Tentang Kabupaten Berau - kabupaten di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia
Moto: Sanggam (artinya : Sehat, Anggun, Gairah, Aman, dan Manusiawi)
Julukan: Maldiven Van Borneo
Koordinat :
Provinsi Kalimantan Timur
Ibu kota Tanjung Redeb
Pemerintahan
- Bupati H. Muharram, S.Pd, MM
- DAU Rp. 471.929.720.000.- (2013)
Luas 34.127,47 km2
Populasi
- Total 179.079 jiwa (2010)
- Kepadatan 5,25 jiwa/km2
Demografi
- Kode area telepon 0554
Pembagian administratif
- Kecamatan 13
Simbol khas daerah
Pemandangan Ibu Kota Tanjung Redeb
Kabupaten Berau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 34.127,47 km2 dan berpenduduk sebesar kurang lebih 179.079 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).
Sejarah
Kabupaten Berau berasal dari Kesultanan Berau yang didirikan sekitar abad ke-14. Menurut sejarah Berau, Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Surya Nata Kesumadan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelarAji Permaisuri. Pusat pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di Sungai Lati (sekarang menjadi lokasi pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).
Aji Raden Suryanata Kesuma menjalankan masa pemerintahannya tahun 1400-1432 dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat. Pada masa itu dia berhasil menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut Banua, yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung.
Di samping kewibawaannya, kedudukan Aji Raden Suryanata Kesumajuga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini, Pemerintah telah mengabdikannya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma yang Rayon Militer Kodam VI/TPR.
Setelah dia wafat, Pemerintahan Kesultanan Berau dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17. Kemudian awal sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik De Vide Et Impera (politik adu domba).
Kelicikan Belanda berhasil memecah belah Kerajaan Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
Pada saat bersamaan masuk pula ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh Imam Sambuayan dengan pusat penyebarannya di sekitar Sukan. Sultan pertama di Kesultanan Sambaliung adalah Raja Alamyang bergelar Alimuddin (1800-1852). Raja Alam terkenal pimpinan yang gigih menentang penjajah belanda. Raja Alam pernah ditawan dan diasingkan ke Makassar (dahulu Ujung Pandang). Untuk mengenang jiwa Patriot Raja Alam namanya diabadikan menjadi Batalyon 613 Raja Alam yang berkedudukan di Kota Tarakan.
Sedangkan Kesultanan Gunung Tabur sebagai Sultan pertamanya adalah Sultan Muhammad Zainal Abidin (1800-1833), keturunannya meneruskan pemerintahan hingga kepada Sultan Achmad Maulana Chalifatullah Djalaluddin (wafat 15 April 1951) dan Sultan terakhir adalah Aji Raden Muhammad Ayub (1951-1960). Kemudian wilayah kesultanan tersebut menjadi bagian dari Kabupaten Berau.
Sultan Muhammad Amminuddin menjadi Kepala Daerah Istimewa Berau. Dia memerintah sampai dengan adanya peraturan peralihan dari Daerah Istimewa menjadi Kabupaten Dati II Berau, yaitu Undang-undang Darurat tahun 1953 Tanggal terbitnya Undang-undang tersebut dijadikan sebagai Hari jadi Kabupaten Berau. Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 27 tahun 1959, Daerah Istimewa Berau berubah menjadi kabupaten Dati II Berau dan Tanjung Redeb sebagai Ibukotanya, dengan Sultan Aji Raden Muhammad Ayub (1960-1964) menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Berau yang pertama.
Penetapan Kota Tanjung Redeb sebagai pusat pemerintahan Dati II Kabupaten Berau adalah untuk mengenang pemerintahan Kerajaan (Kesultanan) di Berau. Di mana pada tahun 1810 Sultan Alimuddin (Raja Alam) memindahkan pusat pemerintahannya ke Kampung Gayam yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Bugis. Perpindahan ke Kampung Bugis pada tanggal 25 September tahun 1810 itu menjadi cikal bakal berdirinya kota Tanjung Redeb, yaitu kemudian dibadikan sebagai Hari jadi Kota Tanjung Redeb sebagaimana diterapkan dalam Perda No. 3 tanggal 2 April 1992.
Lingkungan dan Pariwisata
Lebih dari 80 jenis pohon di daerah Berau yang terdaftar terancam punah dalam daftar World Conservation Union (IUCN). Teluk Berau yang merupakan bagian dari Laut Sulawesi terletak di sebuah rute migrasi utama bagi mamalia laut.
Di antara spesies hewan Berau terancam atau hampir punah adalah:
- Orang utan
- Monyet Belalai
- Beruang
- Siamang
- Banteng (Bos javanicus)
Terumbu karang Berau terletak 60 kilometer dari Semenanjung Berau dianggap sebagai salah satu tempat laut yang paling penting di Indonesia dan Pulau Derawan adalah bagian dari taman laut tersebut.
Objek wisata dan tempat penting
Berbagai tempat wisata yang ada di Kabupaten Berau adalah:
- Pulau Derawan
- Danau Ubur-Ubur Pulau Kakaban.
- Labuan Cermin Kecamatan Biduk-Biduk
- Kolam/Pemandian Air Panas Kecamatan Biatan.
- Taman Buru Batu Putih di Kecamatan Talisayan.
- Bekas Istana Kesultanan Gunung Tabur.
- Keraton Kesultanan Sambaliung.
- Makam Raja-Raja Kesultanan Gunung Tabur di tepi Sungai Berau dan Sungai Kelay.
- Bandar Udara Kalimarau, salah satu bandara terbesar di utara Kaltim.
- Sentosa Park, wahana rekreasi air (waterboom) terbesar di utara Kaltim.
- Masjid Agung Baitul Hikmah di Kota Tanjung Redeb.
Pemekaran Daerah
Kabupaten Berau Pesisir Selatan
Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi:
- Talisayan
- Batu Putih
- Biduk-Biduk
- Biyatan
- Tabalar
Selengkapnya bisa sobat baca di Wikipedia
Lambang kabupaten Berau sangat melambangkan kota yang sangat disiplin dan mencintai budaya.
ReplyDeleteOrang berau juga kah gan?
DeleteIni kotanya kang jaey ya?
ReplyDeleteTul kang. 🙉
Delete