Skip to main content

Cerpen: Donat Topping Gula Putih

Cerpen: Donat Topping Gula Putih

Setelah setahun menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) akhirnya Herman dapat menghirup udara bebas.

Di luar pagar LP ia melihat dua orang temannya, Khanif dan Jaey sudah menunggunya dalam mobil untuk menjemputnya.

Sementara itu di mobil satunya lagi, istrinya, Ningsih, juga sudah menunggunya.

Herman hanya melambaikan tangan pada kedua orang temannya itu sambil tersenyum menunjuk ke mobil istrinya isyarat bahwa dia akan pulang bersama mobil istrinya saja.

Khanif dan Jaey membalas lambaian tangan Herman lalu pergi dari LP tersebut.

Begitu juga mobil Herman dan istrinya, pergi meninggalkan LP tersebut menuju rumahnya, menuju perjalanan kehidupan Herman yang baru, yang lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab pada dirinya sendiri maupun keluarga kecilnya.

Herman memiliki satu orang istri bernama Ningsih dan satu orang anak bernama Nurul berusia sekitar 3 tahunan.

Sekitar satu tahun lalu, Herman di grebek oleh dua orang polisi bernama Satria dan Agus. Saat itu Herman sedang nongkrong di studio podcast milik Khanif dan Jaey sambil makan gula donat yaitu gula yang sudah di giling halus sehingga berbentuk serbuk putih dan Herman tertangkap saat mencicipi "gula" tersebut.

Mereka bertiga yang ada di studio podcast itu diperiksa air pipisnya dan dari hasil tes menunjukkan Herman "positif" sementara kedua temannya "negatif".

Namun semua itu sudah tidak penting lagi, yang terpenting sekarang adalah Herman sudah bebas dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya.

***

Hari-hari berlalu paska kebebasannya, Herman merindukan Khanif dan Jaey dan ingin sekali menemui mereka berdua untuk ngumpul bareng gila-gilaan lagi.

Namun istrinya tidak mengijinkannya karena khawatir kalau-kalau Herman tergoda barang haram itu lagi.

Herman jadi sedih dan merajuk, "Mah, Papa sudah mendekam selama setahun, masa Mamah tega mendekam Papa lagi dalam rumah?"

"Nggak pokoknya Papah ngga boleh keluar rumah, ingat Pah! kedua teman Papah itu bukan orang baik-baik, mereka menjerumuskan Papah ke lembah hitam."

"Hiks, Mamah ngomongnya sudah kayak Wiro Sableng aja bawa-bawa lembah hitam segala."

"Semua ini demi kebaikan Papah juga, Mamah gamau Papah bergaul-gaul lagi sama mereka."

"Iya, iya, huh.."

***

Sebulan berlalu, Herman semakin bosan berada di rumah terus, ia ingin sesekali keluar tapi istrinya masih belum mengijinkannya.

Tingkat stressnya semakin tinggi dan setiap stress itu datang keinginannya untuk menimang barang haram itu muncul lagi.

Sampai suatu hari Herman menemukan akal untuk keluar rumah, mungkin cara ini akan berhasil, pikirnya.

"Mah, Papa kan seorang suami, seorang suami kudu bertanggung jawab dong sama keluarga? Papa mau kerja, Mah?"

"Mamah hargai keinginan Papah, tapi untuk saat ini tidak dulu deh, alhamdulillah tabungan kita masih cukup Pah."

"Gagal deh!" Ucap Herman dalam hati sambil garuk-garuk kepala.

Herman dan Ningsih sejatinya memang sama-sama anak orang kaya dan mereka termasuk dari pewaris tunggal saat ini.

Kalau hanya untuk makan sehari-hari atau sekedar jalan-jalan keluar negeri tanpa membeli barang mewah, tabungan mereka masih lebih dari cukup karena aset dari warisan orang tua mereka juga masih mendapatkan pemasukan sehingga meski tidak bekerja sekalipun uang tetap datang dengan sendirinya.

***

Dua bulan berlalu, Herman semakin gabut, rasa bosannya sudah pada tingkat parah, di tambah lagi rasa sakaw menyerang, menggigil, gemetar, menggerogoti akal sehatnya. Selama dalam jeruji besi ia masih bisa menahan karena siksaan di sana lebih menyakitkan ketimbang sakaw itu sendiri sehingga rasa sakaw itu menjadi tidak begitu terasa. Berbeda dengan ketika dalam keadaan bebas seperti ini, sedikit saja pemicunya, pikiran langsung lari "kesana".

Herman benar-benar sudah tak kuat lagi membendung ketergantungannya, ia raih kunci mobil dan menyalakannya, istrinya mendengar suara mobil itu, lalu buru-buru menutup pintu pagar sehingga Herman tidak bisa pergi keluar rumah.

Herman kesal, kemudian meraih kedua bahu istrinya lalu mendorongnya ke pintu pagar, menyebabkan pintu pagar itu bergoyang, tidak sampai disana, Herman juga membanting istrinya kesamping hingga terjatuh.

"Minggir." Ucapnya bringas.

Herman bergegas ingin kembali masuk ke mobil, tapi sayup-sayup terdengar suara isak tangis istrinya, Herman tidak jadi masuk ke mobil, ia menoleh ke istrinya yang tampak membersihkan siku karena sikunya terbentur ke tanah di halaman depan rumah mereka itu. Ia jadi iba melihat kondisi istrinya seperti itu, seumur-umur bersama istrinya baru kali ini ia melakukan itu padanya. "Duh kejamnya diriku.."

Herman tampak berfikir sejenak, menghela nafas dan perlahan emosinya tampak stabil kembali, ia menghampiri istrinya, sambil tersenyum untuk menetralisir keadaan.

"Mamah ngapaen sih duduk-duduk di tanah? Hehe.." Ledeknya.

Sudah sekitar 5 tahun Ningsih menikah dengan Herman, baru kali ini Ningsih melihat sisi lain dari suaminya, yang ternyata juga memiliki sifat bringas.

"Mamah, maafin Papah ya, Papah khilaf, sungguh benar-benar khilaf."

Ningsih tak menghiraukannya, dan langsung berlalu pergi meninggalkan Herman. Sementara, Herman kembali menutup pintu pagar mengurungkan niatnya untuk pergi.

Dari sore itu hingga malam harinya, Ningsih masih mencueki Herman, termasuk tidak memberi Herman makan, ini juga merupakan pengalaman pertama Herman dalam hidupnya selama menikah dengan Ningsih.

Malam semakin larut dan Herman merasa semakin lapar, dan akhirnya Herman memesan makanan online.

Setelah pesanannya datang, Herman makan terlebih dulu setelah itu ia berinisiatif mengantarkan makanan ke kamar untuk Ningsih, tapi sepertinya istrinya itu sudah terlanjur ngambek tidak mau makan.

Waktu berlalu, rasa sakaw itu muncul lagi, Herman mengambil kunci mobil bermaksud ingin pergi tapi satu ide mendadak muncul di benaknya.

Ide untuk memesan satu paket donat pakai gula putih dan mengirim pesan itu ke Khanif dan Jaey.

Selama ini Herman hampir tidak pernah mengirim chat ke Khanif maupun Jaey karena selama ini mereka hampir tiap hari bertemu di studio podcast secara langsung sehingga bisa mengobrol secara langsung berhadapan. Karena hampir tidak pernah mengirim chat itulah yang mungkin membuat ide untuk mengirim chat itu tidak pernah terlintas sedikitpun dipikirannya.

Andai saja ide untuk mengirim chat itu muncul di awal, mungkin kejadian KDRT itu tidak akan terjadi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi, setiap kejadian ada hikmahnya, maka tinggal petik saja hikmahnya.

Lama Herman menunggu, akhirnya pesanan satu paket donat pakai gula putih yang ia pesan datang juga, gula putihnya memiliki kemasan terpisah dengan donatnya, dan langsung saja ia enjoy party makan "gula" sendirian malam itu.

***

Dua hari berlalu paska KDRT, belum ada tanda-tanda memaafkan dari Ningsih, Herman mencari akal dengan mengencangkan semua tutup botol minuman di kulkas agar dapat berbaikan dengan Ningsih.

Saat Ningsih mengambil minuman botol di kulkas, namun ia kesulitan membuka tutup botol itu, melihat itu Herman menghampirinya.

"Butuh bantuan?" Ucap Herman menawarkan bantuan sambil meraih botol itu dari tangan Ningsih lalu membuka tutupnya serta menyerahkan kembali botol minuman itu ke Ningsih.

Setelah itu Herman mengulurkan jari kelingkingnya simbol permintaan maaf, tapi alih-alih menyambutnya, Ningsih hanya mencuekinya.

Tapi benar kata orang usaha tak menghianati hasil, malam harinya saat Herman santai di depan TV, Ningsih menghampirinya dan berkata.

"Dengan satu syarat?" Ucap Ningsih tiba-tiba.

"Syarat? Syarat apa?" Tanya Herman heran, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Ningsih mengajukan syarat.

"Setiap kamu keluar rumah aku harus ikut bersamamu." 

"Ooh syarat keluar rumah..! Okey, kebetulan aku lagi lapar, yuk kita makan di luar." Ajak Herman.

Ningsih mengangguk.

Ningsih mengerti akan kondisi suamianya yang masih dalam tahap rehabilitasi.

Ningsih juga sadar suaminya membutuhkan dukungan tapi Ningsih tak tau sampai kapan ia mampu memberikan dukungan itu.

Herman bangkit dari duduknya di sofa, berdiri di dekat Ningsih, merangkul bahu Ningsih dan berjalan menuju pintu depan.

Akhirnya Ningsih dan Herman baikan lagi, "gula" yang menyebabkan mereka bertengkar, "gula" pula yang menyebabkan mereka baikan, andai saja Herman tidak mendapatkan ide untuk mengirim chat ke Khanif dan Jaey, mungkin sampai saat ini Herman masih sakaw alias tidak mampu berfikir normal.

Untuk pertama kalinya dalam sekitar dua bulan terakhir akhirnya Herman diperbolehkan istrinya keluar rumah dengan syarat harus di kawal oleh istrinya agar Herman tidak mencuri-curi bertemu dengan Khanif dan Jaey.

***

Lima bulan berlalu, hubungan mereka tampak baik-baik saja, akur dan penuh kebahagian seperti biasanya, hanya saja ada satu hal yang membuat Ningsih heran, mengapa Herman sering sekali membeli donat dan anehnya dia tidak memakannya.

Ningsih mengomelinya dengan alasan mubazir dan lainnya, sebagai suami yang baik dan penurut, Herman berusaha memakan donat yang ia beli dan setelah itu Ningsih juga menyuruhnya untuk sholat dan mengaji dan Herman juga menurutinya, Herman jadi rajin ke mesjid.

Herman seakan menemukan cara baru keluar rumah, khusus ke masjid istrinya tidak ikut dan ini kesempatan Herman untuk sedikit terlepas dari pengawasan istrinya, terutama hari jumat, Herman sengaja mencari masjid paling jauh agar bisa berlama-lama di luar rumah, pernah Herman dari Jakarta sholat jumat ke Sulawesi, dengan alasan sholat jumat sekalian berwisata melihat mesjid-mesjid yang terkenal di Indonesia.

Waktu terus berlalu, perubahan besar terjadi pada diri Herman, dia lebih relegius dari biasanya, dan itu membuat Ningsih terkecoh, dan menganggap Herman sudah sembuh dari ketergantungannya, akhirnya Ningsih kecolongan dan membiarkan Herman keluar rumah sendirian sesuka hatinya.

Dan hal pertama yang menjadi tujuan Herman adalah menemui teman-temannya Khanif dan Jaey di studio podcast.

Begitu sampai di studio podcast, Khanif menyambutnya. "Beuh, beuh.. makin gede aja lu Man?" Ucap Khanif begitu melihat Herman muncul di studio dengan badan makin besar.

"Ya gitu deh, keseringan makan donat gue." Jawab Herman sambil tertawa.

"Kasi dia Bear, Jaey!" Suruh Khanif ke Jaey.

"Bir? Mana ada Bir." Jawab Jaey heran.

"Msksudku Bear.. bukan Bir." Tegas Khanif.

"Oh Bear, susu beruang." Jaey pun melemparkan sekaleng susu beruang ke Herman dan Herman menangkapnya.

"Lagian ini susu sapi tapi gambarnya beruang, hehe.." Ucap Herman sambil memperhatikan kaleng susu itu lalu meminumnya.

"Cuma minuman doang nih? donatnya mana?" Tanya Herman lagi.

Khanif pun memberikan gula dan donat ke Herman dan Herman pun "fly on air" di studio podcast itu.

***

Setahun berlalu Herman terus mengulangi perbuatannya itu hingga pada akhirnya tercium oleh BNN, Satria dan Agus selaku intel kembali menangkap Herman.

Mereka bertiga yang ada di studio podcast itu diperiksa air pipisnya dan dari hasil tes menunjukkan Herman "positif" sementara kedua temannya "negatif".

Untuk kedua kalinya Herman kembali di tahan namun kali ini hanya ditahan dipusat rehabilitasi VIP layaknya hotel mewah.

Herman mengalami masa yang sulit karena istrinya menceraikan dirinya saat masih berada dalam tahanan dan harta mereka terbagi dua.

Kekayaan Herman hanya tersisa separoh dan hampir ludes karena setiap hari keluar uang banyak buat membayar biaya di pusat rehabilitasi VIP.

Seiring berjalannya waktu, harta Herman satu-satunya yang tersisa hanyalah rumah kosong karena seisi perabotannya sudah di jual.

Waktu terus berlalu, Herman juga harus menjual rumahnya dan harta yang tersisa hanyalah sisa uang dari hasil penjualan rumah tersebut yang juga semakin hari semakin terus berkurang.

Sekitar beberapa bulan berlalu akhirnya Herman dinyatakan sembuh dan boleh rawat jalan.

***

Herman tak tau harus pulang kemana, dan pada akhirnya dia tinggal di studio podcast bersama Khanif dan Jaey.

Namun sesuai ungkapan "Uang tidak berteman." Herman pun diusir dari studio podcast seiring kebangkrutan Khanif dan Jaey yang memutuskan berhenti berdagang sebagai penjual donat. Mereka bangkrut karena tidak memiliki pemasukan lain sehingga tidak mampu membayar sewa rumah yang mereka jadikan studio podcast.

Mereka bertiga berpelukan di depan studio podcast sebelum akhirnya mereka berpisah menempuh kehidupan masing-masing.

Khanif pulang kampung halamannya di Jepang. Dan Jaey pulang ke rumah Amanda di Manado.

Herman tetap di Jakarta menjadi gembel, tidur di jalanan, dan makan dari mengais-ngais sampah.

Namun Herman beruntung setiap kali mengais sampah selalu menemukan donat yang masih baru, tapi kali ini toppingnya berbeda-beda kadang coklat, keju, ceries, lengkap bersama air yang semuanya masih layak makan dan minum.

Tak jarang ketika terbangun dari tidurnya di pinggir jalan, Herman juga mendapati makanan dan minuman yang sudah tersaji di dekatnya dan juga uang meski tidak banyak.

Herman merasa heran dan berfikir ini bukanlah suatu kebetulan, mungkin ada seseorang yang sengaja meletakkan makanan dan minuman itu disana.

Tapi Herman tak ingin ambil pusing memikirkan itu, ia tetap berayukur mungkin ini cara Tuhan menolong dia karena selama tiga kali puasa tiga kali lebaran, Herman semakin membenahi diri menjadi orang yang lebih baik. Menjadi relegius yang sebenar-benarnya relegius, bukan relegius akal-akalan seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Rejeki anak soleh." Ucapnya tersenyum karena nama ayahnya memang bernama Solehin.

Begitu mengingat nama ayahnya, Herman jadi sedih, sepertinya ia merindukan kedua orang tuanya itu yang sudah tiada.

Dalam sedihnya itu, datang seorang gadis remaja menghampirinya.

Mengusap air mata Herman dengan tissu serta memeluk Herman.

"Ayah?" Sapa gadis remaja itu padanya.

Herman menatap lekat-lekat pada wajah gadis remaja itu dan samar-samar ia mengenalinya. Dia adalah Nurul anak gadisnya yang sudah tumbuh remaja.

"Nurul?" Balasnya memeluk anaknya itu.

Sepertinya yang membelikan makanan dan minuman untuk Herman selama ini adalah Nurul, membelinya menggunakan uang jajan yang ibunya berikan.

Nurul bertanya-tanya tentang keberadaan ayahnya pada ibunya, ibunya kemudian menunjukkan bahwa ayahnya tinggal di jalanan, ibunya sengaja melarang Nurul mendekati ayahnya, "cukup lihat dari jauh saja" katanya, ibunya tampaknya bermaksud menghukum Herman menggunakan hukum alam dan sepertinya berhasil, alam membuat Herman bertobat.

Nurul tidak tega melihat ayahnya menangis sehingga dia melanggar larangan ibunya yang melarang Nurul mendekati ayahnya.

Nurul membawa Herman pulang ke rumah ibunya dan atas permintaan Nurul akhirnya Herman dan Ningsih rujuk kembali.

TAMAT!

Comments

  1. herman beruntung punya anak nurul yang masih menyanyaingya, juga ningsih istrinya yang msh mau di ajak rujuk :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tidak seperti mas khanif, pulang ke jepang kawin sama cewek Jepang yang imut.😁

      Delete
    2. Nyari cewe kayaknya mudah disana, aku lht di video, mereka berdiri di pinggir jalan, di lehernya ada kalung bertuliskan harga perjamnya, kecantikannya jgn tanya, artis lokal mah kalah cantik 🤣

      Delete
  2. Seru ini ceritanya, harusnya dibikin novel.

    Coba kang Jaey ikut Gramedia Writing Project, siapa tahu jadi pemenang dan ceritanya dibikin novel.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gamau di bikin novel mas, maunya langsung di angkat ke layar lebar dan sutradaranya harus Marvel dan pemerannya harus Tom Cruise 🤣✌

      Delete
    2. Banyak film Indonesia yang diangkat dari cerpen lho, seperti garis waktu atau manusia bumi. Siapa tahu kalo kang Jaey menang Gramedia Writing Project nanti ketemu Amanda Manopo.

      Delete
    3. Iya deh.. nanti kita liat2 dulu mas, kalau memungkinkan kita ikut, ayo mas kita ikut, haha.. suatu hari Agus mengajak Jaey Satria Herman Khanif ikut Gramedia Writing Project dan bak 5 orang Power Ranger mereka menyatukan kekuatan melawan Monster kegelapan 🤣

      Salah satu dari mereka berkhinat dan jatuh cinta pada monster itu, Monster kegelapan yg cantik jelita mirip Amanda, udh deh kacau cerita, wkwk..

      Delete
  3. Jauh amat Jumatannya. Btw ceritanya agak-agak nyerempet kehidupan seorang sepasang artis di Indonesia.

    Masih ada yang bikin penasaran untuk saya. Itu kenapa Khanif sama Jaey kok Gak positif juga.
    Apakah sebegitunya meraka ingin memanfaatkan duit si Herman?


    [setelah sekin lama gak main, Pak Jaey Rumahnya udh di renov aja nih]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kang, sebagian inspirasinya memang datang dari sana dan dari berbagai jenis kasus serupa.

      Berdasarkan pengamatan di lapangan dari menonton berita, rata2 pengedar ga ikut pake sih kang, mgkn mereka takut tdk untung, rugi tentunya klo jualan di pake sendiri, hihi..

      Gada di renov samasekali kang, masih sama kaya dulu 😅

      Delete
    2. Wah, apa kang Jaey pernah jadi orang lapangan jadi tahu triknya.😁

      Delete
    3. Dari menoton berita jaman dulu mas, seperti acara apa tuh, siap 86, buru sergap, dan acara sejenisnya, menonton itu serasa membuat kita ikut menggerebek juga wkwk

      Delete
  4. apa itu lembah hitam ? hahahahha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lembah hitam apa ya, perumpamaan dari keburukan mgkn, keburukan yg sebetulnya nikmat, wkwk ✌

      Delete
  5. Duh tragedi kehidupan...dari banyak aset jadi ga perlu kerja sampai menjadi gelandangan...ini gara-gara donat toping gula putih...

    Tapi akhirnya lega...happy ending.

    Sip banget cerpen nya Mas.

    Salam,

    ReplyDelete
  6. seperti real story dari real problem yang terjadi sehari hari....
    menarik

    ReplyDelete
  7. udh tamat ya... semoga rujuk kembalinya langgeng ya.. jangan kyk lagu, "putus nyambung putus nyambung..."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan rencananya di episode berikutnya mau dibikin cerai lagi wkwk

      Delete

Post a Comment