Skip to main content

Cerpen: Roasting & Polling

News: Jaey_Smoke, seorang komika tampan ditemukan tak sadarkan diri dirumahnya dan dilarikan ke RS terdekat. Kuat dugaan penyebabnya karena ia memakan buah Yaupon yang terkenal beracun, dugaan ini diperkuat karena terdapat banyak buah Yaupon berserakan dan setengah gelas sisa jus Yaupon di TKP.

Buah Yaupon

"Hmm, buah Yaupon?" Gumam Tiwi setelah membaca berita tersebut. Ia mengetik di laptopnya segera mencari tau apa itu buah Yaupon.

"Hmm.." Ujar Tiwi kembali menggumam, News: "Buah Yaupon disebut 'illicin' bisa membahayakan manusia, terutama anak-anak jika memakannya dalam jumlah tertentu. Jika dikonsumsi 6 butir bisa menyebabkan muntah-muntah, dan lebih dari 30 butir bisa berujung kematian."

"Tapi itukan jika anak-anak yang memakannya. Lalu bagaimana jika orang dewasa yang memakannya? Jaey_Smoke kan sudah dewasa tapi mengapa dia jadi pingsan juga? Apa karena pengaruh sikap kekanak-kanakan dia." Tiwi membatin sambil mengurut-urut keningnya.

"Mencurigakan, pasti ada sesuatu yang nggak beres nih!" Ucap Tiwi membatin.

"Heuufft.." Tiwi menghempaskan nafas berat dan menyandarkan tubuh di kursi kerjanya, tak percaya komika tampan favoritnya keracunan begitu saja.

Beberapa saat kemudian..

"Wi, ga pulang kah?" Teriak Khanif dari depan pintu siap-siap mau keluar dari ruang kerja mereka itu.

"Bentaran Nif, lagi hot nih, kamu duluan aja yaa." Jawab Tiwi sambil terus memperhatikan laptopnya tanpa menoleh ke Khanif.

"Apa sih yang lagi hot." Tanya Khanif sambil mendekati meja kerja Tiwi, sambil ikut melihat ke laptop Tiwi.

"Oooh si Komika tampan itu ya?" Ucap Khanif kemudian.

"Denger-denger Wi ada kaitannya lho keracunannya itu dengan ketika dia meroasting pejabat."

"Oya, hmm.. sudah kuduga ada yang ngga beres dengan kejadian ini? Kalo gitu kamu pulang duluan aja Nif, sepertinya aku bakal lembur nih." Jawab Tiwi mengusir Khanif.

***

Sudah jam 2 pagi sepulang dari kantornya Tiwi belum juga bisa tidur memikirkan buah Yaupon dan komika pujaannya.

"Aku harus mencari tau apa yang terjadi sebenarnya." Ucap Tiwi melamun sambil memeluk bantal diatas tempat tidurnya.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Tiwi pergi ke kantor dan langsung menemui Khanif.

"Nif, Nif, temeni gue ke rumah Bu Manda istri dari Jaey_Smoke."

"Kenapa, lu mau ngorek-ngorek informasi dari Bu Manda?"

"Iya Nif, pliss aku ga bisa tidur sebelum semua ini menjadi jelas."

"Buat apa sih Wi mengurusi kasus ini, gada yang nyuruh juga, ga bakal bikin naik jabatan juga, untungnya apa?"

"Pliss Nif temeni gue, gue penasaran banget nih."

***

Khanif dan Tiwi menuju ke rumah Manda namun setelah memencet bel sepertinya tak ada orang di dalam atau ada orang tapi tak menerima tamu.

"Pulang yuk Wi, gada orangnya nih."

"Bentaran Nif, kita tungguin depan pintu pagar." Khanif tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti kemauan temannya itu.

2 hingga 3 jam menunggu dalam mobil tapi tak ada tanda-tanda ada orang dikediaman Bu Manda tersebut. Khanif dan Tiwi sudah lumutan menunggu dalam mobil, berbungkus-bungkus snack dan berbotol-botol minuman sudah mereka habiskan tapi orang yang mereka tunggu belum muncul juga.

Tak berselang lama muncul mobil hitam dengan plat bernomor "743y" stop di depan pintu pagar dan terbuka otomatis. 

Melihat kedatangan mobil tersebut Tiwi dan Khanif bergegas keluar dari dalam mobil mereka sebelum pintu pagar itu tertutup kembali.

Sesaat mereka berada dalam pagar mereka melihat Amanda keluar dari mobil sambil membuka kaca mata hitam yang ia kenakan. Amanda menghampiri Tiwi dan Khanif.

"Lho, Bu Tiwi." Sapa Manda sambil menyalami Tiwi dan Khanif. Manda sering melihat Tiwi di TV, Tiwi terkenal sebagai Wartawan yang berambisi menegakkan keadilan.

"Kami mau wawancara sedikit, boleh ya Kak?" Tiwi meminta izin ke Manda.

"Boleh, tapi jangan ada kamera ya, gue lagi ga mood lihat kamera." Pinta Manda.

Sesi wawancara dimulai, Tiwi memulai pertanyaan ke Manda.

"Apa Jaey_Smoke memang suka memakan buah Yaupon?" Tanya Tiwi.

"Gatau, saya baru dengar nama buah itu Wi, Jaey itu orangnya kepoan Wi dan gak percayaan. Meski kata orang buah beracun dia tetap mencobanya." Jawab Manda.

"Sama orang disamping saya ini juga gak percayaan." Celetuk Khanif, yang berakhir kaki Khanif di injak Tiwi hingga Khanif meringis.

"Huwaaa.." Manda tiba-tiba menangis histeris.

"Gue yang keinjek kenapa dia yang nangis." Ucap Khanif membatin.

"Maaf, apa yang membuat Bu Manda sedih?" Ucap Tiwi merasa bersalah.

"Gapapa Wi, saya cuma teringat suami saya aja, keadaannya lagi kritis di RS." Jawab Manda masih sesegukan.

"Kalau begitu, kami permisi dulu ya Bu. Semoga suaminya cepat pulih."

***

Sesampainya dalam mobil dan akan pulang.

"Jadi kita menunggu berjam-jam sampai lumutan dan kita cuma menanyakan satu pertanyaan doang?" Kesal Khanif ke Tiwi.

"Iya, Maaf.. Maaf.." Tiwi menjawab dengan lemas karena semalaman belum tidur.

Sesampainya dirumahnya Tiwi masih saja terus bengong memikirkan hal yang menimpa komika pujaannya. Tiwi masih belum juga bisa tidur.

Ia mengetik di laptop mencari info buah Yaupon lebih jauh.

News: "Meskipun beracun untuk manusia tapi buah tersebut menjadi salah satu sumber makanan burung dan justru menyehatkan serta menjadi sumber energi bagi burung."

"Aneh bin ajaib!" Batin Tiwi.

Tiwi makin bingung membaca tentang buah Yaupon itu sekaligus semakin yakin memang ada sesuatu dibalik keracunan komika pujaannya.

Sebagai wartawan yang telah berpengalaman mewawancarai ribuan orang Tiwi tau persis bahasa tubuh dari orang yang diwawancarainya. Menangisnya Bu Manda secara tiba-tiba saat sesi wawancara tadi siang juga mengisyaratkan memang ada sesuatu dibalik semua ini, tapi apa?

Sejenak Tiwi teringat ucapan Khanif ketika di kantor waktu itu, Khanif mengatakan kemungkinan kejadian ini ada kaitannya dengan ketika Jaey_Smoke meroasting seorang pejabat.

"Pejabat yang dia roasting waktu itu adalah Pak Tanza."

"Apakah Pak Tanza meracuni Jaey_Smoke dengan buah Yaupon?" Ucap Tiwi membatin.

"Hmm, akhirnya aku menemukan titik kejelasan sekitar 20% dan aku bisa tidur sebanyak 20% juga." Ucap Tiwi sambil tersenyum. "Bobo ach!"

***

Pagi harinya seperti biasa Tiwi pergi ke kantor dan seperti biasa juga Khanif yang pertama dia temui.

"Wi, Wi.. kamu sudah baca berita ini belum?" Khanif setengah berlari mendekati Tiwi sambil menyodorkan sebuah Tablet, ransel dibahunya sedikit turun dan ia menaikkannya.

"Berita apa?"

"Herman dan Ningsih tenggelam di pulau seribu!"

"Sesaat sebelum liburan ke pulau seribu, malam harinya Herman meroasting Pak Tanza." Khanif tersengal-sengal sambil menunduk memegangi kedua lututnya di koridor gedung itu.

Tiwi meraih Tablet milik Khanif dan membaca sendiri berita itu.

News: "Herman dan kekasihnya Ningsih, ditemukan hanyut dalam perahu terbalik dalam keadaan pingsan dan terdampar di pulau kecil, di duga mereka bertengkar dalam perahu karena rebutan dayung. Kabarnya sepasang kekasih ini memang sering bertengkar gara-gara memperebutkan sesuatu, entah itu berebut pisang goreng yang tersisa satu, atau berebut tempat duduk meski kursi lain masih banyak."

"Gak masuk akal, mana ada orang berantem sampai pingsan, pasti ada sesuatu nih, jangan-jangan ini ulah suruhannya pejabat itu yaitu Pak Tanza."

"Aku harus menyelidikinya, huuh!" Ucap Tiwi.

"Wi udahlah Wi, biarkan saja toh ada polisi, biar polisi aja yang ngurus."

"Nif please, temeni aku kerumah Pak Tanza."

"Ya udah deh, yuk!" Khanif garuk-garuk kepala, meringis, terpaksa mengiyakan dan mengikuti Tiwi dengan langkah ogah-ogahan.

***

Sesampainya di kediaman Pak Tanza, Tiwi takjub dengan pekarangannya yang luas. Berbagai macam tanaman dan hiasan ada disana.

"Halo, Nak Tiwi.." Pak Tanza menyambut tamunya itu. Tak ada yang berani menolak Tiwi, karena Tiwi wartawan yang terkenal anggun dan cerdas. Belum ada seorangpun yang menang jika berdebat dengan Tiwi dan semua pejabat bakal kebingungan dengan pertanyaan Tiwi yang penuh jebakan dan menyudutkan.

"Kita sambil jalan-jalan keliling pekarangan boleh ya Pak." Pinta Tiwi.

"Boleh, ayo!" Ajak Pak Tanza mulai berjalan.

Setelah sekian lama berjalan-jalan dan melihat-lihat berbagai tanaman, pandangan Tiwi tertuju pada satu hal.

"Itu ayamnya kok dari tadi ga begerak-begerak Pak?" Tanya Tiwi.

"Oh itu patung ayam Nak Tiwi."

"Wah mirip banget sama ayam asli."

"Iya.." Jawab Pak Tanza.

"Kalo itu buah apa Pak, merah-merah seperti Strawberry?" Tanya Tiwi.

"Itu buah Yaupon." Jawab Pak Tanza.

Tenggorokan Tiwi mendadak tercekat mendengar nama buah itu, gak salah lagi pasti Pak Tanza yang memberi Jaey_Smoke buah Yaupon sampai keracunan. Soalnya di Indonesia ini cuma Pak Tanza satu-satunya orang yang memiliki buah Yaupon.

"Pak, boleh saya minta buah Yauponnya barang sebiji dua biji."

"Boleh, silakan ambil Nak, satu kresek juga gapapa. Tapi jangan dimakan ya karena beracun, kalau buat makanan burung boleh." Terang Pak Tanza pada Tiwi.

"Hehe iya Pak, buat makanan burung saya."

"Oh kamu punya burung juga ya Nak Tiwi?, sama Bapak juga punya tuh dibelakang rumah bertengger di pohon kopi." Tutur Pak Tanza.

Khanif yang dari tadi cuma diam begitu mendengar tentang burung jadi ikut nyeletuk juga.

"Iya Wi, kamu punya burung, baru tau aku padahal sering kerumahmu?" Tanya Khanif.

"Ya burungku gak keliatan Nif, gak disimpan didepan rumah." Terang Tiwi.

"Ya udah, terimakasih banyak ya Pak Tanza atas waktunya, kami pamit dulu." Tiwi dan Khanif pergi dari rumah Pak Tanza.

***

Sesampainya dalam mobil dan akan kembali pulang, seperti biasa Khanif bertanya pertanyaan yang sama pada Tiwi.

"Jadi, kita kesini jauh-jauh cuma mau melihat patung ayam sama buah Yaupon doang, Wi?" Tanya Khanif.

"Ya paling nggak kita mendapat sedikit info kan bahwa Pak Tanza punya buah Yaupon dan ini sedikit membuka tabir misteri kecelakaan yang menimpa Jaey dan Herman. Lagipula ini kunjungan pribadi bukan dinas, kita gak punya wewenang nanya macem-macem, nanti deh kalo terbukti Pak Tanza terlibat, kita bawa pasukan wartawan kita kesana wkwk!"

"Wi, masih punya tenaga ga, kita dugem yuk, kebetulan malam ini penampilan DJ favoritku di ClubNight, DJ Una yang manis."

"Boleh, boleh, ayuk.. aku juga udah lama nih gak dugem."

***

Sesampainya di Club, penjaga meminta Tiwi dan Khanif mengeluarkan ponselnya untuk di plester kameranya karena tidak boleh mengambil gambar atau merekam dalam diskotik.

Kelap kelip lampu disko dan suara musik kencang, Tiwi menyelinap di balik kerumunan muda mudi yang sedang berdisko, Tiwi menuju ke Bartender untuk memesan minuman.

Sementara Khanif menuju panggung dan naik keatas panggung berjoget sambil menyawer DJ Una.

Sambil angguk-angguk goyang leher, Tiwi mereguk minumannya sambil geleng-geleng kepala melihat Khanif yang menghamburkan duit keatas seperti hujan duit untuk menyawer DJ kesayangannya.

Pandangan Tiwi terhenti ketika melihat kearah meja VIP yang tak jauh dari meja Bartender tempat Tiwi duduk, di meja VIP itu ada Herman, Ningsih, Jaey, Amanda, Agus, Vania, dan Pak Satria yang sedang bersulang sambil ketawa-ketiwi. Sementara Herman tampak rebutan gelas dan tempat duduk dengan Ningsih. Kadang herman memangku Ningsih dan sebaliknya, yang penting harus duduk di titik itu. Sedangkan Jaey saling rangkul bahu bersama Amanda, dan Agus bersama Vania sedang bermain hompimpa alaeum gambreng, kalau Vania kalah dia harus minum dan sebaliknya.

"Ada acara apa ketiga orang komika berkumpul bersama pejabat (Pak Satria) di club ini?" Ucap Tiwi membatin.

Tiwi menoleh ke kiri dan kekanan dan diam-diam melepas plester pada kamera ponselnya dan merekam ketiga komika tersebut.

"Wi, pulang yuk!" Tiba-tiba Khanif mengejutkan Tiwi, hampir saja jantung Tiwi copot menyangka itu penjaga yang memergokinya sedang merekam.

***

Sesampainya dirumah sepulang dari bar, Tiwi menghempaskan tubuhnya di sofa. Melamun memandang langit-langit flafon dan pikirannya jauh menerawang sambil mengkalkulasi semua informasi yang ia dapatkan sepanjang hari.

Tiwi mengeluarkan sebiji buah Yaupon dari saku celananya dan memilin-milin biji tersebut disela jemarinya berharap semua informasi dalam kepalanya membentuk garis terang dari peristiwa yang menyita perhatiannya ini. Namun matanya terpejam dan akhirnya tertidur.

Dan pagi harinya seperti biasa Tiwi pergi ke kantor dan makan bersama Khanif di kantin. Sambil menyantap makanannya Tiwi bertanya ke Khanif.

"Bagaimana menurutmu Nif, apakah Pak Tanza yang meracuni Jaey?"

"Belum tentu, bisa saja orang lain yang memetik buah Yaupon dipekarangan Pak Tanza agar terkesan Pak Tanza yang melakukannya." Ucap Khanif juga sambil menyantap makanannya.

"Oya Wi, kamu sudah tau belum malam ini penghitungan Polling Capres antara Pak Tanza vs Pak Satria."

"Iya sudah tau.. dan dimeriahkan Agus Komika kan?" Jawab Tiwi.

"Jadi gak sabar pengen nonton, bagaimana penampilan Agus meroasting kedua pejabat itu sekaligus yaitu Pak Tanza vs Pak Satria." Ucap Khanif.

"Apa perlu Agus kita peringatkan agar tak bernasib seperti Jaey dan Herman." Ucap Khanif lagi.

"Kurasa jangan dulu Nif. Semuanya masih sebatas dugaan." Jawab Tiwi.

"Jika setelah meroasting ini Agus mendapat celaka sebagaimana Jaey dan Herman, dapat dipastikan sesuatu yang besar terjadi dibelakang sana yang melibatkan aktor-aktor besar."

"Heeuufff.." Tiwi menghela nafas panjang tak tau harus berbuat apa.

***

Malam Polling untuk melihat posisi siapa paling tinggi diantara Pak Tanza vs Pak Satria. Dua pejabat yang akan mencalonkan diri menjadi capres.

Sebelum masuk ke acara polling, pembukaannya adalah menampilkan Agus untuk meroasting kedua orang calon capres tersebut.

"Haiii.." Ucap Agus yang tiba-tiba muncul dari lift bawah panggung yang mewah. Sontak penonton tepuk-tangan dan berteriak-teriak histeris memanggil-manggil nama Agus. 

"Pada heboh bae, manggil-manggil nama gua, kalo gitu gua aja yang jadi calon capres." Kata Agus yang diikuti tawa oleh jutaan penonton di stadion bola itu.

Tiwi dan Khanif yang juga menonton di TV dirumah mereka masing-masing dan juga ikut tersenyum menonton itu.

"Tapi gua ga mau ah jadi capres, gua maunya langsung jadi Presiden aja." Ucap Agus yang lagi-lagi mendapat riuh tepuk tangan penonton.

Pak Tanza dan Pak Satria juga ikut bertepuk tangan.

"Meroasting dan jadi Presiden itu sama-sama berat guys tanggung jawabnya, sebenarnya gue takut meroasting, kemarin aja dua teman gue (Jaey dan Herman) mendadak masuk RS gara-gara meroasting. Tolong jangan tersinggung Pak Tanza." Ucap Agus sambil mendekati Pak Tanza yang dibalas senyum kecut oleh Pak Tanza. Karena selama ini memang beredar isu di publik bahwa Pak Tanza terlibat atas kejadian yang menimpa Jaey dan Herman.

"Kalo disuruh milih merosting atau naik sepeda, gua lebih memilih naik sepeda keliling Jakarta, biar bisa melihat cewe-cewe, bener gak Kang?" Tanya Agus sambil menepuk pundak Satria yang sontak membuat Satria tutup wajah merasa malu karena Satria memang hobi berkeliling naik sepeda.

Beberapa menit berlalu dan kini saatnya melihat hasil polling sementara antara Pak Tanza vs Pak Satria.

Pak Tanza: 17%
Pak Satria: 20%

Satria menang 3%

***

Sepulang dari acara Polling dan Roasting, dirumahnya Pak Tanza menggebrak meja.

"Sialan, siapa yang memfitnah saya, tunggu pembalasan si buta dari goa hantu." Ucap Pak Tanza geram.

Rival politik Pak Tanza bukan hanya Pak Satria saja tapi banyak capres lainnya lagi. Sulit bagi Pak Tanza untuk menentukan siapa yang memfitnahnya tersebut.

"Siapapun orangnya, yang jelas dia telah memanfaatkan Komika untuk melancarkan fitnahnya." Ucap Pak Tanza menimbang-nimbang.

Sementara Herman, Ningsih, Jaey, Amanda, Agus, Vania, dan Satria sedang bersulang merayakan 3% kemenangan.

"Terimakasih sudah membantu saya menjatuhkan Pak Tanza, kalian luar biasa." Ucap Satria pada ketiga orang Komika tersebut seraya menyodorkan amplop.

***

Sementara Tiwi masih sibuk menyatukan potongan-potongan informasi untuk mengungkap misteri ini.

"Publik mengetahui bahwa Pak Tanza terlibat atas kejadian yang menimpa Jaey dan Herman, siapa kira-kira yang menyebarkan informasi itu sehingga publik tau, yang jelas bukan aku." Ucap Tiwi pada Khanif.

"Juga bukan aku." Jawab Khanif.

"Sebaiknya aku bertemu sama Jaey." Ucap Tiwi.

"Mau aku temeni Wi?" Tawar Khanif.

"Ngga, aku sendiri aja." Jawab Tiwi.

***

Beruntung tak sulit menemui Jaey, Tiwi mengundangnya ke kafe dekat pantai dengan alasan ngefans sama Jaey.

"Aku ngefans sama kamu, Wi. Isu-isu yang kamu bawakan di TV menarik untuk diikuti." Ucap Jaey memuji Tiwi begitu mereka bertemu di kafe itu.

"Aku juga ngefans sama kamu Jaey, jarang ada Komika setampan kamu." Ucap Tiwi yang sukses membuat Jaey salah tingkah.

Lama mereka ngalor ngidul hingga akhirnya Tiwi mengeluarkan beberapa buah Yaupon.

"Aku mengambil buah itu dari rumah Pak Tanza. Kalau kamu mendapatkanya darimana Jaey?" Tanya Tiwi.

"Kita sama-sama tau Jaey, buah Yaupon itu pohonnya hanya ada satu di Indonesia ini, hanya dirumah Pak Tanza."

"Aku malah baru tau Wi dari kamu kalau pohonnya cuma ada satu. Aku mendapatkan buah itu di dalam kulkas, ya langsung saja kumakan Wi, dan ku bikin Jus."

Ingin rasanya Tiwi menanyakan lebih lanjut siapa memasukkan buah itu ke kulkas, apakah ART, terus ART yang mana, tapi Tiwi mengurungkan pertanyaan itu dan lebih memilih untuk pamit pulang.

***

Tak mendapatkan informasi dari Jaey, Tiwi pergi ke rumah Pak Satria.

Sama seperti pekarangan rumah Pak Tanza, pekarangan Pak Satria juga luas dan banyak koleksi sepeda.

"Kupikir aku salah masuk, tak kirain toko sepeda." Ucap Tiwi begitu bertemu Pak Satria.

"Haha, biasa aja Dek Tiwi, monggo Dek Tiwi.." Ucap Pak Satria.

Tiwi dan Pak Satria ngobrol sambil naik sepeda mengelilingi sekitar komplek.

"Gimana perasaan Pak Satria menang 3% dari Pak Tanza?"

"Ya biasa aja Dek Tiwi, dunia berputar begitu juga polling." Jawab Satria dengan senyum khasnya.

"Apa hubungan Pak Satria dengan 3 Komika itu, saya pernah melihat Pak Satria bersama 3 Komika di Club?"

Pak Satria menghentikan laju sepedanya dan begitu juga Tiwi.

"Ya biasalah Dek Tiwi, pejabat juga manusia yang bisa berteman sama siapa aja termasuk Komika."

"Kenapa tidak menggunakan biduan dangdut saja Pak sebagai media promosi seperti capres lainnya?"

"Kurasa tak ada salahnya menggunakan Komika juga toh sama-sama publik figur."

"Jadi Pak Satria memanfaatkan Komika sebagai media promosi?"

"Oh bukan begitu maksud saya, Dek Tiwi. Kalau sama ketiga Komika itu murni hanya berteman bukan Tim sukses."

"Baiklah Pak Satria, saya pamit dulu, terimakasih atas waktunya."

"Oya, Pak Satria. Apakah Bapak tau buah Yaupon?"

"Tidak, Dek Tiwi. Memang ada apa?"

"Gapapa Pak Satria. Saya cuma nanya aja, hihi.."

Pak Satria menghela nafas panjang dan merasa lega ternyata Tiwi belum mengetahuinya kalau orang suruhan Pak Satria lah yang mengambil buah Yaupon di pekarangan rumah Pak Tanza.

Dan, tak banyak yang tau bahwa Jaey tidak pernah memakan buah itu, ia hanya berpura-pura keracunan oleh buah itu, dan telah bekerja sama dengan Dokter rumah sakit agar dapat berpura-pura rawat inap, Jaey mendapatkan buah Yaupon itu dari orang suruhan Satria. Begitu juga Herman yang pura-pura pingsan di perahu dan masuk RS, demikian juga Agus yang telah mendapat perintah untuk mempertegas semua itu dalam roastingnya untuk meyakinkan publik bahwa Pak Tanza biang keroknya. Padahal semuanya itu atas perintah Satria untuk menciptakan imej bahwa Pak Tanza pelakunya.

Namun satu hal yang tidak terduga ternyata diam-diam Dokter itu berkhianat dan membeberkan rahasia pada Pak Tanza yang tentu saja Dokter tersebut mendapatkan imbalan besar dari Pak Tanza. Pak Tanza juga merekrut Khanif dan Tiwi sebagai anggota Tim suksesnya dan akhirnya semua menjadi terang bagi Tiwi dan dia dapat tidur dengan nyenyak.

Pak Tanza membersihkan namanya di Medsos dan Polling terbaru adalah:
Pak Tanza: 2%
Pak Satria: 2%

Imbang di kedua kubu dan menurun drastis karena Publik sudah tidak lagi mempercayai politik.

Tamat!



Roasting adalah Gojlokan atau panggangan yaitu suatu bentuk humor ketika seseorang menjadi sasaran lelucon, yang dimaksudkan untuk menghibur khalayak yang lebih luas. Acara demikian dimaksudkan untuk menghormati seseorang dengan cara tersendiri. (Wikipedia)

Catatan: Cerpen ini hanya fiktif belaka, ditulis berdasarkan imajinasi suka-suka dan tanpa riset samasekali. Jadi jangan percayai apapun kata yang tertulis dalam posting ini. Cuma dua yang benar, Yaupon benar beracun dan DJ Una benar manis hehe!

Comments

  1. wah wah cerpenya berbau politik dan detektifan, seru sih :D

    ahirnya semua terungkap yang berbuat curang adalah kang satria, tapi satu yang bikin gw penasaran adalah vania ?, itu siapa bang baru denger namanya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Vania istrinya Agus yg ada di cerpen2 sebelumnya 😅

      Delete
  2. 🤣🤣🤣🤣🤣 Harusnya Buah Youponnya diselidiki secara detail yee Huu agar pak Tanza tidak kena Fitnah..... Termasuk menghapus postingan tentang buah Youpon di Blognya.🤣🤣🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha kenapa jadi menghapus postingan huu. Ini hanyalah tentsng rasa penasaran Tiwi terhadap keracunan Jaey, dan ternyata Jaey hanya pura2 keracunan. Hanya itu inti cerpen ini huu 🤣🤣

      Delete
  3. siip deh..... bisa dapat inspirasi dari sumber bacaan....
    👍😁👌

    ReplyDelete
  4. Walaupun cerpen ini hanya fiktif belaka, tapi secara keseluruhan cerita cukup membuat isi kepala "muter-muter" dan timbul rasa penasaran untuk tahu endingnya. Sukses terus ya kang, dengan cerita pendek-cerita pendek selanjutnya.

    ReplyDelete
  5. Ga di cerpen, ga di kehidupan nyata, yg namanya nyapres pasti banyak trik2 saling menjatuhkan yaaa mas 😄..

    ReplyDelete
  6. Hasil pollingnya belum bisa dipercaya, Mas. Karena ada calpres lansia yang senior inisial NR belum tampil ke publik, yang bakal siap melibas Pak Tanza dan Pak Satria. . Ha ha .....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, iya iya, masih banyak capres yg blm tampil salahsatunya inisial NR 😅

      Delete
  7. Setelah Tanza dan Satria redup pamornya di polling, akhirnya Jaey Sultan mencalonkan diri jadi capres dan akhirnya menang karena bekerja sama dengan Agus komika.😁

    ReplyDelete

Post a Comment