bom nuklir? 😄
Ho_ho tdk bisa pokonya harus dimasukin ke Amanda, klo tdk ke Amanda.. kemana lagi dong, wkwk..
DeleteRencananya mau mengawal Tongkat Pangeran Dipenogoro mas 😅
Kirain mau mencuri lukisan Raden Saleh, itu harganya ratusan miliar lho, lumayan buat bikin villa di Berau sama Amanda.😄
DeleteMencurinya mgkn mudah, tapi menjualnya sulit, hehe..
Delete