Skip to main content

Cerpen: The Locus Delicti

Cerpen: The Locus Delicti

Sambil menatap ikan menyeramkan berparas manusia di air danau, Satria Perwira menoleh kearah Irjen Polisi Herman yang datang menghampirinya.

"Apa perintah Anda, Pak Perwira?" Tanya Irjen Polisi Herman sambiil sedikit membungkukkan badan pada Satria Perwira. Sesekali Herman melirik ke arah Satria yang sedang memberi makan ikan menyeramkan di danau itu.

"Hmm, Man." Satria bangkit berdiri dari sebelumnya berjongkok ketika memberi makan ikan itu, ia mengeluarkan sepucuk pistol dan amplop dari balik jaket kulitnya dan menyerahkannya ke Herman.

Herman menerima sepucuk pistol dan amplop itu, dan membuka amplopnya yang didalamnya ada secarik kertas bertuliskan: "Habisi Brigadir Jaey!". Setelah itu Herman pergi untuk melaksanakan perintah Satria dan meninggalkan Satria sendirian di danau itu.

Herman menuju ke kediaman Brigadir Jaey dan mereka berdua mengobrol di ruang tamu. Tak ingin berlama-lama, Herman bangkit dari duduknya di sofa.

"Maafkan aku, Jaey, ini perintah!" Ucap Herman sambil menodongkan pistol dengan ekspresi serba salah karena Jaey juga temannya tapi Herman tak berani menolak perintah Satria, atasannya.

"Aku mengerti, Man, lakukan saja." Jawab Jaey sambil memejamkan mata. Herman juga memejamkan mata sambil mengarahkan pistol ke kening Jaey dan "Dor..".

Herman pergi meninggalkan Jaey yang tersandar tak bernyawa di sofa, di keningnya mengalir cairan biru kental. Cairan biru itu sepertinya petanda kalau Jaey keturunan bangsawan.

Agar tak ketahuan, Herman kemudian pergi keluar kota di kota pacarnya.

Sementara kematian Jaey mengundang heboh netizen di jagat maya, dan Presiden berpidato.

"Ungkap kebenaran apa adanya sehingga jangan sampai menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Itu yang paling penting, citra Polri apa pun tetap harus kita jaga," kata Presiden.

"Sejak awal kan saya sampaikan, sejak awal saya sampaikan usut tuntas. Jangan ragu-ragu. Jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya," tegas Presiden.

Kapolri Jenderal Agus yang bertugas mengusut kasus tersebut juga berpidato.

Menetapkan Irjen Polisi Herman sebagai tersangka baru atas pembunuhan Brigadir Jaey.

“Soal penembakan tersebut atas perintah atasan atau tidak, masih ditelusuri lebih lanjut,” ujar Kapolri Jenderal Agus yang belum bersedia mengungkapkan karena tim khusus masih melakukan penyelidikan.

Pernyataan Jenderal Agus di atas tentu menciptakan babak baru dalam lembar cerita. Apakah kasus yang locus delicti-nya jelas ini kemudian menjadi rumit lantaran yang menjadi tersangka adalah Satria seorang Perwira tinggi berpengaruh?

***

Satria Perwira jadi gelisah dan kembali memanggil Herman ke danau.

"Apa perintah barunya, Pak Perwira?" Tanya Herman.

Satria mengeluarkan sepucuk pistol dan amplop dari balik jaket levisnya.

Herman membuka amplop tersebut yang bertuliskan "Habisi Jenderal Agus."

Herman menuju ke kediaman Jenderal Agus dan mereka berdua mengobrol di ruang tamu. Tak ingin berlama-lama, Herman bangkit dari duduknya di sofa.

"Maafkan aku, Gus, ini perintah!" Ucap Herman sambil menodongkan pistol dengan ekspresi serba salah.

"Aku mengerti, Man, lakukan saja." Jawab Agus sambil memejamkan mata. Herman juga memejamkan mata sambil mengarahkan pistol ke kening Agus dan "Dor..".

Herman pergi meninggalkan Agus yang tersandar tak bernyawa di sofa, di keningnya mengalir cairan merah kehitaman. Cairan itu sepertinya petanda kalau cairan Agus rada kotor.

Agar tak ketahuan, Herman kemudian pergi kembali keluar kota di kota pacarnya.

Tak jelas apa motif dibalik semua ini sehingga Satria Perwira sampai memerintahkan Irjen Polisi Herman untuk menghabisi sesama temannya, Jaey dan Agus.

Sementara, Herman di kota pacarnya sedang frustasi karena telah menghabisi kedua temannya tanpa sebab dan merasa bersalah setelah mendengar pidato NU Online.

Terngiang di telinga Herman pidato dari NU Online berdasarkan kitab Shahih Muslim (V/114), Shahih al-Bukhari (V/2491), juga Syarh Ma’anil Atsar (III/171).

“Apakah kamu mau menolong penjahat agar lepas dari hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan?” kata Nabi kegeraman.

Setelah kecewa dengan Usamah, Nabi saw segera berpidato secara lantang:

Artinya, “Ammaba’du, sungguh yang menghancurkan generasi manusia sebelum kalian adalah karena mereka, ketika ada orang terhormat melakukan pecurian, maka mereka biarkan; dan bila yang melakukannya adalah orang lemah, maka kalian tegakkan hukum had (yang berlaku efektif pada waktu itu). Sungguh aku, demi Tuhan yang menguasai nyawaku, andaikan putriku sendiri Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan ku potong tangannya.” (HR Muslim).

Pidato itu terus terngiang-terngiang ditelinga Herman dan juga teringat akan sebuah slogan: "Polri Presisi”, prediktif, responbilitas, trasparansi serta berkeadilan, harus benar-benar diwujudkan dalam segala tindakan.

Dalam frustasinya Irjen Polisi Herman kemudian mendatangi Satria Perwira yang sedang memberi makan ikan di danau.

Tanpa basa basi Herman menodongkan pistol dengan ekspresi serba salah pada Satria Perwira.

"Maafkan aku, Sat, ini perintah.., perintah dari kata hatiku!" Ucap Herman.

"Aku mengerti, Man, lakukan saja." Jawab Satria sambil memejamkan mata. Herman juga memejamkan mata sambil mengarahkan pistol ke kening Satria dan "Dor..". Satria roboh terhempas ke air danau tanpa mengeluarkan banyak cairan, sepertinya petanda kurang cairan.

Herman semakin frustasi dan menangis berlutut di tepi danau itu, sambil mengarahkan pistol ke keningnya sendiri.

"Maafkan aku, Dara sayang, ini perintah dari kata hatiku!" Gumam Herman seolah berkata pada kekasihnya yang jauh disana dan "Dor..". Herman tersungkur di tepi air danau dengan cairan merah kecoklatan mengalir dari keningnya pertanda Herman suka makan coklat.

Ikan di danau itu hanya bengong menyaksikan semua itu tanpa tau apa motif dibalik semua itu.

Tamat!

Cerpen ini hanya karangan semata terinspirasi dari kisah nyata tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dan berdasarkan keterangan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menetapkan Irjen Polisi Ferdy Sambo sebagai tersangka baru atas pembunuhan Brigadir Yoshua.

Nama-nama tokoh dalam cerpen ini, Satria, Herman, Agus, dan Jaey, merupakan nama-nama dari teman sesama Blogger.

Locus delicti adalah tempat terjadinya peristiwa pidana, berasal dari kosakata Latin locus yang artinya 'tempat' atau 'lokasi' dan delicti yang artinya 'delik' atau 'tindak pidana'. Terdapat empat teori dalam menentukan tempat terjadinya peristiwa pidana atau locus delicti. (Wikipedia)

Comments

  1. 🤣🤣🤣🤣🤣 Berarti saksi kunci kematian Satria Ikan setan yee Huu..🤣🤣🤣

    Kok yang pada mati dibunuh pada patuh2 yee.😁😁 nggak ada unsur2 pelecehan ini dan itu.🤣🤣🤣

    Motif Satria membunuh apa Huu...Berebut pangkat apa berebut Janda sebelah Huu.🤣🤣🤣

    Peluru terakhir Herman untuk menembak Satria mungkin ada Mustika Serat Iblisnya yee Huu, Karena terbukti Satria mati tanpa mengeluarkan darah.🤣🤣🤣🤣🤣


    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul ikan setan saksinya, tadinya mau bikin pas jatuh kesungai di gigit oleh ikan itu, tapi ragu, ikan itu bisa menggigit ngga? 🤣

      Iya pada pasrah dibunuhin, di film2 barat saya lihat rata2 begitu, kalau merasa tak berdaya mereka jadi pasrah 😅😅

      Kita tunggu saja di berita selanjutnya apa kira2 motifnya 😅 kemungkinan motifnya berebut ikan 🤣

      Oh kalau ada Mustika serat iblisnya matinya kaga bedarah ya huu, keren2 ilmu dari Novel Suto 😅😅

      Kalau di Novel Suto pas mati kecebur ke telaga bisa hidup lagi kan 🤣🤣

      Delete
    2. Menarik ceritanya Huu.👍👍


      Meski kasus sesungguhnya cuma dibuat2 agar menjadi lebih pelik.

      Begitu dan selalu begitu dari dulu Huu.😁😁

      Delete
    3. Oh dari dulu begitu ya, kalo ada kasus2 dibuat jadi pelik, dulu saya waktu muda kurang tertarik sama berita2 tapi sekarang pas umur di 14 tahun ini saya jadi sedikit tertarik 🤣

      Delete
    4. Kebalik 41 tahun kali, bukan 14.🙄

      Delete
    5. Sudah kuduga bakal ada yg membalik menjadi 41 🤣

      Delete
    6. 🤣🤣🤣🤣🤣☝☝☝

      Delete
  2. Sudah aku duga ini ceritanya terinspirasi dari berita yang lagi ramai itu.

    Tapi kok Agus darahnya merah kehitaman, apa mungkin karena doyan janda.🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, berita terbarunya tersangkanya akan dihukum mati tapi terkendala HAM 🤣 saya kecepetan bikin cerpennya, kalo alurnya sesuai aslinya mgkn bakal lebih seru ya 😅

      Darah kehitaman itu penyebabnya karena pakai narkoba suntik 😅😅

      Delete
  3. Ha ha .... Membaca kisah ini saya tertawa sendirian seperti orang senewen. Kayaknya anak buah ini kurang kerjaan. Habis nembak Jaey minta tugas lagi. Endingnya, atasannya pun dihabisi. Bagus juga. Buat nemanin Irjen S***o di penjara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya tugas anak buah memang menuruti perintah atasan Bu, apapun perintahnya, dlm cerpen tentunya, gatau kalo di dunyat gimana? 😅

      Dalam kisah aslinya masih dalam penyelidikan apakah ada tersangka yg lebih atas lagi? ini yg menarik, apakah ada yg berhasil mengusut ini lebih jauh lagi ataukah berhenti sampai di Irjen S***o saja? 🤣

      Delete

Post a Comment