Skip to main content

Cerpen: Pertualangan 4 Sekawan

Cerpen: Pertualangan 4 Sekawan

Dari kejauhan tampak iring-iringan truk berisikan pasukan polisi bersenjata lengkap sedang melaju dan berhenti di sudut-sudut jalan.

Sesaat setelah truk berhenti mereka berhamburan keluar melompat dari truk dan mengambil posisi masing-masing, ada yang berlindung di balik pohon, tiarap di aspal, naik ke atap warga lalu tiarap di atap, dan masuk kerumah warga lalu mengintip dari balik jendela.

Sementara dari udara sebuah Helicopter berputar-putar mengitari sebuah rumah dan tak lama kemudian dari heli tersebut meluncur 4 orang polisi menggunakan tali dan mendarat di rerumputan pekarangan rumah warga.

Mereka mengenakan helm dan rompi anti peluru bertuliskan polisi dan membawa senapan mesin otomatis.

Mereka mengendap-endap menuju teras rumah warga dan seorang komandannya yang bernama Satria memberi isyarat pada temannya yang bernama Herman, dan Herman pun maju ke depan pintu memasang granat lalu mundur kembali.

"Nif, siaga!" Perintah Satria. Khanif pun siaga mengarahkan ujung senapannya ke arah pintu dan mengeker target.

"Gus.." Satria kini memberi aba-aba pada temannya yang bernama Agus dan Agus pun maju membawa toa lalu berteriak.

"Jaey, menyerahlah, rumahmu sudah di kepung." Teriak Agus menggunakan toa.

Dari dalam rumah terdengar suara sahutan: "Woy gabisa keluar ada sesuatu yang mengganjel menghalangi pintu."

"Man, Man, lu ngapaen pasang granat di depan pintu, ambil kembali!" Bisik Satria pada Herman dan Herman pun mengambil kembali granat yang ia pasang tadi.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan tampak Jaey keluar dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa.

"Apaan sih ribut-ribut?" Jaey menggeliat dan sedikit menguap di depan pintu dan keempat orang polisi tersebut langsung menyergapnya dan menodongkan senjata.

"Angkat tangan!" Perintah mereka.

"Gamau!" Bentak Jaey.

"Tiarap di lantai, tangan ke belakang, cepaaat!" Perintah mereka.

"Gamau, gue bilang gamau ya gamau!" Jawab Jaey lebih galak daripada mereka.

"Ya sudah kalau gamau!" Jawab mereka mengalah.

Mereka pun membawa Jaey tanpa borgol menuju ke mobil.

"Saya gamau naik mobil yang itu." Rengek Jaey dan keempat polisi itu pun saling pandang.

"Ya sudah bawa dia ke mobil yang paling bagus, biar cepat kelar urusan ini!" Ucap Satria mengalah serta memerintahkan ketiga anak buahnya untuk membawakan mobil paling bagus buat membawa Jaey ke kantor polisi untuk di tahan.

Saat dalam perjalanan tiba-tiba Jaey kejang-kejang dan pingsan.

"Lho kenapa dia?" Tanya Satria heran.

"Mungkin dia alergi mobil jelek, Ndan!" Jawab Agus.

"Betul Ndan, mungkin karena dia terbiasa naik mobil mewah!" Tambah Herman.

"Oh begitu, kalau begitu kita bawa dia ke rumah sakit!" Perintah Satria dan Mobil pun belok arah tidak jadi ke kantor polisi.

Sesampainya di rumah sakit dan setelah di periksa rupanya penyakitnya sangat gawat dan harus di terbangkan ke Singapura dan saat itu juga ia langsung di terbangkan ke Singapura dan tak berapa lama Pihak RS Singapura melaporkan ke Satria bahwa nyawa Jaey tidak tertolong.

Satria geram dan membuka helm-nya serta membantingnya.

"Sial..!! saksi satu-satunya malah mati!" Ucap Satria.

"Tenang Ndan, masih ada istrinya siapa tau kita bisa mengorek keterangan dari istrinya!" Ucap Agus mencoba menenangkan Satria.

***

Sementara itu di kediaman mendiang Jaey pihak kepolisian melalui telepon mengabarkan pada Amanda bahwa suaminya sudah tiada.

Amanda tertawa setelah menutup telepon karena sebelum pihak kepolisian mengabarkan kematian suaminya, suaminya sudah terlebih dulu menelpon dirinya.

"Yank, nanti kalau ada polisi menelpon dan mengatakan aku sudah mati, jangan percaya ya, sebenarnya aku masih hidup!" Begitu bunyi pesan telepon dari Jaey beberapa saat lalu.

"Ya Mas!" Jawab Amanda.

"Yank, kamu cepat kesini, di tempat biasa." Pinta Jaey.

"Mana bisa aku menyusul ke luar negeri, banyak polisi berjaga di luar sana." Jawab Manda.

"Ayolah yank, kamu kan anak Albert Einsten, kamu pasti bisa lolos!" Jawab Jaey.

"Iya, nanti ku usahakan secepatnya menyusul kesana." Jawab Manda.

"Nah, begitu dong, optimis!" Jawab Jaey.

"Oke sampai jumpa, semoga tenang di alam sana!" Jawab Amanda.

"Woy, gue belum mati." Teriak Jaey.

"Maksudku, dimanapun kamu berada semoga tenang disana, begitu maksudku, hehe!" Jawab Manda.

"Oh begitu.. ya sudah sampai ketemu nanti!" Jawab Jaey.

"Okey!" Jawab Amanda sambil menutup telepon.

***

Hari-hari berlalu, Polisi memasang Garis Polisi di rumah Amanda.

Namun meski begitu, masih banyak mobil mewah sering bertamu ke sana.

Apakah tamu-tamu itu berkabung atas kematian Jaey ataukah ada transaksi ilegal terjadi disana.

Dan itu menimbulkan kecurigaan sehingga Satria, Agus, Herman, dan Khanif pun harus menyelidikinya dengan menyamar menjadi warga biasa.

Selama 24 jam Satria, Agus, Herman, dan Khanif mengawasi Amanda untuk memantau barangkali terjadi sesuatu yang mencurigakan.

Sementara itu Amanda berpura-pura sedih agar tidak dicurigai.

Bahkan dia bernyanyi-nyanyi seperti orang gila. Begini liriknya: "Pernah ada rasa cinta, antara kita kini tinggal kenangan, ingin ku coba mencari penggantimu, namun tak lagi yang seperti dirimu oh kekasih." (Lirik by lupa)

Sejak kepergian suaminya dari dunia ini dan sejak saat itu Amanda dan anaknya berpura-pura tak pernah lagi bersosialisasi dengan warga sekitar.

Warga tak tau alasan mengapa Amanda dan anaknya tau mau lagi bersosialisasi, apakah karena mengalami kesedihan mendalam ataukah hal lainnya.

Padahal warga setempat terutama 4 orang pemuda bernama Agus, Satria, Herman, dan Khanif sudah sangat menantikan ingin menggoda Amanda, karena tentu saja sejak kepergian suaminya, Amanda kini resmi menjadi janda, terlebih ia termasuk janda yang sangat menawan yang membuat pemuda manapun akan tergoda padanya.

"Manda kemana sih, kok gak pernah keluar dari rumah ya?" Gumam Satria sambil garuk-garuk kepala dan terus menatap kerumah janda tersebut.

"Iya ya, padahal kan ini hari perayaan kemerdekaan, minimal bersosialisasi lah makan kerupuk, lomba karung, dan lainnya." Timpal Agus menanggapi gumaman Satria.

"Dia juga tidak memasang bendera merah putih di depan rumahnya, padahalkan harusnya dipasang. Atau apakah dia tidak ada dirumah?" Tanya Herman pada Agus dan Satria.

"Kemarin sih kulihat dia naik Taksi." Jawab Khanif menanggapi keempat temannya.

"Waduh jangan-jangan mereka ke luar negeri!" Ucap Satria.

"Kenapa tidak ngomong dari tadi Nif, biar kami tidak menduga-duga!" Sesal Agus pada Khanif. 

"Sebenarnya, aku agak kurang yakin, Mas." Ucap Khanif tersenyum.

"Kalau dia memang ke luar negeri, gagal deh misi pengintaian kita selama ini, tugas kita kan menjaga dia agar tidak ke luar negeri." Ucap Satria.

"Semua ini salah Khanif." Ucap Herman.

"Kalian keterlaluan ya menyalahkan aku, selama ini cuma aku yang berjaga sendirian sementara kalian cuma tidur." Ucap Khanif emosi sambil mengokang pistolnya dan mengacungkannya pada Herman dan Herman melakukan hal yang sama pada Khanif.

"Huh kacau sudah, ngapaen kita masih menunggu disini, ayo bubar-bubar!" Ucap Agus seraya berdiri dari tempat duduknya meninggalkan tempat tongkrongan mereka itu yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari depan rumah Amanda.

"Pergi selangkah dari sini, ku dor kamu Gus. Ingat aku komandan kalian." Ucap Satria mengokang pistolnya dan mengacungkannya ke Agus.

"Kita hanya manusia biasa, Ndan, tidak bisa mengintainya 24 jam." Jawab Agus juga membalas mengacungkan pistolnya kepada Satria.

"Baiklah jangan baper, mungkin kita lelah, mari bersantai sejenak, pakai cara lama, yaitu hompimpa! Yang kalah dia akan berjaga malam ini." Ucap Satria sambil menyimpan pistolnya kembali.

Dari hasil hompimpa ternyata Khanif yang kalah dan harus berjaga duluan malam ini.

***

Selepas isya, Khanif kembali ketongkrongan itu sendirian, sambil bermain konsol game dan menyeruput kopi sesekali ia melirik ke arah rumah Amanda namun rumah janda beranak satu tersebut tampak gelap gulita seperti tak ada penghuninya.

Lama Khanif termenung sambil menyeruput kopi hingga lama kelamaan kopinya habis dan baterai game konsolnya juga habis. Khanif mulai bingung harus melakukan apa karena pasti bete banget. "Hmm.." Khanif menghela nafas panjang.

"Satria, Agus, Herman, kok belum datang ya?" Ucap Khanif lagi, dalam hati.

"Gue tiduran aja dulu kali ya? sambil menunggu mereka.. kali aja mereka datang." Batin Khanif.

Khanif tiduran memejamkan mata di tempat tongkrongan itu, tongkrongan yang mirip pos satpam tapi sedikit lebih luas, tanpa atap, tanpa dinding, jadi Khanif dapat merasakan segarnya udara malam sambil menatap bintang-bintang di langit.

Menurut warga dulunya bangunan ini bekas kuburan tanpa nisan tapi Khanif tak percaya dan menganggap itu bualan warga semata, yang secara halus ingin mengusir pemuda lain yang menongkrong disini, sebab mereka berisik, namun sejak mereka berempat disana pemuda-pemuda tersebut jadi takut karena mereka berempat membawa pistol, jadi sejak ada mereka berempat tempat ini jadi sepi seperti kuburan.

*Teng* waktu menunjukkan pukul 10 malam dan tanpa sadar Khanif tertidur dan bermimpi masuk ke rumah janda tersebut.

Namun saat dalam rumah terasa begitu luas, padahal dari luar terlihat biasa saja tapi dalamnya luas banget.

Khanif sampai kelelahan berjalan di dalam rumah tersebut dan tak pernah sampai, selalu saja ada belokan, melewati lorong, aula, dan sebagainya. Sampai akhirnya Khanif tak kuat lagi berjalan dan memutuskan beristirahat sejenak.

"Ayo mas, sedikit lagi sampai!" Ucap Janda itu pada Khanif. Tapi Khanif masih tersengal-sengal.

"Biar mas semangat, gimana kalau aku buka baju?" Ucap Janda itu membuat Khanif merasa heran tapi tetap mengangguk, Janda itu pun perlahan melepas ikatan tali baju tidurnya dan membuat Khanif penasaran menantikan baju tidur itu terbuka dan saat terbuka Khanif langsung berteriak sambil memejamkan mata, ia benar-benar tak habis fikri dan diluar nurul, Janda itu berubah menjadi monster berwarna hitam, dengan gigi tajam siap menerkam Khanif. Dalam lelahnya Khanif tak bisa berlari, hanya bisa mengesot-esot mundur.

Sementara itu, Satria, Agus, Herman, sedari tadi sudah ada di tongkrongan tersebut menyaksikan Khanif sedang tidur, namun tidak membangunkannya karena kasian dan mereka juga tidak tau kalau Khanif sedang bermimpi.

Namun karena Khanif belum makan malam, Herman mencoba membangunkannya, tapi Satria mencegahnya.

"Bentar.. bentar.. Man.." Ucap Satria.

"Kita membangunkannya pakai gaya, kita jadi pocong sampai dia terbangun!" Ucap Satria.

"Ide bagus tuh, hehe.." Jawab Herman.

"Gue yang videoin?" Usul Agus.

"Nah betul, Gus!" Jawab Satria.

"Tapi gada kain putih?" Ucap Agus tertawa.

Satria tampak berfikir sejenak dan tatapannya mengarah ke poster pasangan Bacawapres AHY dan ARB, "Pakai poster itu aja, Man!" Usul Satria sambil menunjuk agar Herman mencopot poster tersebut.

"Ga bahaya ta?!" Tanya Herman sedikit ragu saat akan mencopot poster tersebut.

"Ga dong, kan AHY dan ARB sudah pisah, posternya sudah tidak dipakai lagi!" Jawab Agus, dan Herman pun mencopot poster tersebut seraya merobeknya menjadi dua bagian, satu buat Satria dan satu buat Herman.

Mereka menggunakan poster tersebut sebagai topeng buat menakuti Khanif.

"Emang boleh ya sejahil ini?" Celoteh Herman melawak, menirukan kata-kata anak medsos, membuat Satria sedikit tersenyum dan menepis pundak Herman agar tidak bersuara.

Agus mulai merekam dan mengguncang-guncang tubuh Khanif untuk membangunkannya sedangkan Satria dan Herman siap-siap buat menakutinya.

Dan, 1.. 2.. 3... Khanif terbangun dan terperanjat melihat dua wajah besar yang ada di poster. Khanif masih setengah sadar dan menyangka itu raksasa.

Khanif terlihat sangat ketakutan dan pucat pasi, rambutnya basah berkeringat, dadanya tersengal-sengal.

Melihat itu mereka jadi tidak tega dan berhenti menakutinya dan secara perlahan akhirnya Khanif tersadar dan malu.

"Bangun Nif makan, kamu belum makan malam." Ucap Herman.

"Bentar guys, gue capek habis mimpi buruk tadi, di tambah lagi kalian menakutiku, jadi dobel capeknya." Ucap Khanif menggerutu.

Khanif pun mulai menceritakan mimpinya, dalam mimpinya Janda itu bercerita bahwa dia sudah mati berbulan-bulan dalam rumah itu tapi tak ada satupun warga yang mengetahuinya, Janda itu meminta Khanif untuk menolongnya tapi Khanif terbangun dan tidak sempat menolongnya.

"Dan, anehnya guys, Janda dalam mimpi ku itu bukanlah Amanda tapi Janda lain yang juga tak kalah cantik." Jelas Khanif.

Tadinya mereka merinding mendengar cerita dari mimpi Khanif tapi setelah mendengar kata *cantik* merinding mereka jadi hilang.

"Cukup sudah pengintaian kita, besok kita dobrak saja rumah itu." Ucap Satria.

"Ga bahaya ta?" Tanya Herman.

"Lihat saja besok." Jawab Satria.

***

Pagi harinya Pak Tanza selaku ketua RT mondar-mandir di luar pagar rumah Janda tersebut, sesekali Pak Tanza melongok ke arah dalam pekarangan dan mengendus-endus seperti mencium bau sesuatu.

Satria dari kejauahan memperhatikan tingkah Pak Tanza tersebut dan mengendap-endap lalu mengageti Pak Tanza dari belakang sampai Pak Tanza jadi latah, "Eh, copot.. eh copot."

"Hayo ketahuan, Pak RT ngintip ya?" Tanya Satria menyelidik.

"Eh, Sat, kebetulan ada kamu, kamu mencium aroma sesuatu tidak?" Satria pun mengendus-endus.

"Iya, seperti aroma asem-asem?" Ucap Satria.

"Ada sesuatu yang terjadi kayaknya Nih.. Sat kamu tolong panggil Sekuriti ya, kita masuk kedalam rumah ini." Ucap Pak Tanza.

"Tolong jangan gegabah, Pak! Soalnya ada Garis Polisinya?" Tanya Satria.

"Pokonya kamu panggil saja sekuriti suruh kemari dan saya akan manggil polisi." Ucap Pak Tanza seraya akan menelpon Polisi.

Rumah tersebut di beri Garis Polisi karena Jaey dan istrinya diduga kerja sama melakukan pencucian uang, menjadi Bandar Narkoba, serta Bandar Judi Online.

Dan setelah Polisi dan Security masuk, jasad ibu dan anak tersebut sudah tinggal tengkorak. Sepertinya sudah meninggal berbulan-bulan tanpa di ketahui warga. Listriknya juga padam karena tidak bayar listrik.

Polisi juga menemukan botol air minuman di dekat kedua jasad tersebut beserta barang-barang pribadi.

Polisi belum bisa memastikan apa isi kandungan dalam minuman tersebut karena akan dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu.

Sementara Pak Tanza dan Satria, yang menemukan jasad tersebut pertama kali sedang diperiksa oleh Kepolisian.

Khanif, Agus, dan Herman juga diamankan pihak berwajib.

Namun setelah itu mereka berlima boleh pulang.

"Jadi selama ini kita cuma melakukan pengintaian pada mayat?" Tanya Khanif.

"Ya begitulah, Nif." Jawab Agus.

"Sungguh tak kusangka Amanda mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu!" Sesal Herman.

"Bukan hal mudah, ketika bisnis hancur dan suaminya pun meninggal." Ucap Agus.

"Setidaknya kita bisa istirahat dan pulang, yuk kita pulang." Ajak Satria.

***

Namun satu hal yang belum mereka ketahui, Jaey dan Amanda beserta anaknya sedang liburan di luar negeri, di sebuah pulau milik mereka sendiri yang tidak ada di dalam peta, di pulau itu ada pantai dan mereka bersantai disana memakai kaca mata hitam dan baju renang.

"Eh, eh.. Tiwi jangah ketengah sayang, nanti terbawa ombak." Sergah Amanda, ketika Tiwi kecil berlari-lari di tepi pantai.

"Jadi bagaimana kisah tengkorak dan aroma jasad itu, sayang?" Tanya Jaey sambil mengajak istrinya bersulang.

"Mas tau ngga, aku membeli daging itu sendiri ke pasar, para penjual daging merasa heran, ketika orang membeli daging yang segar tapi aku malah mencari yang rada busuk!" Jawab Amanda.

"Hahaha.." Tawa Jaey pecah.

"Lalu sayang, Lalu?" Tanya Jaey lagi.

"Ya, lalu daging busuk itu aku balutkan ke tengkorak palsu." Ucap Amanda antusias.

"Hahaha.." Lagi-lagi Jaey tertawa terbahak-bahak.

"Kamu benar-benar nekat, sayang! Sekaligus jenius!" Puji Jaey.

"Mas sendiri gimana ceritanya, dikabarkan meninggal tapi kok masih hidup?" Tanya Manda.

"Money sayang, money, you have a money you can genggam the world!" Jawab Jaey dengan ekspresi senyum menyebalkan.

"Oh begitu.." Ucap Manda, dan mereka kembali bersulang serta menenggak minumannya.

TAMAT!

***

BONUS!
Beberapa bulan kemudian..

Dari kejauhan tampak sebuah pesawat menjatuhkan satu buah mobil di atas laut dan mobil tersebut berjalan di atas air dan naik kedaratan di atas pasir.

Tampak 4 orang pria berkaca mata hitam dengan masing-masing menenteng senjata otomatis. Siapa lagi kalau bukan Satria, Khanif, Agus, dan Herman.

Mereka mendekat ke arah Jaey yang sedang tiduran di pasir, Satria menunjukkan satu buah surat hasil uji laboratorium, mereka berempat sudah mengetahui kalau Amanda dan Jaey masih hidup.

Jaey mencoba untuk menyogok mereka berempat dengan menyuruh mereka mengambil uang yang terkubur dalam pasir sebanyak yang mereka mau.

Tapi mereka menolaknya..

Melihat gelagat penolakan, dari kejauhan Amanda sudah siap dengan senapan snippernya dan menembaki mereka berempat sebagai tembakan pengalihan, sementara itu kesempatan Jaey untuk kabur berlari menuju sebuah tombol dan memencetnya lalu dari dalam pasir terbuka sumur besar dan muncul pesawat luar angkasa lalu Jaey dan keluarganya masuk kedalam pesawat dan terbang ke Mars.

Dan tanpa sepetahuan Jaey, mereka berempat juga ikut menyelinap ke dalam pesawat tersebut, namun sayang sesampainya di Mars mereka lupa pakai baju Astronot dan mereka semua terkena radiasi dan pingsan.

Saat Jaey dan Amanda serta anaknya terbangun tiba-tiba mereka bisa terbang seperti Superman dan mereka terbang kembali ke bumi menunju pantai kediaman mereka dan tak berselang lama Satria, Khanif, Agus, dan Herman juga menyusul karena mereka juga bisa terbang.

Dan mereka pun saling bertempur satu sama lain, 3 lawan 4. Namun tak ada yang menang dan tak ada yang kalah karena sepertinya mereka memiliki kekuatan yang sama.

TAMAT!

Comments

  1. asik uangnya bisa dicuci..... kapan keringnya setelah dicuci?
    😁🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan musim kemarau Pak, dijemur langsung kering 😂

      Delete
  2. wkwkwk ada bonusnya, itu ga di terusin mas part bonus, pasti seru karna punya kekuatan bertempur sampai semuanya mati :D,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terusannya sudah jadi film mas, judul filmnya Fantastik Four, diperankan Chris Evan dan Jesica Alba 🤣🤣

      Delete
    2. mas agus yang jadi the thing :D

      Delete
  3. 🤣🤣🤣🤣🤣 Bonusnya malah ngawur jadinya Huu.🤣🤣 Akhirnya selama di Mars Satria, Khanif, Agus, Dan Herman kerasukan mahluk luar angkasa yang bernama ET, Itulah sebabnya mereka ber 4 bisa menyusul si Enjay yang telah balik lagi ke Bumi.🤣🤣

    Jadi kasus tengkorak yang ada di Depok murni ulah Amanda yee Huu.🤣🤣🤣

    Gue malah nggak ngikutin pengembangan kasus tengkorak itu Huu, bodoh amatlah.🤣🤣

    Cerita menarik Huu.👍👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya cerita ini terinspirasi dari 2 kasus nyata dan dikait2kan satu sama lain.
      1. Kasus Jasad tinggal kerangka di Depok.
      2. Kasus bandar narkoba.

      Bedanya, tengkorak di dunia nyata itu asli, klo dlm cerpen ini palsu 😅

      Dan, soal bandar di dunia nyata dia sdh dipenjara, klo dlm cerpen ini saya bikin jadi lolos 😅

      Ya saya juga huu ga ngikutin, teralhir baca pas sedang dilakukan uji coba laboratorium, setelah itu saya gatau lagi gimana kelanjutannya 🤣

      Thank you for mamfir 😅👍

      Delete
  4. lupa pake baju astronot??? kok bisa...
    jgn2 ke Marsnya pake baju pantai ya... :D

    ReplyDelete
  5. Yaelah Jaey orangnya ngeyelan ya, masa gak nurut diperintahin tiarap dan angkat tangan kwkw
    Tapi lucu sih ini ceritanya meski pda akhirnya malah kabur ke Mars kwkw di sana jangan lupa bangun negara yg lebih modern, adik, dan bijaksana ya hohoho

    ReplyDelete
  6. Awalnya udah seru, kenapa ending malah ke mars 🤣🤣. Mas jaey pasti ngigo pas bikin part ending yaa 😄😂

    ReplyDelete
  7. Owh... 4 sekawan yang benar2 nganu. Kunbal dan folbek di tunggu yah

    ReplyDelete

Post a Comment