Skip to main content

Netizen Sepertinya Tak Membaca Langsung Berkomentar

Netizen Sepertinya Tak Membaca Langsung Berkomentar

Sudah sejak lama saya ingin menulis ini tapi masih saya tunda-tunda berharap ada orang yang.. yang.. yang lebih pintar yang akan mengangkat topik ini secara blak-blakan seperti judul diatas tapi saya tunggu-tunggu tak ada atau mungkin ada tapi saya tak tau atau mungkin ada tapi tidak gamblang atau mungkin memang tak ada yang peduli.

Kalau orang-orang biasa seperti saya yang mengangkat topik ini rasa-rasanya percuma saja karena saya perhatikan di kolom komentar medsos beberapa orang-orang biasa seperti saya sudah ada yang mengingatkan secara blak-blakan "baca dulu baru komentar." Tapi tak ada yang menggubrisnya.

Jadi sepertinya harus tentara yang turun tangan menangani ini supaya netizen pada mau membaca, anggap saja darurat nasional wkwk.. iya betul harus orang yang lebih pintar buka suara karena kata pepatah "kebodohan terjadi karena diamnya orang pintar." atau ungkapan "tak ada murid yang bodoh yang ada guru yang tak tau cara mengajar."

Apa jadinya negeri ini kalau tidak ada yang mau membaca tapi langsung berkomentar, saya cek sekitar 50 komentar di kolom komentar di medsos dan ke 50 komentar itu rata-rata berkomentar salam paham, komentar ada ribuan jika di cek semuanya jangan-jangan semuanya begitu seperti 50 komentar itu.

Efek komentarnya sampai ke tahap benci pemerintah lho dan meragukan negeri ini.

Sebagai contoh berita misalnya "Kominfo tidak jadi memblokir Google, Youtube, DLL jika tidak mendaftar di PSE."

Netizen langsung berkomentar meragukan Kominfo yang tak berani tegas, berkomentar tentang kedaulatan dan semacamnya, "mana berani pemerintah memblokir soalnya mereka bergantung ke Google" dan ada juga yang putus asa "asudahlah." Putus asa yang menyimpan dendam sepertinya.

Padahal di berita jelas-jelas tertulis Kominfo tidak jadi memblokir Google, Youtube, DLL karena telah mendaftar di PSE pukul 16.00 tadi.

Ditambah lagi berita lain, misal berita PSSI yang mengancam mundur dari AFF, dan kata Thailand, Indonesia cuma menggertak.

Makin panas lah netizen, "mana harga diri bangsa kita diremehkan negara lain." kata netizen dan komentar-komentar lain yang ujung-ujungnya menghujat negeri kita sendiri.

Apakah komentar-komentar itu belum masuk ke tahap parah?

Itu baru dua berita, masih banyak ratusan berita lainnya yang saya lihat selalu ditanggapi netizen dengan salah paham akibat dari sepertinya tidak membaca ataukah membaca tapi tidak paham? Entahlah.

Netizen ini punya kekuatan lho, mereka punya kemampuan menjatuhkan yang ingin dijatuhkan. Bukan satu dua artis yang sudah berhasil mereka jatuhkan sebab karena artis itu melakukan kesalahan, diantaranya Zindan dan Tri Suaka yang akhirnya merembet kesana kesini berujung kena denda milyaran.

Contoh lainnya akun Dedy Corbuzier yang membahas LBGT di Youtube, netizen mengancam akan unsubscribe.

Tau sendirikan Om Dedy orangnya sepertinya tak suka diancam, dia malah bilang di berita "Saya tak butuh subscriber saya hanya butuh viewer."

Huuh makin panas netizen, subcribernya beneran banyak berkurang yang diinfokan oleh berita dan tak berselang lama muncul berita lagi Dedy Corbuzier minta maaf.

Itulah contoh kekuatan netizen.

Yang saya kuatirkan bagaimana kalau netizen salah paham dan menjatuhkan orang yang baik? Ini bisa saja terjadi mengingat netizen ini seperti lebah, satu ngomong ini yang lainnya ngikut tanpa tau apa masalahnya yang penting ikut rame-rame, ngeri ngga tuh?

Paling tidak berita lah yang angkat suara, mengajari netizen, ajari secara blak-blakan aja sudah tak perlu pakai bahasa halus lagi, tunjukkan salahnya dimana dan apa yang harus dilakukan, kan pemilik Fanpage itu rata-rata yang punya tukang berita pasti mereka sering baca komentar netizen di Fanpage sosmed mereka.

Kenapa? Pemilik Berita takut ya sama netizen? Hahaha saya aja takut menulis ini, dan untungnya netizen di blog ini cuma 3 orang haha. Beda sama saya, walau saya malas membaca tapi saya tidak pernah berkomentar di fanpage xixixi.

Comments

  1. Itumah sudah dari zaman kompeni Huu...Yaa mau bagaimana lagi..."Maha Benar Nitizen Dengan Segala Bacotannya...🤣🤣🤣

    Didunia Blogger juga seperti itu Huu...Berkomentar tanpa membaca yang penting tinggal nunggu kunjungan balik...Makanya kalau BW 100 blog pastinya apes2nya 40 komentar mah nyangkut pasti.🤣🤣🤣

    Makanya gosip lebih cepat merekah dinegara kita ini Huu...Begini, Begitu, Punya Bini Kaga Ada Yang Utuh.🤣🤣🤣

    Bacot dan Komentar aja banyak bertindak kaga yee Huu..🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya huu mau gimana lagi, btw di negara lain gitu juga gak ya kira2? Kalau iya gak masalah berarti sudah jadi penyakit umum 🤣

      Delete
  2. Eehh lupa gue Huu...Boleh ngebacot lagi nggak??? Itu Si Amanda Jadi Tukang Serabi...Kan udah punya Serabi Huu...🙄🙄🙄 Apa masih kurang Lebar.🤣🤣🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh yg itu namanya serabi kah, huahaha istilah baru lagi..

      Delete
  3. Kebodohan terjadi karena diamnya orang pintar lalu kenapa orang yang lebih pintar yang harus buka suara kan penyebabnya orang pintar bukan orang yang lebih pintar?

    Selain malas membaca netizen di Indonesia juga malas menonton. Belum lama saya dapati sebuah channel YouTube yang sengaja meng-upload video yang bermain dengan berita (menempatkannya secara salah) untuk melihat sejauh mana para penonton menyimak isi beritanya sebelum berkomentar dan hasilnya dari ratusan komentar yang masuk hampir kebanyakan tidak menyimak isi beritanya secara lengkap mungkin hanya melihat judulnya saja langsung berkomentar.

    Wkwkwk.. ternyata admin blog ini juga malas membaca.. parah.. wkwkwk. Tapi kalau nonton ngga malas kan? Wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penyebabnya orang bodoh huu jadi yg buka suara harus org pintar, kalau saya pintar2 bodoh huu 🤣

      Tapi mgkn perlu kita ubah lagi bukan org pintar yg perlu buka suara tapi org pemberani 😛

      Nah itu si pembuat video, seandainya bisa dia bikin konten lanjutan tunjukin kesalahan netizen, gempur netizen terus2an sampai sadar, itu klo misalnya dia berani, klo cuma sekali rasanya kurang melekat 😅

      Kalau saya beda huu, jgn dicontoh, wlw saya malas baca tapi saya punya kesaktian, saya mampu menganalisis isi berdasarkan judul, serius huu jarang meleset, tingkat akurasi ketepatannya 80% 🤣 becanda huu saya tetap baca kok tapi yg sesuai minat aja 😛

      Nonton jarang juga huu, sakit mata, pegel leher, kram tangan, dan utamanya ngirit kuota 🤣

      Delete
    2. Plin plan nih..wkwkwk

      Ada video lanjutannya tapi emang dasarnya penontonnya yang ngga mau nonton sampai tuntas alias baca judul langsung komentar akhirnya videonya sia-sia..wkwkwk..parah banget..wkwkwk

      Jangan ngirit-ngirit kuota kesian tukang pulsa, kang.. wkwkwk

      Delete
    3. Eh kita ubah lagi huu, pintar dan berani 😅

      Kalau begitu tak banyak yg dapat dilakukan, sepertinya memang perlu turunkan TNI buat ngasi tau atau PBB 🤣🤣

      Auto ngirit sendiri huu, faktor sinyal juga kurang kuat 😅

      Delete
  4. banyak masalah sepele yang tidak bisa diselesaikan di negara kita, karena kita tidak paham masalahnya apa.....
    terjadi pada pemerintah, bukan netizen.......

    # hanya contoh, ternyata pupuk adalah penyebab utama kita tidak swasembada beras..... tapi pemerintah menghabiskan dana untuk membangun waduk.......
    - pekerjaan itu banyak di sektor pertanian dan perikanan, tetapi pemerintah ngurusnya Ojol......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rasa dua2nya pak, pemerintah dan netizen, pemerintah menghambat netizen dan netizen menghambat pemerintah 🤣

      Tapi iya untuk soal swasembada dan sektor2 lainnya memang sepertinya masalah dari pemerintah.

      Thank you wawasannya pak 👍👍

      Delete
  5. Berarti netizen butuh kacamata hitam dari pusat perbelanjaan

    ReplyDelete

Post a Comment