Baru saja mendekatkan botol minuman kebibirnya tiba-tiba terdengar suara "Gubrak.. Gubrak.." Membuat seisi pesawat terasa berguncang dan moncong botol yang akan ia minum tersebut terbentur ke giginya hingga tumpah membasahi celananya. "Sial.." pekik Amran menggerutu sambil mengusap serta menepis-nepis air minuman yang tumpah membasahi celananya.
Dalam waktu yang sama penumpang lainnya juga menjadi oleng hingga mereka saling berbenturan bertindih satu sama lain.
"Beruntung kita telah mengenakan sabuk pengaman.. Kalau tidak mungkin kita juga bakal saling bertindihan.." ucap Satrio melirik Agus saat suasana sedikit lebih tenang pasca jatuhnya pesawat mereka tersebut.
***
Dari kejauhan tampak bangkai pesawat dengan sayap-sayap patah serta tertimbun salju pada sebagian badan dan haluan pesawatya. Mereka bertujuh hanya bisa pasrah melihat semua itu.
"What next? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" suara Mayasi, girl band asal jepang istri dari Satrio buka suara.
Semua orang hanya menjawab dengan mengangkat bahu karena tak tahu harus berkata apa.
"Jadi, bagaimana komendan?" tanya Amran pada Agus meminta kepastian.
"Sebentar.. Aku butuh minuman yang bisa mencerdaskan pikiran.." jawab Agus. "Aku butuh segelas kopi tapi disajikan dengan gelas keramik bukan gelas plastik.." ujarnya lagi, menirukan kalimat di film Olympus Has Fallen.
"Bagaimana menurutmu, Sat?" tanya Agus melempar pertanyaan Amran pada Satrio. Satrio yang sedari tadi bermain salju spontan menjawab. "Menurutku, mulai sekarang panggil aku Satria Tujuh Salju.." jawabnya sambil terkekeh.
"Baiklah teman-teman, begini kondisinya.." ujar Agus sambil beranjak dari duduknya. "Pesawat rusak parah.." ujarnya sambil menunjuk pesawat. "Kita melakukan penerbangan tanpa ijin dan kemungkinan tidak ada penyelamat yang akan menyelamatkan kita. Kalaupun ada sulit bagi mereka menemukan kita di tengah kabut salju seperti ini. Tapi kita punya beberapa botol minuman keras dan saya punya korek api. Kita bisa membuat api unggun dengan membakar pesawat sebagai penghangat tubuh sekaligus sebagai sinyal barangkali ada penyelamat yang akan melihat asapnya."
***
3 hari berlalu dan mereka semua masih terjebak di padang gurun salju luas. Tak ada makanan dan minuman. Mereka tampak pucat kedinginan serta kelaparan. Semua tanda-tanda kekayaan pada mereka kini sirna seketika.
Namun Riri dan Lira tetap berusaha menghibur teman-temannya dengan berjoget dangdut serta bernyanyi, "Korek sudah habis.. rokok juga habis.. Minuman juga habis..".
Kesal dengan semua itu, Amran menarik lengan Agus dan Satrio, "Lu bedua, ikutin gue.. Gue mau berbicara enam mata sama lu berdua."
Sesampainya agak jauh dari empat orang teman mereka yang lain, Amran mendorong dada Agus dan Satrio. "Ini ide lu bedua kan, lu.. Mana tanggung jawab lu, katanya ini aman-aman saja.. Manaa.. Gimana sih lu bedua.."
Sebelumnya Agus dan Satrio memang mengatur skenario akan berselingkuh bersama Lira dan Riri, dan Amran yang bertugas membawa kedua wanita tersebut. Namun rencana mereka gagal karena istri mereka Mayasi dan Reny memaksa tuk ikut bersama mereka.
"Sabar ya Kang Amran, maafin kami berdua yah." ucap Satrio.
"Iya, Kang Amran.. maafin kami ya, semua ini terjadi diluar kendali kami?" timpal Agus.
"Baiklah, saya maafin kalian berdua. Dan Saya juga minta maaf sama kalian." ucap Amran sambil menyeka darah mimisan yang terus keluar dari hidungnya efek cuaca yang sangat dingin.
Sejenak Amran pun bersujud dan bangun seraya mengangkat kedua telapak tangannya, "Ya Tuhanku, selamatkan aku dari semua ini. Aku berjanji akan menyedekahkan sebagian hartaku buat orang tak mampu.." tak selang beberapa lama ia pun jatuh tersungkur.
"Amin.. Hiks hiks.." ucap Satrio dan Agus berbarengan seraya menitikkan air mata.
"Beruntung, dia sempat bertobat di ujung hidupnya.. Semoga khusnul khotimah.." ucap Agus sambil mengusap wajah Amran.
"Ayo.. Gus, kita temui teman-teman yang lain." ajak Satrio dan mereka pun pergi meninggalkan jasad Amran yang sedang tergeletak di tanah beralaskan salju.
Namun, Agus dan Satrio kembali tersungkur berlutut begitu mendapati kondisi teman dan isteri mereka yang juga tanpa nyawa.
"Neraka tak hanya panas tapi juga dingin." ucap Agus.
"Dingin yang menusuk tulang dan merapuhkannya." timpal Satrio.
"Kang Satrio.. Boleh aku bertanya sesuatu?.. Menurut Kang Satrio kira-kira pemeran film Titanic saat mereka berendam di lautan Es apakah mereka kisut?" tanya Agus pada Satrio. Namun Satrio tak menjawabnya.
"Kang Satrio.. Jawab aku Kang.." suara lirih Agus. Namun sepertinya Satrio juga sudah pergi meninggalkannya.
Dari kejauhan tampak gumpalan putih menghampiri Agus, gumpalan putih dari paduan salju dan angin yang sebelumnya sering mereka lihat ketika masih di pesawat. "Jangan-jangan itu Malaikat?" ucap Agus dalam hati dan Agus pun menghembuskan nafas terakhir. Tamat!
ReplyDeleteHaalaaa!! Kok mampus semua... Tapi harusnya ceritanya begini yang hidup tinggal gw berdua dengan Liri kan Asiikk!!! Jadinya..π±π±πππππππππ
Ga bisa kan ceritanya dingin banget disana.. gabisa bediri lutut gemetar π
DeleteWuih,... Mondar Kabeh...
ReplyDeletePada masuk surga kan ya?
DeleteEndasmu masuk syurga..πππ
Iya surga dunia klo akhirat gatau.. π
DeleteApa gwe bilang...wktu berangkatnya aja girangnya gk ketulungan. Itu udh firasat buruk bagi kalian. Mentang2 kaya lo ya, akhirnya nyungsep ketimbun salju , wkwkwk... Kabur ah sblm di tampar yg brsgkutan.
ReplyDeleteTenang.. kan sudah dimampusin semua jadi ga bisa mcm2 lg π
Deletesemua pergi ke alam baka..aamiin..
ReplyDeleteKasihan ya, Riri dan Lira. Keduanya turut modyar diantara rencana busuk Agus dan Satrio. πππ
ReplyDeleteBaru kali ini ada cerita yang tokohnya mati semua..hihihi
ReplyDeleteLoh, tokohnya mati semua, apa ada pembalasan dendam setelah hari kematian hehe..
ReplyDeleteAda, di akhirat π
DeleteKebawa bawa jadinya ikutan pindah rumah masa depanππ
ReplyDeletebebas mau apa aja deh haha
ReplyDeleteTurut sedih juga, ga ada yang selingkuh soalnya..π
ReplyDeleteMana nih artikel barunya kang jaey, ayo semangat dong.
ReplyDeleteAda, di blog baru π
Delete