Skip to main content

Kisah Pertama Kali Makan Telur Penyu Setelah Sebelumnya Sempat Memusuhinya

Kisah Pertama Kali Makan Telur Penyu Setelah Sebelumnya Sempat Memusuhinya

Entah apa sebutan yang baik untuk makanan yang tidak disuka, sebut saja "memusuhinya", kata orang tua tidak baik mengatakan "tidak suka" pada makanan.

Alasan saya tidak menyukai telur itu karena berlendir, maaf seperti ingus, wkwk!, baik digoreng maupun direbus tetap saja ada lendirnya, menjijikkan tapi dimasa itu banyak yang menyukainya dan tergolong makanan mewah karena harganya lumayan mahal, entah berapa harganya saya lupa, padahal saya bisnis itu lho dulu, maksud saya bos saya yang bisnis itu dan saya anak buahnya wkwk, selain buat dikonsumsi juga bisa buat hadiah semacam oleh-oleh.

Nah kisah dari tidak suka menjadi mau, iya menjadi mau (bukan menjadi suka), berawal dari bulan Ramadan saat terlambat makan sahur dan sudah hampir imsak, sementara makanan yang tersedia cuma ada itu, mau ngga mau saya cobain, buka kulitnya keluar lendirnya beserta kuningnya, "ach.." pikiranku melayang ke hidung anak-anak kecil yang tak terurus, entah berapa kali saya mengucap bismillah sebelum memakannya, pertama saya kecap-kecap dulu pakai ujung lidah, ada rasa kesat-kesat, terus agak banyakan, tekstur lendirnya itu agak kenyal-kenyal seperti agar-agar, tapi ada aroma khasnya, seperti aroma pasir mungkin karena telur ini memang terkubur dalam pasir, tapi akhirnya berhasil juga menghabiskannya sebutir.

Mau tau perasaan saya setelah memakan itu? saya merasa seperti perawan yang kehilangan pertahanan, apa yang saya pertahankan untuk tidak memakan itu akhirnya terpaksa saya makan, karena tak ada pilihan, daripada terlalu laper nantinya pas puasa. Namun, setelah itu setiap tercium aromanya lagi saya seperti ingin dan ingin lagi (bukan ketagihan), pada akhirnya saya terbiasa, tapi hanya sebatas mau belum mencapai kata suka.

Dimasa itu mereka mengatakan telur penyu ini bergizi tinggi tapi setelah mencari gambar untuk posting ini di Google saya menemukan beberapa kalimat berikut.

1. Telur penyu juga mengandung senyawa beracun yang disebut PCB (polychlorinated biphenyl), suatu senyawa organoklorine yang biasa digunakan dalam industri dengan sifat tidak mudah larut di dalam air tetapi larut di dalam minyak/lemak, artinya jika senyawa ini masuk ke dalam tubuh, maka tidak akan mudah dikeluarkan.

2. Rasa telur penyu dideskripsikan berlendir dan tidak begitu sedap di lidah, dibandingkan dengan telur-telur lainnya di daftar ini. Selain itu, ternyata manfaatnya terhadap vitalitas dikatakan hanya mitos. Malah, telur penyu memiliki kandungan kolesterol 20 kali lebih tinggi dibandingkan telur ayam! Padahal kita ketahui sendiri bahwa kandungan kolesterol tinggi bisa menjadi penyebab dari berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan stroke.

Saat membaca 2 hal di atas, jiwa sok tau saya mendadak muncul.

"Hmm, dulu dikatakan memiliki banyak manfaat sekarang dibilang berbahaya.."

Saya menduga, dulu dikatakan 'memiliki banyak manfaat' kemungkinan untuk mendongkrak penjualan, sedangkan sekarang karena telur ini sudah langka maka dikeluarkanlah pernyataan ini dan itu, kemungkinan untuk menekan angka konsumsi.

Tapi saya setuju dengan 2 hal diatas, sebuah pernyataan terbaru itu biasanya penyempurnaan dari pernyataan sebelumnya.

Ada dua kalimat menarik yang lumayan lucu yang saya ingat dari film barat.

"Ketika pemerintah mengatakan aman, maka saat itu juga kau harus segera lari (karena sesungguhnya tidak aman)", film 2012.

"Karena membangun ketakutan lebih murah daripada membangun benteng", lupa ini film apa, ceritanya tentang orang yang menuju ke wilayah radiasi nuklir dan ternyata tidak ada radiasi disana.

Lupakan soal itu, omong-omong selain telur penyu dulunya saya juga memusuhi pentolan/baso lho, wkwk to be continue.

Comments

  1. udah, yang jelas aja sih telurnya. daripada telur penyu kek gitu kan. mending yang pasti aja, telur puyuh tah, telur ayam tah kwkwkw

    ReplyDelete
  2. Kalo aku belum pernah makan telur penyu, bahkan lihat saja belum pernah kecuali lihat di tivi atau google. Kalo penyu nya sih kadang lihat, ada yang jual soalnya, harganya ratusan ribu padahal kecil.

    Wah jadi sekarang beda dengan dulu ya, dulu katanya banyak manfaatnya, sekarang kurang telurnya

    ReplyDelete

Post a Comment