Beberapa waktu lalu, saya berkomentar di blog seorang teman yang sedang membahas tentang rokok. Saya menyatakan bahwa saya biasanya membeli 1 pack rokok seharga Rp. 105.000 untuk 2 minggu, dengan 1 pack berisi 10 bungkus rokok.
Tadi, saat melihat struk belanja, saya menyadari bahwa harga rokok telah naik menjadi Rp. 113.000 per pack, meningkat sebesar Rp. 8.000 per pack dalam beberapa bulan terakhir.
Karena harga rokok semakin tinggi, saya mencari daftar harga rokok di Google dan berencana untuk mencari rokok yang lebih murah, tetapi tetap sesuai dengan selera saya. Saya lebih suka rokok tanpa banyak rasa dan bau, yang hambar dan tawar, bukan yang manis, pahit, atau dengan rasa teh, kopi, ataupun mint.
Saya menyebut diri saya sebagai seorang perfeksionis dalam memilih rokok. Namun, sayangnya, saya tidak menemukan posting yang mengulas harga rokok secara detil, hanya informasi tentang kenaikan tarif cukai rokok.
Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok dengan tujuan mengendalikan konsumsi rokok, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Selain itu, kenaikan tarif tersebut juga dipertimbangkan untuk isu kesehatan, serta perlindungan bagi buruh, petani, dan industri rokok.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kenaikan tarif cukai rokok bertujuan untuk menekan prevalensi perokok usia anak-anak dan remaja berusia 10-18 tahun menjadi 8,83 persen dari target 8,7 persen dalam RPJMN tahun 2024.
Data menunjukkan bahwa konsumsi rokok mengalahkan konsumsi makanan tertentu di kelompok rumah tangga miskin, baik di kota maupun di desa.
Sebagai tanggapan atas beberapa poin yang saya tandai, saya ingin mengekspresikan pandangan pribadi saya. Meskipun kenaikan tarif cukai rokok dapat membantu mengurangi konsumsi, saya merasa bahwa bukan semata-mata rokok yang menyebabkan masalah kesehatan, tetapi juga penting untuk mempertimbangkan faktor lainnya.
Bagi saya, rokok dapat berfungsi sebagai obat kejiwaan, mirip dengan narkoba yang digunakan dalam dunia medis untuk mengobati masalah kesehatan tertentu. Namun, saya juga mempertimbangkan sudut pandang agama terhadap harga yang terlalu tinggi.
Harap dipertimbangkan kembali untuk menerapkan harga rokok secara sewajarnya, karena sesuatu yang berlebihan atau terlalu mahal mungkin tidak akan baik bagi masyarakat. Semoga pemerintah dapat menemukan keseimbangan dalam mengatasi isu kesehatan dan keuangan terkait rokok.
Gue udah kaga tahu harga Rokok Huu...Soalnya memang sudah tidak merokok.😁😁.
ReplyDeleteDan kalau menurut gue sudut pandang yang luas adalah pada gambar nomor satu Huu...Karena kita bisa menambahkan kata lagi ditengahnya...🤣🤣🤣🤣🤣
Ga jual rokok kah kang di tokonya 🤣
DeleteOh luas karena bisa nambahi kata ditengahnya, ditambahi apa huu tengahnya? 😅
Ini adalah opini dari perokok, yang ngambek harga rokok naik terus, tidak seperti kolor yang suka turun.😂
ReplyDeleteMenurutku kalo mau protes harga rokok naik terus tinggal bakar saja rokoknya kang satu persatu.🤣
Ayo bikin cerpen tentang jaey jadi menteri keuangan yang menurunkan harga rokok semurah-murahnya 😀
Iya lagi ngambek ini 🤣 kolor mah turun naik mas 😅
DeleteBetul dibakar aja, kaya demo ya 😅
Bikin secara khusus di cerpen mgkn ngga, paling diselipin sekilas di cerpen 😅
Bagaimana kalau kita lihat ini dari sudut pandang keagamaan misalnya,
ReplyDeletekirain lanjutannya mau nulis tentang beberapa ustadz yang mengharamkan rokok, eh ternyata.🤣
Hukum rokok klo ga salah mayoritas pendapatnya fleksibel mengikuti si perokoknya.
DeleteJika rokok bikin si perokok menjadi pintar, rajin, maka rokok menjadi wajib baginya.
Jika bikin malas, lalai, maka jadi haram baginya.
Jika bikin anu ini itu, dll, sunnah dan makruh baginya 😅
Berarti hampir sama dengan hukum main hape ya kang,
DeleteBisa haram kalo main hape jadi lupa waktu tidak sholat dan zikir.
Bisa Sunnah kalo main hape untuk dapat penghasilan atau duit.
Bisa wajib kalo untuk buka situs xxx atau onlyfans, wajib bagi rakyat wakanda.🤣
Oh hampir sama kah sama hukum main hp. 👍
DeleteHaha yaya hp jadi wajib bagi rakyat wakanda klo buka situs anu 😅
Kurang tahu juga, itu hanya asal nulis.😁
DeleteMungkin sama dengan judi kali ya, kalo kalah dan bangkrut bahkan istri minta cerai maka hukumnya haram.
Kalo hasilnya kaya jadi miliarder maka harum 🤣
Kalo judi sepertinya mutlak haram tak ada tawar menawar 🤣
DeleteWalaupun menang terus dan disedekahkan tetap saja sepertinya tetap gak boleh 🤣
ini ni emang salah satu alasan berhnti rokok, gak tau dah impactnya buat rakyat jg gk ada , negeri bajingannn
ReplyDeleteIya kalau dinaikan lebih mahal lagi mgkn pada berenti semua 😅
DeleteTapi kan sekarang banyak rokok murah, ada Marlbxxo kretek yang cuma 8000, yang lebih enggak terkenal malah cuma 5000.😁
DeleteAda yang pakai busa atau filter, isi 20 harganya 10.000.
Kalo masih mahal juga beli rokok mbako.🤣
Target yg filter isi 20 batang mas, minimal harga Rp. 1000, kalau diatas itu dianggap mahal 🤣
DeleteMbako ga kuat saya mas, baunya tajam dan rasanya pedas, pernah nyobain ini pas SD, bikin pening 🤣
semestinya ada alternatif pengganti rokok.....
ReplyDeleteada konsultasi untuk tidak merokok....
# Kalau di Amerika, pembeli rokok harus memberi tahu alamat rumahnya, sehingga lokasi rumah yang banyak perokoknya akan menjadi murah..... jadi, banyak yang takut merokok... hehehe
Iya kita kurang tau sudah ada apa blm alternatif ataupun konsultasi gratis 😅
DeleteKenapa pas murah malah banyak yg takut pak 😅😅
hmm rokok makin lama makin naik terus harganya kang jaey..tapi tetep saja laku..mau segmen paling bawahpun tetep ngudud meskipun ngecer batangan..:D,
ReplyDeletebtw cukai rokok adalah salah satu income terbesar negara loh..wajar kalau selalu dilirik sektor cukai rokok