Skip to main content

Cerpen: Dimakan Hantu (JaeyLangkung Gen-Z)

Cerpen: Dimakan Hantu (JaeyLangkung Gen-Z)

Tinggal bersama mertuanya membuat Ningsih merasa kurang nyaman karena merasa diawasi dan tidak bebas melakukan apapun.

Pernah suatu hari Ningsih kedapatan oleh mertuanya ketika meremas ular suaminya, Herman.

Dan karena kejadian itu sampai saat ini Ningsih merasa malu dan ingin rasanya ia pergi dari rumah itu atau bahkan dari kota itu, sebab mertuanya menceritakan kejadian itu pada tetangga-tetangganya.

Setiap keluar rumah, meskipun hanya tatapan biasa dari tetangganya tapi Ningsih merasa itu sebagai suatu ejekan.

Terlebih suaminya juga seorang mantan penipu sehingga mereka berdua kurang disukai warga.

Sebenarnya mertua Ningsih orang yang baik meskipun merupakan orang tua tiri dari suaminya, tapi atas berbagai hal yang kurang nyaman tersebut membuat Ningsih membulatkan tekad untuk mengajak Herman, suaminya, minggat dari kota itu.

"Bang, minggat yuk dari kota ini, Ning sudah gak tahan menahan malu."

"Ya sudah jika itu maunya Ning, mungkin kita bisa pindah ke rumah masa kecil abang di desa."

***

Esok harinya Herman meminta ijin pada ibu tirinya untuk tinggal di desa namun ibunya enggan mengijinkannya.

"Man, ibu kan pernah cerita sewaktu kamu masih kecil dulu, alasan kita pindah dari desa itu karena banyak hantunya."

Namun Herman tetap memaksa dengan berbagai alasan hingga akhirnya ibunya tak punya pilihan lain selain mengijinkannya.

Tidak hanya pamit sama ibunya, Herman dan istrinya juga pamit sama warga dan tetangga tapi anehnya warga juga enggan mengijinkan mereka.

"Kalau kamu pindah, terus siapa lagi dong Man yang mesti kami bully, hahaha!." Ucap salah seorang warga yang disusul tawa oleh warga lainnya.

Herman dan istrinya hanya menanggapinya dengan senyum kecut.

***

Setelah meminta izin sama semua orang Herman kemudian mengemas semua barang yang diperlukan ke dalam mobil.

Herman dan Ningsih langsung berangkat menuju desa tempat tinggal Herman semasa kecil.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 12 jam, dari pagi hingga sore akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, di sebuah rumah tua yang sudah lapuk dan di tumbuhi benalu.

Disekelilingnya terdapat rumput tinggi yang rimbun, dan tak ada seorang pun disana selain mereka berdua.

"Yah, inilah tempat tinggal baru kita, Ning." Ucap Herman meperkenalkan rumah itu pada istrinya.

"Gapapa Mas, ini jauh lebih baik daripada mendengar omongan tetangga." Jawab Ningsih sedikit bercanda.

***

Matahari sudah hampir tenggelam, sebentar lagi malam dan Herman buru-buru menurunkan semua barang dari dalam mobil dibantu oleh Ningsih.

Ada sofa khusus buat adegan ranjang, tabung gas beserta kompor, air mineral galon, lampu charging, dan lain-lain.

Kebetulan tidak jauh dari rumah tersebut ada air terjun, dan berhubung sudah gelap, Herman mengarahkan lampu sorot ke arah air terjun tersebut dan mereka mandi disana.

Saat mandi itu berkali-kali Herman menjerit kaget mendapat kejahilan dari Ningsih, karena telornya di toel-toel oleh Ningsih.

Setelah selesai mandi mereka berdua bersantai di sofa, sesekali terdengar suara kelepakan kelelawar yang terbang keluar dari dalam rumah itu.

"Kita bakal punya bunyak pekerjaan besok untuk membersihkan rumah ini." Ucap Herman.

"Iya, Mas, seram juga ya tinggal di dalam rumah ini, langit-langit dan dindingnya terdapat banyak benalu, dan dari sebagian lantai yang bolong mencuat rerumputan dari kolong rumah."

"Yaah, anggap saja seperti dekorasi rumah di film Jumanji, meskipun seram tapi serasa keren!" Ucap Herman mengalihkan pikiran Ningsih, untuk membuat Ningsih berfikir seperti dalam film Jumanji, agar tidak ketakutan.

Dengan penerangan dari lampu sorot yang terhubung secara nirkabel dengan baterai mobil, Herman mengumpulkan serpihan-serpihan papan dan kayu kecil untuk dibuat api unggun untuk mengusir nyamuk dan juga binatang buas yang barangkali ada disana.

Sementara Ningsih memasak di rice_cooker dan membuat air kopi untuk Herman dari pemanas air yang terhubung dengan baterai mobil tersebut yang setara kekuatan listrik PLN.

Sambil menunggu nasinya mateng, Ningsih bermain medsos, kebetulan satelit Starlink sudah ada di daerah tersebut sehingga dapat mengakses internet.

"Heuff, Mas, bahkan di medsos pun mereka tetap merumpikan kita." Ujar Ningsih.

"Kamu malu ya?" Tanya Herman sambil membantu Ningsih menyiapkan makan malam.

"Ngga juga sih." Jawab Ningsih sambil menata makanan di meja berdebu serta ada sarang laba-laba.

"Bagus, itu tandanya kamu berjiwa bintang, karena hanya orang berjiwa bintang yang kebal terhadap rasa malu." Ucap Herman melap mulut dengan tisu setelah selesai makan. Dan sesekali herman mengetikkan jarinya seperti mengetikkan kelereng untuk mengusir laba-laba yang merayap di meja.

"Mas.. Mas.. itu ada tikus ihh serem!" Ucap Ningsih terhenti ketika membereskan peralatan makan.

"Mana.. Mana.." Ucap Herman menoleh yang juga terhenti ketika ingin mengambil potongan semangka dari dalam kulkas mini.

"Itu.." Ucap Ningsih sambil menerima semangka yang disodorkan Herman.

"Oh.. itu bukan tikus tapi tupai, iya sih wajahnya mirip tikus." Ujar Herman sambil menggigit semangkanya.

"Tupai, tapi kok ada sayapnya, Mas?" Ucap Ningsih sambil melemparkan kulit potongan semangka ke tupai itu.

"Mungkin kelelawar, ya begitu deh, sekilas mirip tikus, mirip juga tupai, mirip juga sama kelelawar." Ucap Herman mengikuti gaya istrinya yang juga melemparkan kulit potongan semangka ke tupai itu.

"Ya sudah, kita tidur aja yuk?" Ajak Herman pada istrinya dan merekapun berpelukan di atas sofa.

Tak berselang lama lampu sorot mendadak padam seiring muncul suara jangkrik bersahutan.

"Maaas, seram, gelap amat!"

"Senter smartphone mana?"

"Gatau, aku lupa tadi taroh smartphone dimana?"

"Duh, smartphone ku juga tinggal di mobil tadi" Ucap Herman.

Dalam gelap itu muncul tulisan bercahaya seperti neon yang membentuk huruf merangkai kata mengambang di udara bertuliskan "Dilarang mesum disini!"

"Oh my god, oh my god.. apa itu Mas?" Ucap Ningsih ketakutan menyembunyikan wajahnya kedada Herman, begitu juga Herman tampak sangat ketakutan melihat tulisan bercahaya dalam gelap itu.

"Mas.. Mas.. pulang aja yuk!" Ajak Ningsih.

"Ya ayo kita pulang." Jawab Herman.

Mengandalkan cahaya dari tulisan tersebut dan juga cahaya dari sisa bara api unggun, mereka berjalan meraba-raba dari dalam rumah sampai keluar rumah menuju mobil dan masuk kedalam mobil serta menyetarternya, namun berkali-kali menyetarternya mobil tetap tak mau menyala.

"Ada apa ini, kenapa gamau menyala?" Ucap Herman kesal memukul stir.

"Mas ayo Mas, cepat!" Seru Ningsih.

"Gamau nyala!" Jawab Herman terus berusaha menyetarter.

"Mas, Mas, cepat, gimana kalau kita dimakan hantu?" Ningsih terus saja menangis takut dimakan hantu.

"Jangan-jangan hantu punya kekuatan membuat mobil jadi mogok, tapi setidaknya kita aman dalam mobil ini." Ucap Herman lagi sambil mengunci pintu dan kaca mobil rapat-rapat dan mengisyaratkan pada Ningsih untuk melakukan hal yang sama.

Ningsih terus menangis ketakutan, namun lama-kelamaan mulai tenang bersandar di bahu Herman. Suasana malam itu pun mendadak hening setelah kejadian itu.

"Semoga besok kita bisa pergi dari sini!" Ucap Herman sedikit berbisik pada Ningsih.

Sambil memejamkan mata namun tetap berjaga-jaga, malam itu pagi terasa lama sekali, sesekali Herman masih terus mencoba menyalakan mobil tapi masih belum bisa menyala.

"Oh iya hapeku dimana?" Ucap Herman mencari-cari hapenya dalam mobil itu namun tak ketemu. Sejenak ia mengingat-ingat dan baru teringat, sambil tepok jidat, rupanya ponselnya tertinggal di dekat air terjun saat mandi senja tadi, ia sengaja membawa hape saat mandi rencananya ingin membuat video namun hapenya malah tertinggal disana.

Herman melihat ke sekeliling melalui kaca mobil apakah diluar sudah aman, namun tak terlihat apa-apa karena gelap, ia berencana ingin berlari mengambil hapenya di dekat air terjun, tapi sayangnya gelap, lampu mobil juga tak bisa menyala.

"Bener-bener pengaruh kekuatan setan, selain bisa bikin mobil mogok juga bisa mematikan lampu mobil." Gumam Herman.

"Mas, mau pipis.." Bisik Ningsih.

"Sabar sayang, sebentar lagi siang atau kalau sudah ga tahan banget pipis saja dicelana." Balas Herman berbisik.

"Mas, kakiku terasa hangat!"

"Kenapa sayang, kamu demam?"

"Bukan Mas, tapi air pipis mengalir ke kakiku!"

Tiba-tiba mobil berguncang hebat seperti gempa, terombang-ambing ke kiri ke kanan dan dari kaca depan mobil terlihat muncul tulisan bercahaya seperti neon membentuk huruf merangkai kata mengambang di udara bertuliskan "Dilarang pipis sembarangan!"

"Woy.. woy.. Darurat tau!" Herman akhirnya kesal dan mencoba berteriak ke hantu tersebut.

"Hahaha!" Tiba-tiba terdengar suara tawa.

"Kamu masih ingat aku, Man?" *Jleb* tiba-tiba muncul sosok seperti manusia bertubuh neon bercahaya yang terlihat pada kaca depan mobil.

"Lama tidak berjumpa, Man?" Ucap sosok itu menyapa Herman.

"Siapa kamu?" Tanya Herman.

"Aku adalah mahluk yang memiliki slogan DATANG TAK DIJEMPUT PULANG TAK DIANTAR, Hahaha!"

"Ooh kamu!" Sejenak Herman teringat dengan musuh-musuhnya dari jenis hantu yang pernah dia kalahkan waktu dulu. (Pada cerpen-cerpen sebelumnya)

"Ya, kini aku mengupgrade diri menjadi versi terbaru seperti neon! keren kan? Aku bisa menulis di udara, mengalahkan generasi hantu sebelumku yang hanya bisa menulis di atas kertas, dan melampaui para ilmuwan yang baru belajar menulis di atas air, Hahaha!"

"Luar biasa!" Puji Herman pada hantu itu.

"Setelah bersusah payah membisikkan kejahatan ke dalam dada ibu tirimu agar dia menyebarkan aib istrimu ke tetangga-tetanggamu. Dan setelah membisikkan kejahatan ke dada istrmu agar kalian pindah ke tempat ini akhirnya aku berhasil menggiringmu ke tempat ini melalui perantara mereka. Untuk membalaskan dendamku atas kekalahanku waktu dulu."

"Jadi apa maumu?"

"Ayo bertarung seperti dulu, Man.. hahaha!"

"Kenapa kamu baru menampakkan diri saat tengah malam seperti ini, mengapa tidak mengajakku bertarung saat aku sampai pertama kali senja tadi?" Tanya Herman.

"Ayolah, Man, kamu tau, sudah jadi ciri-khas ku muncul saat tengah malam saja.. hahaha!"

"Siapa itu sayang?" Tanya Ningsih berbisik pada Herman.

"Dia adalah generasi dari hantu JaeyLangkung Gen-X dan penerus JaeyLangkung Gen-Y, jadi yang neon ini kemungkinan generasi Gen-Z atau Gen-Alpha." Jawab Herman juga berbisik ke Ningsih.

"Aku adalah tempat bertanya seperti halnya ChatGPT sayang, sebelum bertanya biasanya terlebih dulu mereka memanggilku dengan mantra 'Jelangkung.., Jelangse..', hahaha!"

"Husst, jangan ikut-ikutan memanggil sayang ke istriku!" Ucap Herman marah.

"Hahaha!" JaeyLangkung tertawa.

"Tadi aku melihat istrimu pipis dicelana, sekedar saran Man, cobalah seperti Kim Jung Un, dia membawa toilet ke mana-mana karena takut kotorannya dicuri intelijen, takut kalau-kalau kotorannya di tes dan ketahuan berbagai jenis penyakit yang dideritanya." Saran JaeyLangkung.

"Terimakasih untuk sarannya, tapi sebaiknya biarkan aku pergi, karena aku tidak ingin bertarung denganmu, karena aku sudah jadi manusia biasa, tidak lagi punya kekuatan seperti dulu." Jawab Herman mengarahkan pembicaraan ke topik inti.

"Justru itu, Man, ini kesempatanku mengalahkanmu saat kamu sudah tak punya kekuatan apa-apa lagi, huahaha!" JaeyLangkung seneng bener ketawa.

"Ya sudah, cepat habisi aku!" Ucap Herman pasrah.

"Mas, jangan bilang seperti itu.." Ucap Ningsih sedih mendengar perkataan pesimis dari suaminya seraya memeluk suaminya.

"Percuma hidup seperti ini sayang, malu rasanya hidup dengan aib dibicarakan oleh tetangga!" Ucap Herman pada Ningsih.

"Baiklah, kalau Mas mati, aku juga mau mati. Ayo JaeyLangkung habisi juga aku!" Ucap Ningsih lantang.

"Dengan senang hati." Ucap JaeyLangkung kemudian mengangkat telunjuknya dan keluar laser merah dari ujung telunjuknya, ia kemudian mengarahkan telunjuknya pada tengah mobil dan membuat mobil itu terbelah dua, memisahkan Herman dan Ningsih yang sedang berpelukan dalam mobil itu.

Ningsih sontak berteriak histeris dan berlari sembunyi ke dalam rumah, sementara Herman tetap berdiri diantara mobil yang terbelah.

"Man, sudah pagi, Ayo bertarung, aku sudah tak sabar ingin menguji coba laser terbaruku yang berkekuatan 500 kilowat ini, yang telah memiiliki pendingin canggih otomatis sehingga dapat dikeluarkan berkali-kali tanpa menimbulkan panas dan dapat digunakan meluluhkan baja." (Itu adalah senjata Laser buatan Cina yang menurut berita mengalahkan buatan AS)

"Woy, mobil ini belum lunas, kamu main rusak aja!" Ucap Herman sedih meratapi mobilnya yang sudah terbelah dua.

"Oya, Man, mobilmu itu mogok bukan karena kekuatan hantu, tapi baterainya mungkin rusak, wkwk!" Terang JaeyLangkung.

Alih-alih menjawab, Herman malah berlari menuju air terjun ingin mengambil hapenya.

"Man, kamu mau kabur kemana, ini istrimu ku tangkap, mau ku makan, huahaha!"

Herman tak jadi mengambil hapenya dan kembali menghadap ke JaeyLangkung yang sedang menenteng istrinya seperti keranjang belanja.

"Kamu kok tidak terbakar matahari, padahalkan sudah siang?" Tanya Herman heran.

"Aku bukan Vampir, Man, aku hantu!" Jawab JaeyLangkung tanpa tawa, kali ini wajahnya serius karena sudah malas bermain-main.

"Hantu kok bisa kelihatan?"

"Ya Allah, Man, Kan sudah kubilang, aku hantu keluaran terbaru, Gen-Z!"

"Hantu kok menyebut, Ya Allah?"

"Ya Allah, Man, kan Hantu juga memohon sama Allah agar godaannya berhasil."

"Mending lepaskan istriku, dan biarkan kami pulang." Ucap Herman.

"Tapi kan aku mau berantem, Man, sama kamu?"

"Kan sudah kubilang juga tadi, kekuatanku sudah hilang."

"Oh, begitu ya, berarti kamu mengaku kalah dong?"

"Iya, aku kalah!" Jawab Herman.

"Kalau begitu, kamu harus bertekuk lutut kepadaku!" Perintah JaeyLangkung.

"Lepaskan dulu istriku.."

"Nih ambil.." Jawab JaeyLangkung seraya mendorong Ningsih kearah Herman.

"Kamu juga, harus bertekuk lutut padaku!" Perintah JaeyLangkung pada Ningsih.

Herman dan Ningsih pun bertekuk lutut seperti dua mempelai yang sungkem pada kedua ortunya.

"Huahaha!" JaeyLangkung tertawa terbahak-bahak merasa menang dan kemudian menghilang dari tempat itu meninggalkan Herman dan Ningsih.

***

"Mas, kenapa tadi kita menuruti perintah hantu itu?" Tanya Ningsih heran sambil mengikuti Herman berjalan menuju air terjun.

"Kita dalam keadaan terpaksa sayang demi mempertahankan nyawa, nyawa lebih utama dari segalanya, terkadang kita perlu mengalah untuk menang, lagipula jika itu suatu kesalahan kita cukup istigfar dan bertobat insyaAllah semuanya beres!" Herman sambil memungut hapenya di atas batu dekat air terjun.

"Mas, mandi yuk?" Ajak Ningsih sambil masuk ke bawah air terjun dan dengan tersenyum Herman mengikutinya.

Begitu masuk ke bawah air terjun tiba-tiba sayap Herman membentang dari sisi kiri dan kanannya.

"Wooow.." Ucap Ningsih kagum melihat suaminya bersayap.

"Yes, kekuatanku kembali." Ucap Herman senang.

"Tadinya aku ingin menelpon ibu minta di jemput, tapi karena sayapku sudah muncul kembali, yuk kita terbang ke angkasa aja sayang!" Ajak Herman.

"Kamu ini mahluk jenis apa, Mas?" Tanya Ningsih heran.

"Aku manusia, bukan jin bukan juga malaikat. Tapi jika kamu bertanya mengapa aku bersayap, aku juga tak tau!" Jawab Herman.

"Oh, Mas manusia, coba aku tes!" Ucap Ningsih sambil men-toel telor Herman, dan "Wuuzzz..." baru saja Herman dan Ningsih akan terbang tiba-tiba sayap Herman menghilang lagi dan mereka terjatuh ke permukaan air terjun.

"Sekarang aku mengerti mengapa kekuatanku terkadang muncul dan terkadang menghilang, rupanya ketika telorku kamu toel kekuatanku jadi hilang." Ucap Herman tersenyum.

"Kalau begitu Mas masuk saja lagi ke air terjun itu!" Saran Ningsih dan Herman pun masuk ke air terjun namun tak terjadi apa-apa, sayapnya tetap tidak mau muncul lagi.

"Ya sudahlah, tak bisa ditebak kapan sayapnya muncul dan kapan tidak." Ucap Herman seraya mengambil smartphonenya dan menelpon ibu tirinyanya untuk meminta di jemput karena mobilnya rusak.

"Jika sudah menjadi takdir kita dan kemanapun kita pergi menghindarinya, kemungkinan kita akan tetap kembali pada takdir itu 'kan?" Pada akhirnya Herman dan Ningsih harus kembali kerumah ibu tirinya dan kembali bertemu dengan tetangga-tetangganya yang nyebelin.

"Aku bersamamu, Mas!" Jawab Ningsih.

"Tapi kenapa kita harus kembali, mengapa tidak kita lanjutkan saja apa yang telah kita mulai ini, toh JaeyLangkung sudah pergi!" Jawab Ningsih lagi.

"JaeyLangkung tidak pergi, dia akan terus ada mengawasi tanpa terlihat oleh kita, aku tidak mau jika dia sampai memakan kita!" Jawab Herman tersenyum.

"Emang hantu bisa makan orang, Mas?" Tanya Ningsih sambil menoel telur Herman.

"Seperti yang dia katakan, dia adalah hantu versi terbaru, jadi mungkin saja dia bisa makan orang!" Jawab Herman seraya tertawa dan Ningsih juga tertawa.

TAMAT!

Comments

  1. wah, nggak enak haru kmbali ke tetangga yang nyebelin....
    😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Herman lbh memilih dimakan oleh tetangganya daripada dimakan oleh hantu, Pak 🤣🤣

      Delete
  2. itu apanya sih yang di toel bang, kok aku ga paham :V, berarti jaylangkung ini hantu modern yang gaul dong mas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huusss, masih kecil, jangan nanya2 🤣🤣🤣.

      Ini juga yg bikin cerita, kenapa hrs pake acara toel2 sih 😂😂. Dah tau ada anak blm cukup umur 😁

      Delete
    2. Nanti kita tanya Masher aja utk lebih jelasnya, hihi..

      Ya bisa dibilang begitu mas, mederen, gaul, dan tampan juga mgkn, wkwk

      Delete
    3. Yg bikin cerita khilaf mbak memasukkan adegan toel2 🤣🙏

      Delete
  3. Oohh berarti kekuatan Herman ada pada 2 telurnya.🤣🤣🤣

    Kenapa Ningsih nggak remas2 batang si Herman kali aja sayapnya muncul lagi dan bisa terbang seperti Batman.🤣🤣🤣

    Kalau kelemahan Herman pada telurnya, berarti kelemahan Jaelangkung ada pada mata sama batang anunya.🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kekuatan sekaligus kelemahan mgkn huu pada telurnya, hihi..

      Kalau diremas bakal lain ceritanya huu, bisa2 telurnya memanjang wkwk

      Gatau juga huu, Jelangkung kayaknya gapunya anu, haha..

      Delete
    2. Bagus kalau telurnya memanjang Huu.. Kali aja bisa keluar sayap2 putih lagi. Dan Herman bisa terbang tinggi lagi diangkasa dan membawa Ningsih ke planet Crypton.🤣🤣

      Delete

Post a Comment