Kelanjutan dari Boneka Arwah
Agus baru saja pulang dari tempat kerjanya, mobilnya berhenti tepat di depan rumahnya, ia keluar dari mobil, meliukkan pinggulnya ke kiri kanan dan menimbulkan bunyi "krekek_krekek", begitu juga dengan lehernya ia putar ke kiri ke kanan hingga menimbulkan bunyi yang sama, setelah itu ia melangkah membuka pintu pagar dan kembali masuk ke mobil untuk memarkir mobilnya di garasi.
Agus baru saja pulang dari tempat kerjanya, mobilnya berhenti tepat di depan rumahnya, ia keluar dari mobil, meliukkan pinggulnya ke kiri kanan dan menimbulkan bunyi "krekek_krekek", begitu juga dengan lehernya ia putar ke kiri ke kanan hingga menimbulkan bunyi yang sama, setelah itu ia melangkah membuka pintu pagar dan kembali masuk ke mobil untuk memarkir mobilnya di garasi.
Agus kembali menutup pintu pagar dan melangkah menuju pintu rumahnya, dalam perjalanannya dari garasi menuju pintu rumahnya ia melewati taman bunga kuning menghampar dan diatasnya tampak tergeletak sebuah boneka yang pernah menghantuinya beberapa tahun lalu.
Ia menghentikan langkahnya sejenak dan memerhatikan boneka itu. "Bukankah dulu boneka itu sudah kami buang dan temanku Satria saksinya saat kami membuang boneka itu?" Ucapnya membatin.
Sebelum berfikir terlalu jauh untuk memikirkan hal yang tidak begitu perlu ia buru-buru memblokir pikirannya sendiri.
"Ah persetan dengan boneka!" Ucapnya mengibaskan tangan sambil melanjutkan langkah menuju pintu rumahnya, membukanya, dan masuk kedalam rumah, melepas jaket dan melemparkannya ke sofa, seiring itu ia juga menghempaskan bokongnya ke sofa,
"Heuumm mantap.." Ucapnya sambil menyandar di sofa, mendongakkan kepalanya keatas sambil memijati keningnya.
"Kalau mandi air hangat kayaknya makin mantap nih?" Ucapnya membatin.
Sejenak kemudian ia bangkit dari sofa menuju kamar mandi dan menyiapkan air hangat.
Ia berfikir sambil menatap bathtub, "Tadi di taman pekarangan rumah ada boneka hantu, apakah nanti di bathtub ini air-nya bakal berubah jadi merah seperti di film-film?" Ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
"Bismillah.." Ucapnya lagi sambil masuk kedalam bahtub dan berendam air panas.
Disisi bathtub ada lemari kecil tempat ia menyimpan sebotol Anggur merah non-alkohol, gelas, dan remote, ia membuka pintu lemari kecil itu dan mengeluarkan botol minuman dan menuangkannya kedalam gelas dan meletakkan diatas lemari kecil sebagai meja, sambil berendam sesekali ia mereguk minumannya, ia juga membuka hordeng di kamar mandi dengan remot. Sambil berendam ia bisa menyaksikan pemandangan malam diluar jendela, tampak bulan purnama terang memancar di kaca jendela.
Sambil melamun memandangi bulan purnama samar-samar terdengar suara anak kecil dari luar kamar mandi yang entah memanggil-manggil siapa,
"Papaa.. Papaa.." perlahan tapi pasti suara itu semakin terdengar jelas,
"Hmm, pasti ulah boneka di taman tadi nih.." Ucapnya seraya merendam seluruh tubuhnya dalam bathtub agar tak mendengar suara itu.
Semakin tak dihiraukan suara itu semakin nyaring dan melengking, membuat Agus jadi kaget dan spontan bangun dari dalam bahtub hingga sikunya menyenggol botol anggur merah disisinya dan tumpah kedalam bathtub.
"Suee air mandiku jadi merah!!" Ucapnya sedikit kesal dan bangun berdiri keluar dari bathtub, meraih handuk dan melilitkannya kepinggul serta melangkah keluar dari kamar mandi.
"Halo, suara siapa itu?" Tanya Agus setengah berteriak sesampainya diluar kamar mandi.
"Terang saja tak ada yang menyahut, aku kan cuma sendirian dirumah ini." Ucapnya kemudian, sambil melangkah menuju lemari pakaian dikamarnya.
Sambil mengenakan pakaian ia menyenandungkan lagu dangdut.
"Anggur merah yang selalu memabukkan diri, ku anggap, belum seberapa dahsyatnya bila dibandingkan dengan senyumanmu, membuat aku lesu darah tet.. tet.."
Tak ada sedikitpun ekspresi ketakutan di diri Agus, apa yang ia alami saat ini belum ada apa-apanya dibanding yang ia alami bersama temannya dulu, Satria, saat dulu mereka berdua di gubuk tengah hutan ketika mendapat teror dari sesuatu yang bersemayam di boneka, saking dahsyatnya kuping dan jempol kaki Satria sampai berdarah di gigit oleh boneka tersebut.
Namun kini, sesuatu yang bersemayam di boneka tersebut sepertinya tidak memerlukan media lagi, dia tidak lagi masuk ke boneka sebagai medianya tapi dapat beraksi seperti angin tanpa kasat mata.
***
Setelah berpakaian Agus pergi kedapur, ia meraih mie instan dalam rak lemari, teflon, telor, sosis, sayur dan lain-lain untuk memasak mie, sambil memasak ia bersenandung kecil untuk mengusir rasa takut. Walau bagaimanapun juga seberani-beraninya manusia tetap memiliki rasa takut.
"Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri, tidurku sendiri, semua serba sendiri.."
Setelah matang ia memindahkan masakannya ke mangkuk dan meletakkannya di meja makan dan berbalik mengambil segelas air putih, dan saat ia berbalik lagi ke meja makan tampak mie dalam mangkoknya seperti disendok dengan garpu oleh mahluk tak kasat mata.
"Stop..!!" Ucap Agus seraya mengulurkan telapak tangannya untuk menyetop, mie yang sudah terangkat itu kembali turun ke dalam mangkok.
"Aku tau kau ada disana, gadis kecil!" Ucap Agus sambil melangkah dan duduk dikursi meja makan itu.
"Hmm, begini saja.." Ucap Agus sambil memikirkan sesuatu.
"Aku lelah, ingin makan dan setelah ini ingin tidur, jadi langsung saja sebutkan apa maumu?" Tanya Agus pada gadis kecil tak kasat mata itu yang ia tau itu adalah mahluk yang sama yang menganggunya dulu bersama Satria.
"Papaa..!!" Jawab mahluk tak kasat mata itu.
"Mengapa kau memanggilku Papa, aku bukan Papamu?"
"Papaa..!!" Jawab mahluk itu lagi, bernada sendu.
"Ok.. ok.. terserahmu memanggilku apa, yang ingin kutahu apa maumu?" Tanya Agus sedikit kesal tapi tetap santai sambil mengaduk-aduk mie dalam mangkok.
"Kamu mau mie ini?" Tanya Agus lagi. Namun tak ada jawaban dari mahluk itu.
"Halo, kenapa tidak menjawab?" Tanya Agus lagi.
"Aku menggeleng!" Jawab mahluk itu. Agus terdiam sejenak mencoba mencerna arti jawaban mahluk itu lalu kemudian ia tersenyum.
"Gemesin deh mahluk ini. Kenapa tidak bilang saja 'tidak mau'" Batin Agus.
"Ok, kamu menggeleng artinya tidak mau, baiklah aku makan sendiri!" Ucap Agus lagi sambil menyantap mie-nya.
Lama mereka terdiam hingga Agus selesai menyantap makanannya dan membawanya ketempat pencucian piring, sambil mencuci mangkuknya ia merenung,
"Tadi kan mie itu sudah terangkat dari mangkuk dengan garpu, jangan-jangan mie itu sudah di cicipi oleh mahluk itu? Iiihh.."
Agus bergidik membayangkan seumpama mie yang ia makan telah dijilat oleh mahluk itu.
"Tapi biarlah, toh aku sudah membaca doa makan, serahkan saja ke Tuhan!" Ucap Agus sambil me-lap tangan, mematikan lampu di dapur dan pergi menuju ke kamarnya.
Saat berjalan menuju kamarnya, baju Agus seperti ditarik-tarik oleh mahluk itu.
"Apa lagi?" Tanya Agus menghentikan langkahnya sambil menahan nguap.
"Ikut bobo sama Papa?" Jawab mahluk itu. Agus tak menjawabnya karena rasa kantuknya semakin berat, ia berbaring di springbednya dan ada rasa-rasa tangan mungil memeluk tubuhnya namun tak ia hiraukan dan ia pun tertidur lelap.
***
Esok harinya pagi-pagi sekali Agus bergegas ke rumah Pak Ustad, kebetulan hari ini hari libur jadi ia tak bekerja dan Pak Ustad juga tak sedang mengajar.
Setelah menceritakan semuanya namun sayangnya Pak Ustad tak dapat membantu karena menurutnya, sepertinya Jin semacam ini tak dapat dilumpuhkan dengan doa umum, diperlukan doa khusus seperti doa yang pernah diajarkan Malaikat untuk Nabi dan doa tersebut diberikan Pak Ustad kepada Agus untuk dia baca sendiri agar Jin itu pergi.
Terjemahan doanya: "Aku berlindung dengan dzat Allah yang maha mulia, dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak ada orang baik dan juga orang durhaka yang melampuainya, dari keburukan yang turun dari langit dan keburukan apa pun yang naik ke langit; dari keburukan apa saja yang masuk ke bumi dan keburukan apa saja yang keluar dari bumi; dari keburukan fitnah-fitnah siang dan malam; dari keburukan petaka-petaka malam; dari keburukan setiap petaka yang datang, kecuali petaka yang datang membawa kebaikan, wahai Zat yang maha penyayang."
"Amin.." Jawab Agus.
"Good luck!" Ucap Pak Ustad pada Agus.
Agus pulang kerumahnya dan mulai memperaktekkan membaca doa yang diberikan Pak Ustad, hari-hari berlalu namun sepertinya Tuhan belum mengabulkan doa Agus untuk terbebas dari pengikutan mahluk itu.
Terlintas dipikiran Agus ingin melakukan upaya lain, pergi ke dukun misalnya tapi ia takut syrik dan setelah pikir panjang akhirnya ia mengambil keputusan untuk memberikan mahluk itu kepada Dukun,
"Toh isunya dukun memang hoby memelihara mahluk halus, pasti dia senang kalau ku serahkan mahluk ini kepadanya!" Pikir Agus.
Agus kemudian pergi kerumah dukun, namun sayangnya jawaban Pak Dukun diluar dugaan Agus.
"Maaf Bro, sepertinya Jin yang mengikuti Anda ini bukan Jin lokal melainkan Jin luar negri, mungkin Jin peninggalan dari penjajahan Belanda atau Jepang, ini diluar kemampuan saya karena kita tidak punya hubungan kerja sama dengan Jin luar negri, jadi saya tidak berani memeliharanya." Ucap Dukun itu.
"Saran saya sebaiknya tanya saja langsung ke mahluk itu apa maunya dia!" Saran Pak Dukun.
***
Agus kembali pulang kerumahnya dan sedikit putus asa untuk mencari jalan lain, Ustad terpopuler dan Dukun terhebat saja yang ia temui belum ada yang berhasil mengatasi masalah yang ia hadapi.
"Hmm, apa yang harus kulakukan. Perlukah aku ke psikolog? Lalu dia tau aku minum Anggur dan mengatakan ini halusinasi! Kurasa saat ini belum begitu perlu, aku masih merasa waras." Ucapnya menghela nafas, menyandarkan tubuh di sofa, dan menatap awang-awang plafon.
"Pah.. Papa mikirin apa?" Tanya mahluk itu sembari menarik-narik baju Agus. Agus menoleh ke arah sumber suara itu yang tak jauh dari sisinya.
"Aku mikirin uang, kamu bisa nuyul nggak?" Jawab Agus sekenanya.
"Aku menggeleng!" Jawab mahluk itu.
"Kalau angka togel?" Tanya Agus lagi.
"Aku menggeleng!" Jawab mahluk itu lagi.
"Sejujurnya Aku memikirkan bagaimana cara agar kamu pergi, kamu tau caranya?" Tanya Agus lagi.
"Aku mengangguk!" Jawab mahluk itu.
"Bagus, katakan bagaimana caranya?" Tanya Agus antusias.
"Papa harus menikahi ibuku yang ada di RSJ!" Jawab mahluk itu. Agus sedikit terkejut tapi tetap bersikap santai.
"Lalu?" Tanya Agus lagi ingin tau lebih lanjut.
"Lalu bakar boneka arwah yang tergeletak di taman pekarangan rumah ini?" Jawab mahluk itu.
"Itu saja..? Hanya 2 syarat..?" Tanya Agus lagi.
"Aku mengangguk!" Jawab mahluk itu.
"Ok, Thank you." Jawab Agus mengucapkan terimakasih meskipun ia tau mahluk itu adalah musuhnya dan ia juga tahu dilarang mendengarkan perkataan mahluk halus karena hampir dipastikan perkataan mereka adalah tipu muslihat untuk menyesatkan manusia.
Agus kemudian menelpon Satria, teman lamanya yang beberapa tahun lalu sama-sama pernah dijahili oleh mahluk ini.
"Halo, Kang?" Tanya Agus.
"Ya?" Jawab Satria.
"Ini Kang, boneka yang kita buang dulu balik lagi!" Ucap Agus.
"Kok bisa?" Tanya Satria.
"Itulah yang tak kumengerti, Kang." Jawab Agus.
"Arwah boneka itu pernah pergi dari kehidupan kita selama beberapa tahun, apa yang memicunya pergi saat itu dan apa yang memicunya datang kembali sekarang ini?" Ucap Satria mulai mengurai permasalahan untuk mencari celah solusi.
"Tadi saat kutanya, mahluk itu menyuruhku menikahi ibunya, baru dia akan pergi, bagaimana ini Kang?" Tanya Agus lagi.
"Ok, ok Gus, mungkin sebaiknya aku kesana dengan Herman, kita bicarakan lebih lanjut sambil minum Anggur merah!" Satria menutup telponnya.
***
Tak lama kemudian dari luar rumahnya terdengar suara mobil dan motor sport menderu-deru petanda Satria dan Herman datang. Agus bergegas membuka pintu pagar.
"Pagarnya masih manual ya Mas tak pakai remot?" Tanya Herman sambil membuka helm-nya.
"Ada sih remotnya, cuma pagarnya agak berkarat jadi harus manual!" Jawab Agus.
Sesampainya diruang tamu Satria menanyakan Anggur pada Agus.
"Mana Anggurnya Mas?" Tanya Satria.
"Waduh, aku lupa Kang, stok habis, kemarin satu-satunya yang tersisa, ehh tertumpah dikamar mandi!" Jawab Agus.
"Kopi aja, gimana?" Ucap Agus lagi menawarkan minuman pengganti pada Satria dan Herman yang dijawab anggukan oleh mereka berdua.
"Jadi bagaimana, apa kamu mau menuruti permintaan mahluk itu untuk menikahi ibunya?" Tanya Satria pada Agus.
"Bagaimana kalau bonekanya langsung kita bakar saja jadi tak perlu menikah segala?" Usul Herman.
Kopi panas dihadapan Herman tiba-tiba terangkat dan dan hampir tumpah ke paha Herman, untungnya Herman langsung sungkem 🙏 ke mahluk itu jadi aman.
"Seharusnya kita tidak membahas ini disini karena mahluk itu ikut mendengar!" Ucap Satria.
"Percuma juga sembunyi Kang, soalnya dia mengikuti kemanapun kita pergi." Jawab Agus.
"Kalau begitu tak ada pilihan, Mas harus segera menikahi ibu mahluk itu agar masalah ini cepat selesai." Usul Herman sambil waspada kalau-kalau kali ini salah ucap lagi.
"Betul, kalau perlu sekarang ini juga." Tambah Satria.
"Masalahnya apakah sah menikahi orang gangguan jiwa?" Tanya Agus.
"Pilihanmu hanya dua Gus, menikahinya atau kamu dalam bayang-bayang mahluk itu terus?" Jawab Satria.
Agus menghela nafas panjang medengar penuturan Satria itu, dia benar-benar tak punya banyak pilihan.
"Baiklah, kita lakukan sekarang juga, bantu saya mempersiapkan semuanya!" Pinta Agus pada Satria dan Herman.
Saat itu juga mereka bertiga pergi ke RSJ untuk menjemput ibu dari mahluk itu. Beruntung pihak RSJ mau menyerahkannya begitu saja, mengingat mereka bertiga merupakan daftar orang terkaya di kotanya. Sesuai ungkapan "Orang Kaya Mah Bebas!".
Hari itu juga Agus menikah dengan Vania dirumah Agus, disaksikan oleh Satria, Herman, mahluk itu (Ayla), saksi dan penghulu.
Agus dan Vania tak memiliki keluarga lain jadi hanya mereka-mereka saja yang hadir.
Siang berlalu menuju sore, pernikahan telah usai, kini langkah apa yang selanjutnya akan mereka lakukan.
Diruang tamu itu, Agus, Satria, Herman, semuanya menatap ke Vania yang hanya terdiam menunduk dan mengapit kedua tangannya kesela paha.
Tak ada tanda-tanda gangguan jiwa pada diri perempuan itu, tubuhnya terawat dan tampak sehat, hanya saja dia diam seperti layaknya orang pendiam.
"Sapa ibu, Paa." Tiba-tiba terdengar Suara mahluk itu dari samping Agus.
"Van.. apa kau masih mengingatku? Aku Agus, kita dulu pernah bersama sebelum terjadinya musibah tabrak lari itu." Tanya Agus.
Herman dan Satria spontan menunduk merasa bersalah mendengar penuturan Agus, karena mereka berdualah penyebab kecelakaan itu terjadi hingga menewaskan Ayla anak satu-satunya dari Vania dan sejak saat itu Vania jadi pendiam dan dimasukkan oleh tetangganya ke RSJ.
Vania tetap diam tak menjawab pertanyaan Agus. Namun semua mata tertuju pada sofa di samping Vania yang tampak melesung seperti sedang di injak oleh sesuatu tak kasat mata, tak lama kemudian tampak sosok sepatu dan kemudian kaki, pinggul hingga sosok itu tampak keseluruhan berwujud anak kecil.
Agus tercengang dan menoleh ke arah Satria dan Herman seolah ingin memberitahu kalau sosok anak itu adalah Ayla, tapi Agus memilih bungkam dan penasaran ingin melihat apa yang sosok itu ingin lakukan pada Vania.
Sosok itu memeluk Vania yang sedang duduk di sofa dan Vania menoleh serta membalas pelukan sosok itu. Tubuh Vania bergetar seperti menangis tanpa suara, ia mengusap-usap tubuh mungil itu, tubuh anak seusia 3 tahunan dan mengecupinya tanpa henti, seolah melepas kerinduan bertahun-tahun lamanya.
"Ayla anakku!" Ucap Vania sambil mengusap dan memperhatikan dengan seksama wajah mungil mirip almarhum putrinya itu.
"Paa, sekarang saatnya melaksanakan syarat kedua!" Ucap Ayla menoleh ke Agus.
Agus mengambil boneka dari belakangknya yang sedari tadi ia jadikan sandaran layaknya bantal sofa, ia melirik ke Satria dan Herman, memberi isyarat untuk membantunya menyelesaikan syarat kedua yaitu membakar boneka itu.
"Aku tak mengerti, syarat apa Mas?" Ucap Vania menatap Agus, Satria dan Herman. Sepertinya Vania sudah sembuh dari gangguan jiwanya.
Agus menjelaskan secara singkat pada Vania, awalnya istrinya itu tak setuju tapi Agus meyakinkan bahwa sosok yang menyerupai Ayla itu adalah Jin hingga akhirnya Vania takut dan menyetujui untuk membakar boneka. Sementara Ayla hanya diam layaknya anak kecil ketika mendengar obrolan ke empat orang dewasa tersebut.
Mereka berempat bergegas ke pekarangan di belakang rumah, Agus memasukkan boneka tersebut kedalam drum, dan Herman menyiramkan bensin serta Satria mengeluarkan korek dari sakunya dan membakar boneka itu.
Vania menatap ke sosok Ayla yang ada disampingnya, ibu dan anak itu saling bergenggaman tangan, dan perlahan mulai dari sepatu Ayla sedikit demi sedikit mulai menghilang, hingga naik ke kaki, pinggang, hingga seluruh sosoknya menghilang seiring terbakarnya boneka itu.
Agus dan Vania berpelukan sambil menyaksikan boneka seharga 12 juta rupiah yang sudah terbakar.
"Thank you, Man.., Sat.. Jangan kapok-kapok membantu saya." Ucap Agus sambil mengangkat telapak tangan pada kedua sahabatnya itu.
"Ur welcome, jangan sungkan!" Jawab mereka berdua.
***
2 tahun kemudian.
Agus berendam di bathtub sambil menikmati anggur dan pemandangan bulan purnama dari jendela.
Dari jendela tiba-tiba muncul sosok besar dengan tubuh berapi-api.
"Hai manusia, kau tahu saat kau membakar boneka waktu itu kau telah menambah kekuatanku, karena sejatinya aku tercipta dari api, huahaha!" Ucap sosok besar ber-api itu berlalu pergi terbang seperti meteor.
Agus terkaget dan terbangun, rupanya ia tertidur di bathtub itu. Belum hilang terkejutnya oleh mimpinya itu tiba-tiba dari luar terdengar suara anak kecil memanggil-manggil.
"Paa.. Papaa..!!" Suara anak kecil itu.
Dan disusul oleh suara perempuan.
"Sini, Ayra, jangan ganggu Papa, Papa lagi mandi." Suara Vania dan anak mereka yang bernama Ayra.
Agus menghela nafas lega, mengetahui semuanya tampak baik-baik saja.
Tamat!
Waah!! Akhirnya setelah syarat2 yang diminta boneka Ghaib itu dilahsanakan Oleh Agus. Ternyata ia masih didatangi oleh Banaspati berambut api...Berarti Agus meski berguru sama Ratu Kartika Wangi mertuanya Suto Huu...🤣🤣🤣
ReplyDeleteKarena nantinya rumah Agus Bakal banyak didatangi oleh Jin.🤣🤣🤣
Nah iya klo Agus didatangi Banaspati suruh telpon Kartika Wangi aja biar dijadikan Pendekar Anggur merah hihi
DeleteAgus maunya jadi pendekar Tuak Merah Huu...🤣🤣🤣
DeleteBaca cerita2 tentang boneka gini kadang bikin parno sendiri. Tapi anehnya malah suka bacanya 😅
ReplyDeleteParno? pernah dihantui boneka kah mbak hihi
Deletepercaya sama mistik, akhirnya dimanfaatkan untuk bisnis.... boneka arwah jadi mahal....
ReplyDeletenice story to read..... 👍👍👍
Iya pak, kalau saya memanfaatkannya untuk dijadikan cerpen hihi..
Delete😁😁😁
DeleteJadi ibunya Ayla itu namanya Xenia ya, terus bapaknya namanya Terios uups 🤭
ReplyDeleteSepertinya belum tamat deh, masih ada lanjutannya, apakah boneka api itu akan mendatangi K.H. Jaenudin untuk beradu kesaktian di pulau tengkorak? Kita tunggu saja kelanjutannya.
Btw, salfok sama Agus, mau minum anggur merah dulu baca bismillah. Jadi ingat dengan film tapi lupa judulnya, tokoh utama nya suka minum sampai teler, kadang juga main ehem ehem secara bebas, tapi sholat sama ngaji jalan juga...😁
Awalnya nama bapaknya Alphard, Ibunya Avanza, anaknya Ayla jadi awalan huruf A semua, tapi gajadi, takut disangka mainin merek 🤣🤣
DeleteSdh tamat, Bola api itu cuma muncul di mimpinya aja jadi ga masuk hitungan 🤣
Yg ke pulau tengkorak itu spongebob, hantu bikini bottom 🤣
Ga, ini baca bismillahnya pas masuk bak mandi, tapi baca bismillah pas minum juga gapapa soalnya minumannya tanpa alkohol 😅😅
Asli bikin parno baca soal boneka arwah kaya gini
ReplyDelete