Skip to main content

Cerpen: Lanjut usia (LANSIA)

Cerpen: Lanjut usia (LANSIA)

Herman, lelaki setia yang hanya mencintai satu orang wanita bernama Nike, namun karena Nike sudah tiada akhirnya Herman memilih hidup membujang sampai tua dan saat ini usia Herman sudah 70 tahun.

Satria, lelaki play boy yang memiliki banyak kekasih, namun di usianya yang ke 70 tahun ini terpaksa hidup sendiri karena satu persatu istrinya pergi tak sanggup dengan ke-play-boy-an-nya.

Agus, lelaki setengah setia dan juga setengah play boy, memiliki satu istri dan 3 orang anak, namun di usianya yang ke 70 tahun ini Agus tinggal sebatang kara karena tak di hiraukan oleh ketiga orang anaknya yang sudah memiliki keluarga masing-masing.

Herman, Satria, dan Agus merasa kesepian di masa tuanya, terutama Agus sangat merindukan cucu-cucunya yang tinggal di kota sementara Agus tak bisa ke kota karena tak punya biaya.

Hari ke hari kerinduan Agus pada cucu-cucunya semakin tak terbendung hingga akhirnya ia memutuskan menjual sapinya untuk biaya ke kota, kebetulan hari raya kurban jadi sapi Agus langsung laku seharga 2 juta.

Begitu mempunyai duit 2 juta Agus langsung pergi ke kota hari itu juga tapi ia lebih memilih berjalan kaki agar hemat biaya dan duitnya rencananya akan ia belikan hadiah untuk cucunya.

Sudah setengah hari Agus berjalan menyusuri pinggiran jalan raya namun tanpa ia sadari kantong kresek yang ia pegang ada bolongnya sehingga duit 2 juta dalam kresek tersebut berjatuhan selembar demi selembar di jalanan.

Pak Tanza yang kebetulan lewat di jalan raya itu dengan mobilnya merasa heran melihat duit seratusan ribu berterbangan, dan Pak Tanza memungutinya satu persatu. Karena dalam suasana lebaran idul adha jadi jalanan menjadi sepi, hanya Agus dan Pak Tanza yang ada di jalanan tersebut.

Beberapa menit kemudian setelah memunguti duit tersebut Pak Tanza melihat seorang lansia sedang berjalan pelan dengan tubuh bungkuknya dan duitnya keluar dari dalam kresek, dari itu Pak Tanza tau rupanya duit yang berceceran itu berasal dari kresek Pak lansia tersebut yang tak lain adalah Agus.

Pak Tanza kemudian menghampiri Agus dan menawarkan tumpangan untuk mengantarnya ke tempat tujuan. Agus pun menerima tawaran dari Pak Tanza dan ikut bersamanya, saat di dalam mobil, Pak Tanza mengembalikan duit yang tercecer tadi pada Agus. 

"Mau saya antar kemana Pak?" Tanya Pak Tanza pada Agus.

"Ke rumah cucu." Jawab Agus.

"Alamatnya dimana?" Tanya Pak Tanza lagi.

"Waduh dimana ya.." Jawab Agus bingung. Pak Tanza hanya tersenyum berusaha maklum karena umumnya lansia memang pelupa.

Tanpa bertanya lagi Pak Tanza fokus menyetir, dan untuk beberapa saat lamanya dalam perjalanan itu akhirnya mereka sampai di kota tujuan dan Pak Tanza menepikan mobilnya di sebuah warteg.

"Saya antar sampai disini aja ya Pak, semoga segera bertemu cucunya." Ucap Pak Tanza.

"Ya terimakasih banyak atas tumpangannya Pak." Jawab Agus sambil turun dari mobil dan Pak Tanza pun pergi.

Sementara setelah itu Agus kebingungan harus melanjutkan perjalanan kemana karena ia tak tau dimana alamat cucunya. Sambil berfikir Agus lalu duduk di dekat seorang kakek-kakek sebayanya yang bernama Herman. Setelah berbasa-basi dan berkenalan tak berlangsung lama mereka saling mengobrol hingga akhirnya Herman tau kalau tujuan Agus ternyata untuk menemui cucunya.

"Emang Pak Agus yakin sudah punya cucu?" Tanya Herman.

"Agak kurang yakin sih sebenarnya, dulu sekitar 3 tahun lalu ketiga anak saya pergi ke kota namun tak pernah pulang lagi." Ucap Agus sedih.

"Terus tau darimana sudah punya cucu?" Tanya Herman lagi.

"Kan ketiga anak saya sudah 3 tahun menghilang perkiraan saya mereka sudah punya anak yang berarti saya sudah punya cucu." Terang Agus.

"Oh begitu..." Ucap Herman terdiam sejenak lalu bertanya lagi.

"Gada petunjuk lain apah.. foto atau apa?" Tanya Herman.

"Ada, Anak laki-laki saya yang kedua menikah dengan Amanda dan anak laki-laki saya yang ketiga menikah dengan Asmiranda." Jawab Agus.

"Hmm yayaya, Masalahnya Amanda dan Asmiranda yang mana, orang bernama seperti itu banyak sekali, kita tidak tau yang mana, kalau tau kan enak kita bisa tau juga keberadaan anaknya Bapak." Ucap Herman lagi.

"Iya kita nda tau." Ucap Agus sedih.

Saat Agus dan Herman sedang mengobrol itu tiba-tiba tak jauh dari warteg tersebut ada sekerumunan orang yang sedang berteriak-teriak "hajar.. hajar.." dan tampak seorang kakek-kakek yang sedang menutupi kepalanya dalam kerumunan itu takut dipukuli massa.

"Sudah di gembok dua biji masih saja di colong." Ucap laki-laki muda itu marah pada kakek itu.

Agus dan Herman mendekat kearah kerumunan itu untuk menolong kakek yang hampir dikeroyok tersebut.

"Untung kamu kakek-kakek kalau tidak sudah ku penjarakan kamu." Ucap laki-laki itu yang tampaknya pemilik sepeda yang sepedanya di colong oleh kakek-kakek tersebut.

Saat Agus mendekat ke pemilik sepeda tersebut namun laki-laki itu membalikkan tubuhnya sehingga Agus tidak sempat melihat wajahnya. Tanpa Agus ketahui sebenarnya laki-laki itu adalah Khanif yang merupakan anak ketiganya, tapi sayangnya Agus lebih memfokuskan diri untuk menolong kakek-kakek itu sehingga tidak begitu memperhatikan Khanif dan sebaliknya, saking marahnya Khanif juga tak sempat melihat Agus, ayahnya.

Setelah kerumunan bubar, kakek-kakek bernama Satria yang hampir saja dipukuli massa tadi bangkit dari jongkoknya dan tampak syok pucat pasi. Agus dan Herman memapah Satria membawanya pergi dari tempat itu.

"Coba aja gue masih muda dulu, habis lu pade." Ucap Satria ngedumel dengan suara ompongnya, haha..

"Bawa aku kerumahku saja tak jauh dari tempat ini." Pinta Satria. Agus dan Herman pun memapah Satria dan mengantarkannya kerumahnya.

Sesampainya dirumah Satria, Agus bertanya: "Kang, saya boleh nanya ndak, kenapa tadi nyolong sepeda?" Tanya Agus.

"Gue mencuri sepeda karena gue berharap masuk penjara." Jawab Satria dengan entengnya.

"Berharap masuk penjara?" Tanya Herman.

"Ya, gue terinspirasi dari para lansia di Jepang yang menganggap penjara adalah tempat menyambung hidup terbaik. Dibalik jeruji besi, mereka bisa memperoleh tempat tinggal, mendapat layanan kesehatan 24 jam, dan terpenting, kebutuhan hidup dasar dapat terpenuhi." Ucap Satria.

"Ide bagus tuh, aku boleh ikut nggak kang?" Tanya Agus.

"Kalau kalian mau ikut, ayo kita susun rencana bagaimana caranya agar kita masuk penjara." Jawab Satria.

"Sepertinya rencana kalian seru juga, saya mau ikut juga kang?" Ucap Herman pada Agus dan Satria.

"Iya dong seru, menurut cerita lansia di Jepang itu, saat di penjara kualitas hidupnya meningkat, dia tak lagi kesepian, bisa ngobrol bareng tahanan lain, melakukan kegiatan keterampilan, dan mendapat pengobatan fisioterapi secara gratis." Ucap Satria lagi sambil menggaruk-garuk tatto bergambar jangkar kapal dilengan kirinya.

"Lalu apa rencana kita kang?" Tanya Agus.

"Kita tipu saja Bu Hj. Nursini.. kita borong kebun jengkolnya seharga 5 ribu sekilo.." Jawab Satria.

"Biar saya tebak, selanjutnya kita minta Bu Hj. Nursini untuk melaporkan kita ke polisi kan?" Timpal Herman.

"Tepat sekali.. lalu kita dipenjara deh.." Ucap Satria senang.

"Oh indahnya dalam penjara.." Ucap Agus sambil membayangkan dalam penjara.

Saking senangnya Agus sampai lupa bahwa tujuannya ke kota adalah untuk mencari cucunya. Tapi urusan cucu bisa belakangan saja nanti yang penting gila-gilan aja dulu bareng Genk kenalan baru.

***

Keesokan harinya mereka bersiap-siap untuk melancarkan aksinya ingin memborong kebun jengkol milik Bu Hj. Nursini.

Dan, hari itu juga mereka berhasil memborong semua jengkol itu dan pada hari kedua saat mereka ingin mengakui kesalahannya dan meminta supaya dilaporkan ke polisi namun terjadi hal diluar dugaan. Bu Hj. Nursini malah memaafkan mereka dan gagal deh rencana mereka yang ingin masuk penjara.

Mereka kembali ke tongkrongan dalam keadaan lesu, tak tau harus melakukan kriminalitas apalagi, untuk mencuri agak besar resikonya karena bakal digebuki warga. Satu-satunya yang paling mudah mungkin hanya menipu.

"Ahaa, bagaimana kalau mengejek anak artis di medsos mungkin bakal lebih cepat dipenjara?" Usul Herman.

"Tidak jangan itu, itu bakal lama prosesnya, yang kita cari itu yang begitu kita bikin kesalahan langsung dijebloskan.." Jawab Satria.

"Atau bonceng tiga tanpa pakai helm di depan polisi? Hihi.." Ide Agus.

"Paling kena denda terus disuruh pulang. Jangan melakukan kesalahan yang dapat mengeluarkan uang." Jawab Satria.

"Aah daripada pusing, ayo kita jalan keluar guys, siapa tau nemu ide yang pas diluar sana." Ajak Satria pada Agus dan Herman.

Saat mereka keluar dari tongkrongan dan berada di dekat jalan, Agus melihat papan iklan bergambar Amanda. Lama Agus terdiam memandang gambar itu.

"Nape, naksir lu? Udah kakek-kakek juga.." Ucap Satria pada Agus.

"Dia menantuku.." Ucap Agus tak bergeming masih memandang gambar itu.

"Haha, ngimpi luuh.." Ucap Satria sambil menarik-narik lengan Agus agar melanjutkan perjalanan.

"Bentar, bentar, jadi dia menantunya Pak Agus?" Tanya Herman pada Agus.

"Iya, kayaknya iya.." Jawab Agus. 

"Masalahnya, dia itu belum menikah Pak, jadi sepertinya bukan menantu Bapak." Terang Herman.

"Oh, dia belum menikah ya? Berarti anak keduaku menikah dengan Amanda yang mana dong?" Ucap Agus sedih karena masih belum menemukan titik terang dimana ketiga anaknya sekarang ini.

"Sudah jangan sedih-sedih, ayo kita belanja ke mini market." Bujuk Herman. Dan mereka bertiga pun ke mini market untuk belanja.

Sesampainya di mini market kemudian Agus bertemu seorang anak kecil perempuan berusia sekitar 2 tahun dan anak itu mengatakan kalau Agus mirip sekali dengan kakeknya dan anak itu ingin menjadikan Agus sebagai kakek angkatnya. Tapi Herman dan Satria buru-buru menarik lengan Agus agar menjauh dari anak kecil itu karena Satria dan Herman trauma pernah mendengar cerita kalau ada yang mengaku-ngaku sebagai keluarga di mini market itu tandanya mau menipu, jadi Satria dan Agus curiga bahwa anak kecil itu ingin menipu Agus untuk membayarkan belanjaannya.. dan setelah mereka bertiga pulang tanpa sepengetahuan mereka anak kecil itu bercerita pada ibunya kalau tadi baru saja bertemu kakeknya, tapi saat ibu dari anak itu mencari Agus tapi Agus sudah jauh pergi. Sebenarnya anak kecil itu memang cucunya Agus, anak dari Gustyanita yang merupakan anak pertamanya Agus yang Agus cari selama ini, haha..

***

Sesampainya kembali di tongkrongan mereka bertiga tampak lesu karena belum menemukan cara untuk masuk penjara.

"Kalau dipikir-pikir hidup seperti ini jauh lebih nyaman daripada di penjara, kalau soal makanan, memang kita mau makan apa sih, makan satu piring aja sudah kenyang?" Ucap Herman merenung.

"Elu mungkin enak Man, punya duit pensiunan, lha gue.." Ucap Satria.

"Lha bukannya ente juga pensiunan, kang?" Tanya Agus.

"Pensiunan apa? gue cuma pengangguran selama ini.." Ucap Satria.

"Preman pensiun.." Jawab Agus.

"Haha, suee luh.." Ucap Satria sambil memukul Agus dengan guling dan setelah itu mereka bertiga tidur siang di tongkrongan itu.

Sampai hari ini belum diketahui apakah mereka bertiga akan melanjutkan keinginannya untuk masuk penjara ataukah tidak, begitu juga Agus belum diketahui apakah akan menemukan cucunya atau tidak.

Namun menurut ketua RT di kampung Agus, ada Amanda bersama suaminya ke kampung tersebut, dan bersama kedua anak Agus yang lain yaitu Gustyanita dan Khanif yang ingin ber idul-adha ke kampung Agus tapi Agus-nya malah di kota, jadi kemungkinan mereka tidak akan bertemu dalam waktu dekat.

Tamat, hehe..


Cerpen ini terinspirasi dari:
1. Berita tentang lansia Jepang yang pilih jadi kriminal.
2. Berita sepasang lansia yang mencari cucunya di kota.
3. Cerita dari teman blogger, Pak Tanza yang sering menemukan duit jatuh yang diduga milik lansia.
4. Cerita dari teman blogger, Hj Nursini di status facebooknya bercerita di tipu orang.
5. Cerpen dari teman blogger, Agus yang membuat cerpen tentang sepeda bergembok, jengkol, dan mini market.
6. Postingan dari teman blogger, Herman yang hobi share lagu Nike Ardilla.
7. Postingan dari teman blogger, Satria yang pernah bercerita memiliki banyak pacar.
8. Komentar dari teman blogger, Khanif yang ngefans sama Asmiranda.
9. Dan spesial buat Amanda yang namanya selalu menginspirasi admin blog ini, hihi..

Comments

  1. Haaahaa!! 🤣🤣🤣 Cerita yang unik Huu.

    Berarti ketiganya tua bangka jahanam yee... Bukan menikmati masa tua dengan ibadah malah memilih berbuat kriminal dengan alasan agar dapat tempat yang menurut mereka nyaman dipenjara.😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tul huu tua bangka jahenam jahtujuh 🤣 tapi adanya cuma diluar negri aja huu.. klo dlm negeri lansianya baik2 semua, rajin beribadah, hihi.. 👍

      Delete
  2. Mantap, inspirasinya dapat dari mana saja..hahaha...tapi bisakah sekali-kali tokoh Amanda jadi tokoh Ngga Aman.. wkwkwk

    Kalau di jepang konon katanya penjaranya enak manusia kalau di sini bisa jadi sarden minimal ikan pepes.. wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Agak sulit sih soalnya ada ikatan cinta antara pengarangnya dgn Amanda 🤣

      Di Jepang awalnya keras juga huu penjaranya, tapi setelah diketahui banyak lansia yg jadi penghuninya akhirnya peraturannya melunak.

      Kalau penjara disini utk jenis LAPAS rata2 perkamarnya melebihi kapasitas, iya jadi sarden maupun pepes 😅😅

      Delete
    2. Agak sulit tapi bisa kan?

      Hebatnya jepang bisa memperlunak aturan penjara, kira-kira di sini bisa ngga ya mencontoh jepang agar tak kalah saing di panggung internasional..hihihi

      Delete
    3. Tapi masih mending disini dari pada penjara di Amerika latin macam Kolombia atau malah Meksiko. Tahu

      Delete
    4. Memang mau dibikin ga aman gimana huu, seperti Spiderman kah, cewenya di lempar dari gedung tinggi terus dikasi jaring bawahnya, hihi..

      Entahlah soal penjara saya juga kurang tau, untuk kelas kriminil setau saya hidupnya biasa2 saja, makan tidur dan berkarya..

      Utk kelas kriminal baru ngeri, di kasi balsem anunya, di setrum dll 🤣

      Semua penjara dimanapun saya rasa sama saja mas, tergantung kesalahannya apa, kalo kesalahannya ringan hukumannya juga ringan, entahlah aku gatau haha..

      Delete
  3. Inspirasi nya banyak banget kang, sepertinya cara ini juga bisa jadi inspirasi.😀

    Jadi Agus nya pergi ke kota nyari anaknya, anaknya malah ke desa mau ketemu bapaknya, malah jadi ngga ketemu.😂

    Kalo di Jepang mah memang lansia di penjara terjamin hidupnya, tapi kalo di sini tahu sendiri lah. Kecuali kalo tersangka koruptor, bisa dapat penjara mewah kayak hotel bintang lima.🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ga ketemu, dan pas bapaknya ke desa, anak2nya kembali ke kota, begitu seterusnya wkwk..

      Ya udh jadilah org baik, jgn masuk penjara, hihi.. 🙏

      Delete
  4. baca baca di koran, lansia Indonesia menjadi sasarang tukang copet....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha malah jadi sebaliknya ya pak, alih2 mencopet malah kena copet 😅😅👍

      Delete

Post a Comment