Bingung mau ngasi judul apa tapi ini 100% kisah nyata, emhh.. nyata-nyata fiktif tapinya, hehe.
Sebagaimana biasanya ketika ada salah satu kerabat baik dari sebelah Ayah ataupun Ibu yang sedang melaksanakan acara pernikahan maka seluruh saudaranya yang lain akan berkumpul untuk menginap ditempat acara tersebut sampai selesai.
Kelihatannya dia tidak berbahaya samasekali, sosoknya sama persis dengan manusia biasa, aku juga tak merasakan merinding atau apapun malahan muncul rasa bersahabat melihat senyumannya. Tapi meski begitu aku tak berani menghampirinya siapa tau dia tiba-tiba menerkam, ihh aku jadi bergidik, lebih baik aku pergi kedapur saja mengambil air minum dan makanan buat bekal dibawa ke kamar, lebih aman mengunci diri dikamar.
Sebagaimana biasanya ketika ada salah satu kerabat baik dari sebelah Ayah ataupun Ibu yang sedang melaksanakan acara pernikahan maka seluruh saudaranya yang lain akan berkumpul untuk menginap ditempat acara tersebut sampai selesai.
Dan sebagaimana biasanya juga karena aku anak tunggal jadi aku yang kebagian tugas menjaga rumah selama Ayah dan Ibu menginap di tempat acara tersebut.
Sebenarnya ada rasa takut ketika berada dirumah sendirian, meskipun acara pernikahan biasanya hanya berlangsung sekitar 24 jam dan setelah itu biasanya Ayah dan Ibu akan pulang kerumah tapi tetap saja ada rasa-rasa takut menyelimuti karena suasana desa yang sepi dan rumah tetangga juga sepi terutama saat malam hari.
Dan kebetulan hari sudah sore menjelang senja, akupun mulai menutup semua jendela dan menyalakan lampu, kecuali lampu di ruang tamu, biar saja gelap hitung-hitung irit pulsa listrik.
"Hmm..", waktu cepat berlalu, tak terasa sudah jam 8 malam lewat sedikit, "Sebaiknya aku menonton TV sajalah, semoga ada film baru." Kata hatiku berharap. Akupun pergi ke kamar tidurku menyalakan TV dan memilih chanel yang biasanya selalu menayangkan film-film box-office, tapi seperti biasanya rata-rata filmnya sudah sering kutonton.
"Ah bosan, lebih baik aku facebookan sajalah atau ngeblog." Akupun mulai berselancar di internet menggunakan hp. Sambil berbaring telentang dan menatap layar hp namun sudut mataku melihat tali teh celup yang bergelantungan di tepi gelas disebelah kananku seolah bergerak-gerak dengan sendirinya.
Aku menghela nafas panjang sambil terus memperhatikan tali teh celup yang berayun-ayun dipinggir gelas itu. "Mengapa ia bisa berayun dengan sendirinya?" Ucapku dalam hati. Dengan perasaan was-was kuberanikan memegang tali teh celup itu, ia berhenti, namun saat kelepaskan dia berayun-ayun kembali, "Hmm.. gak salah lagi pasti ini ulah hantu sedang bermain-main dengan itu".
Saat sedang konsentrasi memikirkan itu tiba-tiba ada suara seperti berbisik memanggil-manggil namaku, "Jaey.. Jaey.." aku menoleh kesana kemari mencari sumber suara itu dan perlahan bulu romaku merinding, tapi kucoba tetap tenang dan beberapa detik kemudian aku teringat pernah merekam suaraku sendiri dan menjadikannya nada dering di Whatsapp, rupanya yang memanggil-manggil namaku itu nada dering dari chat masuk di WA.
"Ah suee,.." Aku tersenyum dan tepuk jidat sendiri. Ku raih hp itu dan sepertinya ada chat dari Ibuku yang menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, selain itu Ibu juga memberi kabar bahwa akan berada sekitar lima hari di tempat acara pernikahan itu, kata ibu pernikahan ponakannya itu berada di luar kota jadi agak lama perjalanannya.
Setelah selesai membaca chat dari Ibu kuletakkan kembali hp di dekat kipas angin disebelah kiriku, saat itu aku melihat arah kipas rupanya meniup pada gelas disebelah kananku sehingga tali teh celup yang menggantung ditepi gelas itu menjadi berayun-ayun. "Bener-bener suee.. tapi syukurlah bukan hantu".
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi aku belum makan malam, aku bangun untuk pergi kedapur tapi baru saja kubuka pintu kamar tiba-tiba dari arah ruang tamu terdengar suara seperti ada benda yang jatuh. Tapi biar sajalah paling kucing yang loncat dari atas dan menyenggol sesuatu, biar nanti saja kulihat setelah selesai makan.
Setelah selesai menyantap makan malam aku beranjak kembali ke kamar tidur tapi saat akan pergi ke kamar tidur itu kulihat ruang tamu menjadi terang, padahal aku sangat yakin tadi senja lampu diruang tamu sengaja tidak kunyalakan. Aku pergi ke ruang tamu untuk mematikan lampunya tapi rupanya bukan lampu yang membuatnya menjadi terang melainkan sebuah benda bulat transparan yang memancarkan cahaya sangat terang, kemungkinan benda itulah yang kudengar terjatuh saat akan keluar kamar tadi.
Ada rasa takut bercampur heran namun penasaran benda apakah itu yang tiba-tiba ada disana. Kulihat keatas tak ada yang jebol, kulihat sekeliling dinding juga masih utuh tak ada yang bolong, lalu darimana datangnya benda tersebut. Kuberanikan diri melangkah pelan-pelan mendekati benda bulat bercahaya itu, kusentuh sedikit dengan ujung jari, terasa biasa saja, tak ada rasa panas atau apapun, kemudian kugenggam dan ukurannya pas dalam genggaman tanganku, kucoba meremasnya siapa tau kenyal tapi tidak karena sepertinya terbuat dari kristal/kaca. Dan saat kuremas itulah benda bulat itu seakan lengket dengan telapak tanganku, seperti di lem tak bisa lepas, kucoba melepaskannya dengan bantuan tangan kiri namun kedua telapak tanganku malah menempel keduanya pada benda itu, dan perlahan serasa bergerak dengan sendirinya, aku mulai kualahan ini rasanya sama seperti menyetir stir mobil ditempat berliku, benda itu terus bergerak namun tak bisa lepas dari genggamanku, gerakannya semakin lama semakin liar membuatku jadi latah dan spontan mengucapkan "Eh, Manda.. eh,..".
Kelatahanku bak sebuah mantra yang perlahan membuat benda itu berhenti bergerak dan mulai meredup serta seiring itu muncul sosok wanita cantik mirip Amanda. Spontan kedua tanganku melepaskan benda itu dan aku pergi berlari kedalam kamar serta mengunci pintunya. Kutarik selimut menutupi tubuhku, keringatku bercucuran, nafasku ngos-ngosan. "Mahluk apakah itu?" Ucapku dalam hati tak habis pikir di jaman sekarang ini masih ada sesuatu yang tak biasa semacam itu.
Sekitar satu jam dalam selimut tanpa bergerak, badanku mulai terasa pegal, bajuku basah oleh keringat dan aku merasa kehausan, perlahan kuintip dari balik selimut untuk mengintipi sekeliling dinding kamar, dalam perkiraanku jika sosok wanita yang keluar dari cahaya bola kristal itu adalah hantu kemungkinan dia akan bisa menembus dinding, tapi setelah kuperhatikan sekeliling dinding semuanya tampak aman-aman saja.
Perlahan kulepas selimut dan mendekatkan kipas angin ketubuhku sambil menenggak sisa teh di gelas namun masih haus dan kutambah lagi dengan meminum sebotol air mineral tanggung yang biasanya kupersiapkan disisi tempat tidurku.
Aku mulai berfikir langkah apa yang harus kulakukan, tanpa banyak pikir spontan bibirku berteriak "Tolong.. Tolooong.." aku berteriak minta tolong puluhan kali tapi sepertinya tak ada seorangpun warga desa yang mendengarnya, suaraku mulai serak dan tak kuat lagi berteriak.
"Hp.. hp.. mana hp!" ucapku dalam hati sambil meraih hp dan mengirim chat kepada kedua kakak sepupuku Satria dan Agus. "Bro, tolongin gue ada hantu dirumah..". Namun selang berapa lama tak ada seorangpun yang kunjung membalas chatku. Ku calling beberapa kali tapi tak diangkat. Dua tiga jam berlalu namun masih belum ada balasan.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam, pagi masih lama, apa yang harus kulakukan, sementara ada mahluk misterius berada di ruang tamu.
Aku masih berkeringat dan haus tapi air sudah habis serta ada rasa ingin buang air kecil, "Hmm.." gumamku, sepertinya tak banyak pilihan selain harus melawan rasa takut. Dan siapa sangka rasa haus dan ingin pipis membuatku sedikit berani dan mulai berfikir tenang. "Mati ketakutan, atau mati berjuang?" Ucapku menyemangati diri, kuraih remot dan mengeraskan volume suara TV dengan suara penuh berharap semua tetangga terbangun. Namun nihil, kemungkinan para tetangga menganggap aku stres atau hal lainnya, satu jam berlalu aku merasa budeg sendiri dan akhirnya volumenya kukecilkan kembali.
Haruskah aku chat ke Ibu menceritakan semua ini, tapi tidak, aku kuatir dianggap mengada-ada, kalapun ada yang percaya lalu mereka berbondong-bondong datang kesini, rasa-rasanya aku belum siap untuk jadi terkenal, "Hmm.. apa yang harus kulakukan?". Sambil memikirkan apa yang harus kulakukan tiba-tiba "Gedubrak.." terdengar suara diatas dek diiringi suara mengeong, hatiku sedikit lega dan merasa punya teman meskipun itu cuma kucing lewat.
Aku merenung memikirkan apa saja yang telah terjadi, tidak kah nanti orang-orang akan menganggap ini cerita hoax atau mengaggapku gila jika aku menceritakannya, tapi aku sangat yakin ada Amanda yang keluar dari cahaya bola kristal itu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi apa yang perlu kutakuti dari semua itu, bukankah aku sudah sering melihatnya di TV dan juga melihat hal yang lebih aneh daripada itu di film, mengapa aku harus takut.
Sedikit demi sedikit keberanianku mulai terkumpul kembali, perlahan aku bangun dari tepi ranjang dan melangkah ke pintu kamar, kubuka perlahan dan melangkah keluar menuju ruang tamu yang terlihat gelap, dengan sangat hati-hati kumelangkah menuju saklar lampu, dan klik, lampu ruang tamu menyala. Aku termundur dan tersandar kedinding ketika melihat di kursi tamu ada seorang cewek cantik mirip Amanda menatap tersenyum kepadaku.
Kelihatannya dia tidak berbahaya samasekali, sosoknya sama persis dengan manusia biasa, aku juga tak merasakan merinding atau apapun malahan muncul rasa bersahabat melihat senyumannya. Tapi meski begitu aku tak berani menghampirinya siapa tau dia tiba-tiba menerkam, ihh aku jadi bergidik, lebih baik aku pergi kedapur saja mengambil air minum dan makanan buat bekal dibawa ke kamar, lebih aman mengunci diri dikamar.
Tapi setelah beberapa saat berada dalam kamar, aku malah merasa ingin melihat senyumannya lagi, "Haha, apa kaga suee tuh.." akupun beranjak kembali ke ruang tamu sambil membawa beberapa air mineral kemasan gelas dan meletakkannya di meja serta duduk dikursi dekat dengannya.
Kuberanikan membuka percakapan dengannya, "Halo, Jadi, darimana asalmu? Luar angkasa atau Negeri tak kasat mata?" Dia tak menjawab namun sedikit tersenyum sambil menunduk dan memainkan kuku-kukunya.
"Waduh.." Ucapku dalam hati. "Jangan-jangan dia mau mencakarku?". Tapi tidak, jika dia memang berniat jahat pasti sudah sejak tadi aku dihabisinya.
"Jangan-jangan kamu juga takut ya sama aku?" Tanyaku lagi sambil menyelidik untuk memastikan apakah dia memang artis Amanda atau hanya jelmaan. Namun lagi-lagi dia tak menjawab, hanya menatapku sebentar lalu menunduk kembali.
"Kamu mau minum?" Tanyaku sambil menancapkan sedotan ke gelas air mineral dan menyodorkan padanya. Dia hanya menggeleng.
"Baiklah, mungkin kamu mengantuk, tidurlah.." Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Aku berfikir sejenak, "apa dia kusuruh tidur dikamarku saja dan aku tidur diruang tamu, tapi tidak, bisa saja dia nanti mencekikku saat aku tidur". Walau bagaimanapun kejadian ini diluar logika dan aku harus tetap waspada.
"Ok, good night?" Ucapku berbasa-basi seraya meninggalkannya pergi ke kamar dan kembali lagi membawakannya selimut dan obat nyamuk bakar.
Selain itu aku juga membawa toples untuk memasukkan bola kristal kedalamnya, toples kubaringkan di lantai dan mendorong bola kristal itu menggunakan tutup toples dan menutupnya. Aku tak berani memegang bola kristal itu bisa-bisa nanti mengeluarkan cahaya lagi dan aku kuatir entah gadis mana lagi yang akan muncul dari pancaran cahayanya.
Ingin aku mananyakan padanya benda apakah ini, tapi saat ku menoleh ke arahnya sepertinya dia sudah tertidur. Cukup lama aku memandangi wajahnya, di benakku teringat pada suatu kisah dahulu kala seorang cewek tersesat ke gubuk seorang pemuda dan pemuda itu membakar jemarinya dengan lilin agar tidak menyentuh gadis itu. Teringat kisah itu aku jadi senyum-senyum sendiri dan menarik kembali jemariku yang rencananya akan mencolek hidung Amanda.
***
Dalam kamarku aku baring telentang diatas ranjang menatap langit-langit kamar, badanku serasa lelah tapi pikiranku terasa segar sehingga kesulitan untuk tidur meski sudah jam 3 pagi, sesekali kupandangi bola kristal dalam toples yang kuletakkan di sebelah kananku.
Benda apakah ini, kucari di google namun hasil penelusuran kompak menganggap itu bola kristal yang biasa digunakan oleh peramal, apakah ini milik seorang peramal? ataukah sejenis lampu aladin atau sejenis benda kuno dari cina yang juga mirip lampu aladin yang dapat mengabulkan tujuh permintaan. Jika benar ini mirip itu maka akan berbahaya karena biasanya meminta tumbal. "Busyet dah." aku semakin sulit tidur memikirkan itu. "Tapi.." itukan cuma dugaanku saja, Ah lebih baik aku memutar lagu Nina Bobo saja agar cepat tidur.
2 jam kemudian..
"Tiiit.. tiiiit.." terdengar suara klakson dari beranda rumah, hmm.. sepertinya Satrio dan Agus yang datang. Kulihat hp sudah menunjukkan pukul 6 pagi, sepertinya aku tertidur setelah mendengar lagu itu. Aku bangun untuk membuka pintu depan tapi di ruang tamu tampak Amanda sedang duduk dengan selimut yang sudah terlipat rapi di pangkuannya, aku buru-buru meraih tangannya dan menyembunyikan dia ke kamarku serta kembali ke ruang depan untuk membuka pintu.
Benar dugaanku, saat pintu kubuka tampak Satria dan Agus sambil mengucapkan "Pagi".
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya mereka.
"Ya, aku baik-baik saja" Jawabku sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Maaf tadi malam kami tak bisa kesini."
"Jadi, betulkah ada hantu?" Tanya mereka lagi berbarengan.
Akupun menceritakan semuanya dan memperlihatkan bola kristal sebesar genggaman yang kutaruh dalam toples. Mereka mengeluarkan benda itu dari dalam toples, menggenggamnya bergantian, namun tak terjadi apa-apa, tak menempel ataupun mengeluarkan cahaya.
"Lowbat kali nih baterainya?" Gumam Satria sambil mengamati sisi-sisi bola kristal itu namun tak ada apapun karena bola kristal itu transparan.
"Jadi dimana gadis itu?" Tanya Agus sambil memperhatikan Satria yang sedang melemparkan bola kristal itu padaku.
"Dikamarku.." Jawabku sambil menangkap bola kristal itu dan dalam sekejap benda itu mengeluarkan cahaya dalam kedua genggaman tanganku membuat Agus dan Satria melongo.
Satria dan Agus mencoba membantu melepaskan benda itu dari genggaman kedua tanganku tapi tak bisa, yang ada tanganku malah jadi sakit dan memerah, berbagai ide mereka tawarkan agar benda itu terlepas, mulai dari merendamnya di ember, mengebornya, menggergaji, sampai ingin memukulnya dengan palu, tapi aku menolak karena itu hanya akan menyakiti tanganku lagipula tadi malam bisa lepas dengan sendirinya setelah aku mendadak latah.
"Haruskah aku latah lagi menyebutkan sesuatu agar benda ini terlepas?" Tapi mengapa aku tidak latah seperti tadi malam yang spontan menyebut "Manda eh Manda.." begitu saja.
"Tidak, kalaupun bisa aku tetap tidak mau meminta sesuatu kepada benda mati. Lagipula aku takut benda ini meminta tumbal." Jika benar benda ini cara kerjanya mirip dengan lampu aladin atau benda kuno dari cina kemungkinan besar ia akan mengambil nyawa si pemohon sebagai tumbalnya.
Tak ada petunjuk apapun yang dapat dilakukan sebagai jalan keluarnya. Satria dan Agus menyarankan agar aku meminta harta dan tahta pada bola kristal ini tapi aku terlanjur takut dan dilema.
"Mungkin Manda bisa membantu?" Ucapku kemudian pada Agus dan Satria yang tampak berfikir keras untuk membantuku. Aku beranjak kekamar tidurku diikuti Satria dan Agus untuk menemui Manda.
Sesampainya dikamar aku langsung menanyakannya pada Amanda tapi sial dia hanya diam. Satria hampir saja emosi ingin menonjok gadis itu sambil ngedumel "Kau membuang-buang waktuku dan hari liburku. Harusnya aku goes sepeda bersama teman-temanku hari ini." Ucap Satria dengan sorot mata tajam tapi Agus buru-buru melerainya.
"Masa mau mukul cewek, Kang?" Tanya Agus sedikit mengulum senyum.
"Amanda atau siapapun namamu, tolong bicara Nak, ini masalah serius.." Pinta Agus pada gadis itu.
Sampai akhirnya Amanda meraih kedua tanganku dan menggenggamnya sambil memejamkan mata.
"Kau beruntung!" Ucapnya kemudian. Rupanya dia bisa bicara juga.
"Kau beruntung, hanya anak baik yang bisa terlepas dari benda ini." Ucapnya padaku.
"Namun, kedua kakak sepupumu harus menyelesaikan satu syarat yaitu menculik seorang gadis sebagai penggantiku untuk tumbal bola kristal ini."
"Kenapa bukan kamu saja yang masuk lagi ke bola kristal itu?" Tanya Satria pada Manda.
"Kalau sudah keluar tidak bisa masuk lagi." Jawab Amanda pada Satria. Satria hanya membuang muka menanggapinya.
"Darimana kamu tau tentang semua itu?" Tanyaku heran pada Manda.
"Aku juga tak tau darimana aku tau, aku tau begitu saja." Jawab Manda dengan ekspresi tak mengerti.
"Jadi bagaimana, Bro?" Ucapku sambil memandangi Agus dan Satria menanyakan kesanggupan mereka.
"Gimana Kang?" Tanya Agus pada Satria.
"Kenapa kita gak lapor polisi aja sih siapa tau polisi bisa membantu?" Tanya Satria menawarkan solusi. Saat Satria mengatakan itu bola kristal tersebut langsung berontak dalam genggamanku, seperti menunjukkan ketidaksetujuannya, aku kualahan, ini seperti tadi malam serasa menyetir stir mobil yang liar.
"Ya udah lah demi adik sepupu satu-satunya, ayo kita lakuin.." Ucap Satria pada Agus menyanggupinya.
"Lagian kalau dia kenapa-kenapa kita yang bakalan disalahkan Paman dan Tante." Timpal Agus.
***
Mobil yang Satria dan Agus kendarai melaju pelan menyusuri jalan sepi mencari seorang gadis yang sedang sendirian untuk di culik.
Secara kebetulan ada seorang anak gadis yang sedang bersepeda berpapasan dengan mobil mereka. Satria menghentikan mobilnya dan memanggil-manggil gadis itu. Lalu Agus turun menghampiri gadis tersebut.
"Permisi, maaf.., kami mau menculik kamu.." Ucap Agus sedikit membungkuk memberi hormat pada gadis itu. Gadis itu tampak keheranan, namun dari arah belakangnya Satria menyentuh leher gadis itu dengan telunjuknya sambil lirih menyerukan "Jurus totokan Jacky Chan!" dan spontan gadis itu pingsan.
Agus dan Satria kemudian mengangkat gadis itu beserta sepedanya kedalam mobil.
***
Sesampainya dirumah, Satria dan Agus lalu membawa gadis itu kedalam untuk di tumbalkan pada bola kristal.
Setelah di dekatkan ke bola kristal tubuh gadis itu beserta sepedanya seperti tersedot oleh cahaya dari benda tersebut dan menghilang secara ajaib bersama bola kristal tersebut dari genggaman tanganku.
Kami berempat saling pandang tak percaya namun itu terjadi di hadapin kami. Mungkin tak adil, kami mengorbankan orang lain demi menyelamatkan diri sendiri.
Tapi sepertinya siapa yang masuk ke bola kristal itu akan tetap hidup dan muncul di tempat lain namun mungkin akan kehilangan ingatan.
***
Sementara di tempat lain seorang pria bernama Herman sedang duduk santai melamun di kursi goyangnya sambil membayangkan nasib kontrakannya yang kosong. Sambil asik-asiknya melamun tiba-tiba ada suara benda jatuh dalam rumah kontrakannya. Herman masuk kedalam dan melihat sebuah bola kristal bercahaya. Herman memegang benda tersebut dan spontan latah menyebut "Ningsih eh Ningsih..".
Tamat.
ReplyDeleteBeeehhhhaaaaa!..😆😆🤣 🤣 🤣 🤣 Mungkin itu teko ajaib yang iklan rokok jarum 76 kali Huu..🤣🤣 🤣
Butir-butir air mataku mengalir bagaikan air yang mengalir dari hilir
kumenangis sendirian didalam kamar karena yang lain sedang pergi kepasar
kuingin berteriak keras biar orang seluruh dunia pada mendengar
tapi sayang suaraku terbatas terdengar sampai kelurahan paling pol sekecamatan
Engkau kejam engkau sadis kekasihku yang egoistis tapi manis seperti pala manis
kau putuskan tali cintaku yang tebal seperti tambang kapal
hatiku kini hancur luruh bagaikan cermin yang jatuh dari helikopter
tak mungkin bersemi lagi
Kini tiada lagi cinta yang tinggal cuma celana kolor
hidup trasa hampa udara napasku sesak seperti menghirup asap tabunan
kan kubawa luka hatiku berlari marathon lewat jagorawi
smoga aku dapat melupakan wajahmu yang bulat seperti bangkuang bogor
o..ho...ho kekasih....o..ho...ho....ho...🤣 🤣 🤣
Orang mau Goes malah disuruh ngurus 2 benda bulat kenyal yee Huu.😆🤣 🤣 Itu yang ditumbalin anak perempuan team sepeda mana Huu.🤣 🤣 🤣 Naah kalau yang terakhir itu murni khayalan tingkat tinggi Huu...Soalnya beda sebutannya ada Ningsihnya.🤣 🤣 🤣
Ini lagu siapa lupa gue Huu..😁😁
Wah nulis apa itu huu, cermin jatuh dari helicopter, wajah bulat seperti bengkoang bogor, lirik lagu kah 🤣🤣
DeleteGatau juga huu yg ditumbalin itu cewe dari team sepeda mana, comot secara acak mungkin 😅😅
Lagu yg mana huu, kalau yg di post ini sepertinya Remix, tukang remixnya menamakan diri XeroProxy, aku jg baru pertama kali ini dengar lagu itu, unik terdengar kayak kaset kusut atau DJ konslet 🤣🤣
walah bola kritstal, wis kayak makanan aja kwkwkw. aku gak bisa fokus bacanya gegara musiknya bunyi. dicariin tapi gak ketemu-ketemu. ya ampun, susah fokus banget :(
ReplyDeleteOh ada makanan seperti bola kristal kah? 🤣
DeleteSudah kuduga bakal ada yg ga bisa fokus ini, makanya tak simpan paling atas biar bisa di pause 🤣
teryata musiknya di atas, astaghfirullaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah
ReplyDelete🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Delete