Tak terasa setahun berlalu paska pertandingan Piala Dunia di tahun 2022. Padahal baru saja rasanya kemarin habis menyaksikan pertandingan tersebut?
Ada yang janggal?
Haha, ya iyalah terasa baru kemarin, secara ini baru awal 2023 sementara pertandingan tersebut selesai di akhir 2022. Tapi gpp dong kalau saya sebut tahun kemarin? Wkwk!
Saya mau cerita sedikit tentang kisah Arvind Anak Desa dalam Persiapan Menonton Piala Dunia & AFF.
Arvind baru tersadar sepertinya sejak lahir ia belum pernah menonton pertandingan Piala Dunia. Setidaknya ada 2 hal penyebabnya.
1. Karena Arvind tidak begitu suka menonton pertandingan bola. Mungkin karena sejak kecil Arvind familiar dengan atau penganut lelucon: "Bola satu kok direbutin, kurang kerjaan! Haha"
2. Karena Arvind tinggal di desa terpencil, dimana jika ingin menonton harus mengeluarkan biaya super extra.
Namun sekitar 10 tahun lalu, Arvind terpengaruh bermain Play Station, salah satu permainan yang Arvind sukai dalam PS itu Main Bola, tiap hari Arvind bermain sampai merasuk kedalam jiwanya, Arvind jadi hapal semua nama-nama pemain bola dan paham semua peraturan mengenai pertandingan.
Disaat bersamaan saat itu pertandingan Piala AFF digratiskan dan kalau gak salah live disemua chanel, jadi Arvind bisa menonton gratis, entah tahun berapa, yang Arvind ingat finalnya antara Indonesia vs Malaysia dan berakhir Malaysia menang. Saat menonton itu Arvind benar-benar merasakan yang namanya mencintai bangsa.
Dan saat itulah Arvind mulai menyukai menonton bola, tapi hanya saat ada Timnas yang ikut main, kalau cuma Tim lain Arvind malas menonton wkwk. Ya sepertinya Arvind bukan pecinta bola sejati, Arvind hanya pencinta euforia bola. Meski begitu Arvind tetap merindukan ingin menonton bola, namun setelah AFF gratis itu berakhir, tidak ada lagi siaran bola gratis, kalau mau nonton harus bayar. Dimasa itu alat untuk menonton TV masih langka, satu-satunya Reciever yang ada dimasa itu baru merek Indovision dan harganya mahal dan pajaknya juga besar. Mungkin butuh duit Rp. 2 juta baru bisa menonton di desa, jika di kota mungkin lebih murah biayanya cukup berlangganan TV kabel.
Setiap menjelang pertandingan Piala Dunia 4 tahun sekali Arvind selalu membeli Reciever baru persiapan untuk menonton, kan setelah era Indovision, bermunculan merek Reciever baru yang sedikit lebih murah dan dengan promo gratis Piala Dunia, tapi ya promo tetaplah promo, alias zonk dan tetap harus bayar. Setidaknya ada 3x Arvind beli reciever dan semuanya zonk. Dan saat beli yang ke 4x namun dimasa ini namanya sudah berubah menjadi Decoder, Arvind beli Decoder VisionPlus atau kembaran dari IndoVision tapi ya gitu deh tetap tidak bisa menonton Piala Dunia karena terkendala hak siar.
Terus Arvind mikir, "Kalau begini caranya bisa-bisa seumur hidup saya gak pernah bisa menonton Piala Dunia", permasalahannya bukan lagi pada Decoder tapi lebih rumit yaitu hak siar, satu-satunya cara agar bisa menonton harus Live melalui Android di Aplikasi Vidio. Tapi masalahnya kalau menonton Live sinyal di desa gak kuat.
Mana operator seluler yang Arvind pakai juga sedang error, makin parah. Akhirnya Arvind beli sim card baru dari provider lain dan beruntung bisa aja dipake streaming walau ngadat-ngadat.
Arvind beli paket World Cup melalui provider seluler jadi plus dapat paket kuota 5GB buat streaming, ya lumayanlah, akhirnya Arvind bisa nonton Pildun.
Dan setelah Pildun kan AFF, nah Arvind bingung lagi, karena di Chanel berbeda jadi harus beli paket lagi khusus buat nonton AFF, tapi berhubung ini hanya 4 tahun sekali ya udah lah ya beli lagi, dan pas beli ternyata paketnya hanya untuk Chanel lokal, bukan paket khusus bola AFF, "Arrrgh.." Arvind mulai mau nangis, "Masa iya mesti beli paket lagi", lalu Arvind ngambeg sambil ngedumel "Ya udah deh, gausah nonton aja, pokoknya kalau gua gak nonton, gua doain Timnas kalah, haha!" Petir menggelegar di siang itu petanda Tuhan merespon doa dari Arvind anak yang terzolimi. #becanda_guys!
Dalam sedihnya, Arvind teringat film Agen Triple-X dimana Vin Diesel bermain sky dalam hutan di pegunungan lalu sampai pada sebuah tower dan dia memanjat tower tersebut untuk mengambil sebuah "decoder" alias mencurinya dan ia melanjutkan sky ke sebuah perkampungan kumuh di India dan memasang "decoder" tersebut ke TV sehingga semua warga dapat menonton Piala Dunia.
Lamunan Arvind pada film itu buyar ketika ada bunyi notifikasi di hapenya, ia membukanya dan ternyata info dari Aplikasi Vidio yang menawarkan Uji Coba gratis selama sebulan untuk menonton Liga BRI.
Namun Arvind tetap ngambeg, "Gamau Liga BRI, aku maunya AFF."
Tak berlangsung lama muncul lagi notifikasi dari Aplikasi lain yaitu Aplikasi VisionPlus, yang menawarkan untuk mengoneksikan ID Decoder ke Aplikasi dan dapatkan gratis semua chanel selama sekian bulan.
"Ah yang bener? Yakin loe gratis semuanya?" Arvind sumringah sambil mengoneksikan Decoder ke Aplikasi. Dan tak berlangsung lama semua chanel aktif di TV termasuk Soccer Channel tempat menonton Piala AFF.
"Yes, Thanks god! Akhirnya respon dari petir di siang itu menunjukkan tanda kekuasaanNya." #becanda_gan! Gada petir, Arvind kan dari SD suka nambah-nambahi cerita, hehe..
Namun sayangnya meskipun semua chanel sudah terbuka tapi Arvind tetap tak bisa menonton, karena dia selalu tertidur saat pertandingan AFF berlangsung, haha, payah Arvind!
Setelah jaman Decoder ala satelit sekarang ganti lagi ya gan? Menjadi jaman Decoder STB ala internet, padahal lebih praktis pakai satelit jadi tak perlu koneksi Internet. Cuma bedanya STB bisa buat nonton Yutub/Tiktok juga ya gan, kalau satelit ga bisa.
Harapan buat Operator seluler dan Pertelivisian. Pliiiss jangan bikin paket macem-macem, bikin satu paket aja untuk semua biar hemat dan praktis.
baru tau aku bang ada liga bri
ReplyDeleteIya bersamaan dgn piala dunia 😅
Deletespill bang harga stb dsna , dsni ndk ngotak ah
ReplyDeleteGatau saya bang soal STB ✌😅
DeleteAku tebak Arvind tinggal di kabupaten Berau nih.😄
ReplyDeleteTernyata daerah pelosok Kalimantan agak sulit kalo mau nonton sepakbola ya kang, harus beli indovision, pakai stb dll.
Kalo soal kecepatan internet disini juga kadang ampas, kalo malam kecepatan internet cuma 50 sampai 10 KB doang perdetik. Padahal jaringan sudah 4g. Padahal katanya 4 g sampai 160 Mbps, prett.
Mau nulis 100 kb kenapa malah jadi 10.🤣
DeletePiala Dunia kemarin sepertinya cuma bisa di tonton di Internet saja mas, atau pakai TV internet, hampir pasti gabisa nonton karena sinyal lemot tapi untungnya bisa aja sih pake hp set video ke 360px 🤣
Delete360px lumayan kalo 240px buram 🤣, 720 lemot..
DeleteMemang nonton streaming kalo jaringan lelet cocoknya 360p, kalo 720p pasti bikin emosi karena loading terus, kalo 240p buram, seburam masa depan Amanda dengan Jaey.😂
DeleteSue 🤣
DeleteEmmm,.. sepertinya ada kesamaan antara Arvind dan saya nih, suka nonton bola kalau yang main tim favorit. Kalau tim favorit Ndak main ya ndak nonton. Haha
ReplyDeleteEmangnya di tempat Arvind situ juga sulit mendapat saluran siaran bola ya? Sama lagi dg tempat saya ternyata. 😂😂😂
Masa sulit sih kang, coba streaming nya di atas genteng.😁
DeleteIya sulit Kang dan Mas, untuk piala dunia tahun ini sepertinya cuma tersedia di Internet aja tak ada di chanel TV manapun.
DeleteUntuk AFF/AFC ada di TV cuma sepertinya hrs beli paket khusus bola tak bisa pakai paket umum. Tadinya kupikir paket umum bisa utk menonton semuanya ternya ga bisa, itu yg bikin Arvind sedih wkwk
Streaming di atas Tower mgkn lbh bagus Mas 😅😅
Tv saya sudah saya taruh di atas genteng, kang (Agus & Jaey), tapi ya itu tadi,... Gentengnya masih tumpukan di atas tanah. 😂😂
Delete👍👍
ReplyDeleteTerlepas dari sulitnya cerita menonton bola, ada satu hal menarik menurut pandangan saya, yakni Arvind, yang sukanya nonton AFF, daripada liga Indonesia (kalau nda salah nyimak). Melalui tokoh ini setidaknya memberi ingatan kecil kepada saya dan kita bahwa mencintai Indonesia saat ini hanya bisa dirasa lewat sepak bola. Melalui bola (Timas) tidak ada rivalitas tetapi nasionalisme, tidak ada Persipura, PKT Bontang atau Borneo FC tetapi Timnas Indonesia. Itu cinta terdalam dari anak negeri, salam olaraga salam kenal sobat.
ReplyDeleteoh, menderitanya masyarakat desa...
ReplyDeletesad