Skip to main content

Cerpen: Anak Angkat ingin menikahi Anime

Cerpen ini fiktif hanya saja saya sering menemukan komentar maupun foto editan manusia cipokan dengan anime.

Cerpen: Anak Angkat ingin menikahi Anime

Malam itu Herman bersama istrinya Ningsih sedang memesan nasi goreng di warung pinggir jalan.

"Pesan nasi gorengnya 3 bungkus, Pak?" Pesan Herman pada penjual nasi goreng itu.

"Pedas atau tidak?" Tanya penjual nasi goreng itu.

"Mana saya tau, Pak! kan belum saya cicipi?" Jawab Herman merasa heran dan menggerutu dalam hati karena 'dicicipi saja belum tapi penjual itu malah bertanya pedas atau tidak.'

"Maksud saya, nasi gorengnya mau saya buatkan yang pedas atau tidak?" Tegas penjual itu sedikit kesal, baru kali ini menemukan pembeli yang seperti itu.

"Ooh.. pedas aja deh." Jawab Herman singkat.

Penjual nasi goreng itu kemudian membuatkan pesanan Herman, memasukkan sedikit minyak dan bumbu serta nasi putih ke wajan lalu mengoseng-osengnya.

Melihat itu, Herman protes. "Lho, Pak! Katanya nasi goreng tapi kok di oseng-oseng, harusnya dikasi nama nasi oseng-oseng aja dong?"

"Iya deh, nanti saya kasi nama nasi oseng-oseng." Jawab penjual itu pasrah tak ingin berdebat dengan Herman.

Setelah selesai, penjual itu menyerahkan 3 bungkus nasi goreng itu ke Ningsih karena penjual itu takut diprotes lagi sama Herman dan Ningsih membayarnya sambil meminta maaf ke penjual itu.

"Maafkan suami saya ya Pak! Maklum tensinya lagi kumat." Ucap Ningsih.

Setelah itu Herman dan Ningsih pergi meninggalkan warung itu untuk pulang ke rumahnya. Saat dalam perjalanan pulang menuju rumah mendadak hujan turun dengan lebatnya dan Herman terpaksa berhenti membelokkan motornya ke emperan toko untuk berteduh.

Toko itu yang sudah tutup dan sekitarnya tampak sepi karena memang sudah mendekati tengah malam dengan pencahayaan remang-remang Herman dan Ningsih terkejut melihat anak laki-laki berumur sekitar 10 tahunan sedang menangis memeluk kedua lututnya.

"Takut hantu!" Ucap anak laki-laki itu sambil menangis terisak-isak.

Herman dan Ningsih saling pandang dan berbicara berbisik nyaris tak terdengar apa yang mereka bicarakan hingga Herman kemudian memberi isyarat anggukan ke Ningsih, lalu Ningsih mendekati anak itu dan mengusap pundaknya.

"Jangan takut, ada Om dan Tante disini bersama kamu." Ucap Ningsih mencoba menenangkan anak laki-laki itu yang tampaknya baru saja mengalami hal berat sebelum Herman dan Ningsih datang.

Ningsih kemudian memeluk anak itu dan bertanya, "Siapa namamu, Nak?"

"Khanif." Jawab anak laki-laki itu singkat sambil mengusap air matanya.

"Apa yang kamu lakukan disini sendirian, Nif?" 

"Aku tinggal disini." Jawab Khanif.

"Oh toko ini milikmu?" Tanya Ningsih lagi, berfikir mungkin Khanif sedang dihukum oleh orang tuanya, disuruh tidur di luar toko.

"Bukan tapi aku hanya sering tidur di emperan toko ini." Jawab Khanif lagi.

Ningsih hanya mengangguk dan berfikir mungkin Khanif seorang tuna wisma.

Hujan semakin lebat dan Herman bingung bagaimana caranya agar bisa cepat pulang ke rumah, selain sedang lapar berat ingin segera menyantap nasi goreng yang ia beli tadi, dia juga memikirkan anaknya yang yang masih kecil berusia sekitar 3 tahunan tinggal dirumah bersama neneknya.

Memperhatikan gelagat hujan yang tak mungkin reda dalam waktu dekat, Herman memutuskan ingin menerobos saja hujan itu mengingat jarak rumahnya juga tidak begitu jauh dari emperan toko dimana mereka berteduh saat ini.

"Ayo buruan, kasihan anak kita tinggal sendirian dirumah bersama neneknya." Ucap Herman menyuruh Ningsih bergegas.

"Bagaimana kalau anak ini kita bawa saja pulang ke rumah, Pah?" Tanya Ningsih ke Herman.

"Ya sudah, ayo.." Ucap Herman.

"Kamu mau kan Nif, ikut bersama Om dan Tante pulang kerumah Om dan Tante?" Khanif hanya mengangguk tanda setuju.

Mereka bertiga kemudian bergegas naik ke atas motor tanpa mengenakan jas hujan dan langsung menerobos hujan saat itu juga. Beberapa saat lamanya dalam perjalanan akhirnya mereka sampai dengan selamat di rumah mereka.

Sesampainya dalam rumah Herman dan Ningsih menengok anaknya yang sudah tertidur bersama neneknya. Mereka kemudian berganti pakaian kering kecuali Khanif. Tapi oleh Ningsih, Khanif dipinjamin pakaian milik Herman termasuk boxer milik Herman. Dalam suasana itu Herman yang hobi bercanda kemudian bercanda ingin memakaikan beha milik Ningsih ke Khanif dan mereka pun tertawa.

Setelah berganti pakaian, mereka kemudian menyantap nasi goreng yang mereka beli tadi, meskipun bungkusnya rada basah terkena hujan tapi masih cukup nikmat untuk di santap saat ketika habis main hujan-hujanaan.

Waktu terus berlalu tak terasa sudah jam 12 malam dan mereka semua tidur termasuk Khanif.

***

15 tahun kemudian Khanif tumbuh remaja dan sudah di adopsi secara sah oleh Herman dan Ningsih.

Herman dan Ningsih sangat menyayangi Khanif dan sudah menganggapnya seperti anak kandung mereka sendiri dan sebaliknya Khanif pun demikian menganggap mereka seperti orang tua kandungnya sendiri.

Khanif tak segan-segan bermanja pada kedua orang tuanya itu meminta dibelikan game konsol dan barang lainnya. Demi cinta mereka pada Khanif, Herman dan Ningsih pun menurutinya.

Khanif sangat senang main game perang-perangan atau game tentara-tentaraan, meskipun cuma sebuah game tapi semua itu serasa nyata, grafis medan tempur yang seolah nyata, peralatan militer dengan nama yang sama seperti halnya dunia nyata, taktik perang dalam game dan lainnya yang semua terasa nyata.

Selain itu Khanif juga menyukai film kartun anime, dan dalam perkembangannya Khanif lebih banyak mengadopsi gaya anime kedalam kehidupannya di banding gaya hidup di dunia nyata itu sendiri. Gaya rambut, gaya bicara, tingkah laku, semuanya seperti gaya anime, bahkan Khanif mengimpikan ingin menikah dengan gadis yang ada di dalam anime.

Dari semua budaya yang ada dalam anime itu Khanif terapkan kedunia nyata, seperti misalnya menciumi ibu angkatnya, baik itu menciumi punggung, pipi, hingga leher ibu angkatnya, semua itu merupakan hal biasa di dalam anime, dan sebaliknya Ningsih juga penyuka anime sehingga ibu dan anak itu terlihat kompak saling memahami satu sama lain.

Setiap akan berangkat atau pulang dari sekolah, Khanif dan Ningsih melakukan adegan itu, dan tak peduli dengan tanggapan tetangga kiri dan kanan yang merasa heran memperhatikan semua itu.

Sampai suatu hari tetangga kiri dan kanan mereka, Agus dan Satria mencoba memperingatkan Herman tentang kelakuan istri dan anak angkatnya itu.

"Kuperhatikan istri dan anak angkatmu agak laen ya, Man?" Tanya Satria ke Herman.

"Agak lain gimana maksudmu, Kang?" Jawab Herman heran dan balik bertanya.

"Ya begitu, mereka seperti orang lagi pacaran." Jawab Satria berterus terang.

"Haha.. ada-ada aja kamu kang, namanya juga ibu dan anak saling menyayangi." Terang Herman membela istri dan anak angkatnya.

"Tapi itu terlihat tidak wajar, Man. Istri dan anak kandung saja tidak mungkin melakukan itu dan malu melakukan itu, terlebih di tempat umum." Timpal Agus.

"Hmm gimana cara menjelaskannya ya." Jawab Herman bingung.

"Terlebih kita memiliki budaya ketimuran." Tambah Agus lagi.

"Duuh si paling berbudaya." Celetuk Herman, bingung harus menjawab dengan kata apalagi.

"Ya sudahlah Man, terserahmu saja. Kami sudah memperingatkanmu, jangan kaget jika suatu saat nanti istrimu mengandung anak dari anak angkatmu." Ucap Satria kesal dan berlalu pergi dari tempat itu.

"Walau bagaimanapun mereka bukan muhrim." Timpal Agus lagi ikut berlalu pergi dari tempat itu menyusul Satria.

Herman dalam kebimbangan besar, di satu sisi ia menganggap itu wajar-wajar saja dan sudah sering melihatnya sendiri namun di sisi lain ia juga peduli dengan masukan dari tetangga-tetanganya.

Herman bingung harus melakukan apa, dia tidak tega untuk menasehati istri dan anaknya agar tidak melakukan itu lagi.

Herman memperkirakan jika mengatakan itu pada istri dan anaknya mungkin mereka akan tersinggung dan sedih. Tapi tak ada pilihan lain selain mengatakan semua itu terus terang pada istri dan anaknya.

Lama Herman merenung memikirkan semua itu dan lama kelamaan dia menjadi lapar dan diapun pergi ke dapur mencari makanan.

Dan secara kebetulan di dapur, ada Ningsih sedang memasak mie goreng dan di bantu oleh Khanif. Khanif memeluk ibu angkatnya itu dari belakang.

"Wah masak apa nih?" Sapa Herman pada istri dan anak angkatnya itu.

"Masak mie goreng." Jawab Ningsih.

"Tapi kok di rebus?" Protes Herman sambil memperhatikan Ningsih yang meniriskan mie yang direbus.

"Papah mulai deh.. kumat gilanya, hehe.." Jawab Ningsih kesal sambil tertawa.

Khanif juga ikut tertawa sambil melepas pelukan pada ibu angkatnya dan beralih memeluk Herman, ayah angkatnya.

"Gimana main gamenya Nif, sudah level berapa?" Tanya Herman pada Khanif.

"Sudah tamat Ayah, dan Khanif butuh game baru." Jawab Khanif merajuk meminta belikan game baru sambil menciumi ayahnya itu.

"Gampang nanti ayah belikan game baru." Jawab Herman sambil mengecup rambut anak angkatnya itu yang sudah beranjak umur 16 tahun.

Herman sejatinya memang merupakan anak gamers dan sudah pernah menjuarai beberapa kompetisi game seluruh dunia dan dari itu Herman mendapat penghasilan baik penghasilan dari game, hadiah dari kompetisi, maupun sponsor alias disawer oleh perusahaan judi online, dan tampaknya Herman ingin menurunkan bakatnya itu ke Khanif.

"Taraat makanan sudah siap." Ningsih menghidangkan mie goreng di atas meja makan dan mereka bertiga pun menyantapnya.

Namun ada satu pemandangan yang mengingatkan Herman pada omongan tetangga. Ningsih menyuapi Khanif dengan sumpit dan sebaliknya Khanif juga melakukan hal sama pada ibu angkatnya itu.

Sementara Herman hanya senyum-senyum masam menyaksikan itu, sebenarnya tidak masalah baginya tapi ia khawatir kebiasaan itu akan terbawa sampai keluar rumah.

Setelah makan malam, Herman dan Ningsih bersiap-siap akan tidur. Sambil telentang, Herman menatap ke langit-langit kamar memikirkan kalimat apa yang pas untuk memberitahu Ningsih soal omongan tetangga yang menghantui pikiran Herman saat ini.

Sebenarnya tanpa Herman ketahui, Ningsih juga memikirkan hal yang sama, Ningsih juga memikirkan omongan tetangga dan bingung menyampaikannya ke Herman.

"Pah?" Bisik Ningsih.

"Ya?" Jawab Herman.

"Gajadi." Bisik Ningsih lagi.

"Plis jangan minta jatah dulu, pikiranku lagi mumet nih mikirin omongan tetangga ." Ucap Herman keceplosan.

Berawal dari keceplosan akhirnya Herman menjadi ringan mengutarakan semua isi hatinya pada istrinya, begitu juga dengan Ningsih akhirnya berhasil mengungkapkan semua isi hatinya pada suaminya.

Dan keputusan mereka tetap sama, tak ada masalah dengan semua ini, semua ini hanyalah bentuk ekspresi kasih sayang orang tua ke anaknya serta sebaliknya kasih sayang anak ke orang tuanya.

Yang menjadi masalah hanyalah warga menganggap itu sesuatu yang berlebihan dan tidak wajar. Sulit mencari jalan tengah dalam situasi ini selain salah satunya harus mengalah. Jika ingin damai maka Herman dan Ningsih harus mengalah pada warga.

***

Tanpa mereka sadari dari depan pintu kamar saat akan menunjukkan list_game yang harus dibeli ayahnya, tanpa sengaja Khanif mendengar obrolan kedua orang tuanya itu, tak terasa air matanya menetes, sebenarnya Khanif juga sudah tau kalau tetangganya sering menggosipkan keluarga mereka, bahkan di sekolah Khanif sendiri sering mendapat bullyan dari teman-temannya.

Khanif benar-benar sedih dan ingin minggat dari komplek itu, Khanif benar-benar terpukul, sejak kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya, dan begitu ia mendapatkannya dari orang tua angkatnya malah begini jadinya, apakah aku tak pantas mendapatkan kasih sayang dari dunia ini, pikirnya dengan mata berkaca-kaca.

Dalam sedihnya Khanif membayangkan gadis dalam anime datang menghiburnya, memeluknya dan menenangkannya, jika dapat memilih, Khanif mungkin akan memilih hidup di dalam dunia anime saja atau dalam game saja, karena terlihat lebih indah daripada dunia nyata.

Khanif terus berfikir pilihan apa yang terbaik untuk dirinya dan untuk semua orang, Khanif sangat sayang dengan kedua orang tua angkatnya dan tidak tega jika melihat mereka bersedih, mungkin jika aku pergi dari tempat ini semuanya akan kembali normal seperti semula, pikirnya, dan malam itu juga Khanif minggat dari rumah itu dan tidur di pos ronda.

***

Di pos ronda itu Khanif membaca selebaran yang bertuliskan "Mencari relawan untuk membantu saudara-saudara kita di wilayah rawan konflik. Silakan mendaftar jika berminat!"

Malam itu juga Khanif menuju ke kamp pendaftaran dan bergabung bersama calon relawan lainnya untuk segera di berangkatkan pada subuh hari.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya subuh pun tiba, semua relawan naik ke atas truk, begitu juga dengan Khanif, sepanjang perjalanan Khanif hanya diam begitu juga relawan lainnya, hanya saja sesekali teman sesama relawan menyenggol dirinya untuk menyerahkan kopi ataupun roti bagiannya, dalam truk itu Khanif merasa dejavu seperti pernah mengalaminya dalam game, bak sekelompok tentara yang menuju medan tempur, sesekali Khanif tersenyum memikirkan itu, sambil mengunyah roti dan menyeruput kopinya.

Setelah beberapa hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, mereka membagikan kain ikat kepala berwarna hijau untuk di ikatkan di kepala, dan mereka berbaris mendengarkan instruksi dari pimpinan mereka dan kemudian pimpinan menyuruh mereka bubar dan mulai melakukan tugas sebagai relawan yaitu menyisir kota yang hancur terbakar hangus, penuh dengan asap dan bau terbakar, mayat bergelimpangan di mana-mana dan itu tugas mereka untuk mengumpulkan mayat-mayat itu. Ingin rasanya Khanif minggat dari tempat itu namun tidak memungkinkan karena wilayahnya terisolasi, muncul penyesalan dalam diri Khanif, ternyata masalah sebelumnya tidak ada apa-apanya dibanding masalah baru yang ia alami saat ini, tapi semuanya sudah terlambat dan terlanjur terjadi, tak ada yang dapat dilakukan selain pasrah.

Saat mereka sedang istirahat sambil makan roti dan menyeruput kopi, dari kejauhan terdengar suara seperti kerumunan suara lebah mendekat kearah mereka yaitu kerumunan drone canggih dengan teknologi AI yang memiliki kemampuan membidik target secara akurat dan dapat dipastikan siapapun yang menjadi targetnya akan berpindah alam saat itu juga, drone itu melintas dan tak diketahui berapa jumlahnya.

Sesaat setelah itu Khanif merasakan seperti ada beberapa butir peluru panas masuk ke tubuhnya dan rasanya sangat sakit, Khanif terjatuh dari duduknya dan terbaring di tanah penuh abu dan arang, tubuhnya kejang-kejang, matanya berkunang-kunang, samar-samar dari kejauhan tampak gadis dalam anime mengampirinya, saat Khanif mengulurkan tangan untuk menyambutnya, pandangannya berubah jadi gelap dan tangannya pun terjatuh lunglai ke tanah.

TAMAT!

Comments

  1. Wah, kira-kira khanif naik truk kemanakah? Kalo ke Israel kayaknya tidak mungkin ya, soal nya lewat laut.

    Kalo ke Papua lebih tidak mungkin lagi, KKB tidak bisa punya drone canggih, pakai ai lagi.

    Yes, aku tahu. Pasti khanif masuk ke dunia game buatan Jaey Corporation inc, dimana pemakai game bisa masuk kedalamnya, kalo mati tinggal pencet end dan game mulai lagi.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ceritanya dari Indonesia ke luar negeri, tapi lucu juga ya naik truk ke luar negeri, haha..

      Ya anggap aja kotanya berseblahan dengan kota rawan konflik itu, jadi nasi goreng dan segala macam itu anggap saja ada juga di luar negeri wkwk..

      Tapi yg paling masuk akal masuk ke dalam game aja mgkn ya, game multiverse buatan facebook 😂

      Delete
    2. Bisa jadi sih, menurut ilmuwan 100 juta tahun lagi, benua-benua di dunia akan menyatu jadi satu daratan besar. Siapa tahu Indonesia dan Israel bersebelahan. Kan perang Israel Palestina akan terus terjadi hingga kiamat.🤔

      Delete
    3. Masih lama 100 tahun lagi, Gini aja, anggap aja truknya di naikan ke kapal ponton terus menyebrang di lautan 😅

      Delete
  2. sedih endingnya....
    apa bisa ketemu di surga?

    ReplyDelete
  3. ayah herman dan ibu ningsih tercinta 🤣🤣, kenapa endingnga begitu mas, kukira bakal menikahi ibu tiri tercinta lalu membunuh si herman 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan ceritanya dia sedih berat jadi endingnya putus asa, hehe.. gada nikah2an ataupun bunuh2an mas, karena murni cinta ortu ke anak dan sebaliknya 😅

      Delete
    2. ini kayak salah satu cerita artis yg terkenal itu ya mas :D

      Delete
  4. Untungnya tidur di pos ronda .Coba kalau di pos polisi, masalahnya bisa runyam. Hehe .....

    ReplyDelete
  5. endingnya sangat membagongkan hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biar berbeda dari cerita pada umumnya mas 😂

      Delete
  6. Lho endingnya kok seperti itu.. wkwkwk. Tadinya saya pikir si Khanif itu mahluk jejadian ternyata bukan.. wkwkwk.. ngomong-ngomong tentang nasi goreng, pernah ngga, makan nasi goreng campur sayur, kang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga mikirnya gitu mas pas bikinnya, jangan2 dikira hantu nih, ternyata betul ada yg mengira hantu, wkwk..

      Kayanya gapernah makan nasgor campur sayur, paling campur sawi sedikit. Btw sayur yg gimana mas, sayur pakai kuah kah? 😂

      Delete
    2. Nah kan.. wkwkwk.. udah diedit lagi cerpennya, Kang.. wkwkwk.

      Yang namanya sayur pasti pakai kuah lah kalau kering namanya dendeng.. wkwkwk. Dulu juga saya bingung waktu teman mesan nasi goreng pakai sayur, dari jaman dinosaurus sampai jaman Transformers saya belum pernah lihat tukang nasi goreng bawa sayur.

      Delete
    3. Malas ngedit, lagian bingung mau diedit seperti apa, wkwk..

      Biasanya ada kan tuh sayur model tumisan biasanya ga pake kuah.

      Yg pke kuah biasanya jenis sayur bening atau lodeh.

      Klo sayur jenis tumisan masih okelah di campur nasi goreng, tapi klo jenis bening atau lodeh, waduh.. 🤣

      Delete
    4. Ya udah terima nasib aja.. wkwkwk.

      Beda lah. Tumisan ya tumisan, sayur ya sayur.. wkwkwk. Tapi sayur yang dicampurkan ke nasi goreng ini unik, beda sama sayur pada umumnya..wkwkwk.

      Delete
    5. Tukang nasi gorengnya kan ga bawa sayur terus dapat sayur darimana, Btw sayur apa itu yg beda dari sayur pada umumnya 😅

      Delete

Post a Comment