Skip to main content

Abu Nawas dan Unta Bunting Bercelana Dalam

Abu Nawas dan Unta Bunting Bercelana Dalam

Bukan Abu Nuwas jika tak bisa membawa unta bunting ke gelanggang politik Baghdad yang sedang menghangat.

Itu terjadi ketika Baghdad di era Khalifah Harun Al-Rasyid geger gara-gara Syeikh Samsul Lihyati Al-Baghdadi, Ketua Hizbul Jannati (Partai Surga), mencalonkan Sayyid Unasa Al-Khatimi sebagai khalifah Baghdad berikutnya. Khalifah Harun tentu saja gusar sebab masa kekuasaannya masih tiga tahun lagi. Dia merasa seperti ditohok dari belakang, seolah disuruh cepat-cepat turun tahta oleh Syeikh Al-Lihyati. 

Padahal, proses pencalonan Sayyid Unasa tidaklah seserius yang dibayangkan banyak orang. Tidak ada riset mendalam, tidak ada verifikasi panjang. Syeikh Al-Lihyati hanya mengandalkan desas-desus yang berkembang di masyarakat bahwa Sayyid Unasa, bekas walikota Distrik Khanaqin, disenangi banyak rakyat dan karena itu diperkirakan bakal memenangkan kontestasi. Hanya berbekal desas-desus itulah Syeikh Al-Lihyati langsung jatuh cinta pada Sayyid Unasa. Ini kelemahan pertama kebijakan Syeikh Al-Lihyati.

Kelemahan kedua, partai yang dipimpin Syeikh Al-Lihyati sebenarnya tidak besar-besar amat. Kursi Partai Surga di parlemen bisa dihitung jari. Karena itu, sesuai peraturan yang ada, partainya tidak bisa sendirian mengajukan calon khalifah kecuali lewat koalisi dengan partai-partai lain. 

Karena itu, kebijakan Syeikh Al-Lihyati mengusung Sayyid Unasa sebagai calon khalifah sebenarnya untung-untungan. Jika Sayyid Unasa menang, dia diuntungkan, partainya bakal benar-benar jadi surga. Dia bisa seenak udel menentukan jatah menteri. Sebaliknya jika Sayyid Unasa kalah, Syeikh Al-Lihyati juga tidak rugi-rugi amat. Perolehan kursi partainya di parlemen bakal terdongkrak, minimal setinggi popularitas Sayyid Unasa. Ini namanya iseng-iseng berhadiah.

Politik pragmatis seperti inilah yang sering dikeluhkan Khalifah Harun kepada Abu Nuwas, pujangga Baghdad sekaligus lawan diskusinya. ‘’Saya dengar setelah menggandeng partai-partai lain Syeikh Al-Lihyati segera memukul lonceng deklarasi. Coba kamu selidiki, kapan dia deklarasi,’’ kata Khalifah Harun kepada Abu Nuwas. 

Dua pekan setelah pertemuan Harun dan Abu Nuwas, deklarasi pencalonan Sayyid Unasa oleh Partai Surga dan partai-partai koalisinya gagal total. Ternyata, Abu Nuwas berada di balik kegagalan deklarasi itu. Bagaimana bisa? 

Rupanya, dua hari setelah pertemuannya dengan Khalifah Harun, Abu Nuwas mengundang Syeikh Al-Lihyati bertamu ke rumahnya di pinggir kota. Rumah Abu Nuwas sangat asri, di sebelah kanan ada kebun kurma, di sebelah kiri ada peternakan unta. Di tengah dua surga itulah Abu Nuwas kerap mengarang puisi dan kisah-kisah cinta, juga bercanda dengan Tuhannya.
 
Setelah mengobrol panjang lebar, Abu Nuwas bertanya ihwal dukungan Syeikh Al-Lihyati kepada Sayyid Unasa. Dengan bangga dia menjawab deklarasi pencalonan akan dilakukan di awal pergantian tahun hijriah, sebagai tanda perubahan Baghdad ke era yang lebih gemerlap. ‘’Kami menyebutnya koalisi halilintar, yang kedatangannya saja sudah menjadi tanda bakal turun hujan besar ho-ho-ho ….,’’ jawan Syeikh Al-Lihyati bangga. 

Tapi, begitu ditanya siapa calon wakil khalifah yang akan mendampingi Sayyid Unasa, kontan ketua Partai Surga ini terdiam. 
‘’Itulah masalahnya,’’ ucap Syeikh Al-Lihyati lirih. ‘’Empat partai yang saya ajak berkoalisi semuanya menginginkan kursi calon wakil khalifah. Rapat-rapat kami jadi deadlock.’’ 

‘’Tidak usah bingung, saya punya jalan keluar,’’ sergap Abu Nuwas. Mata Syeikh Al-Lihyati kembali berbinar-binar. Dia tahu di kantong Abu Nuwas ada seribu akal. 

‘’Kalau mau lolos jadi calon wakil khalifah, mereka harus lulus ujian password dulu. Siapa yang lulus, dialah calon terkuat.’’ 

‘’Maksud Anda?’’ 

‘’Nanti, ketika Anda memimpin rapat penentuan calon wakil khalifah, masing-masing calon yang diajukan partai koalisi harus menyebut satu password. Kata sandi ini sekaligus menjadi tanda ikatan batin. Jadi, tidak sembarang orang bisa ikut rapat rahasia itu kecuali hafal password. Jika tak hafal password, kandidat dinyatakan gugur,’’ jelas Abu Nuwas. 

Syeikh Al-Lihyati kembali girang. Ini tidak pernah dipikirkan orang-orang. 

‘’Saya setuju. Password apa yang terbaik menurut Anda,’’ tanya Syeikh Al-Lihyati semangat. 

‘’Unta coklat,’’ sergah pujangga Baghdad itu cepat sambil menunjuk unta gendut di samping rumahnya. Syeikh Al-Lihyati setuju. 

Mereka kemudian bersepakat, besok pagi masing-masing calon wakil khalifah harus datang ke rumah Abu Nuwas untuk melihat sendiri objek password mereka. Syeikh Al-Lihyati pulang dengan hati riang membawa solusi gratis dari Abu Nuwas. 

Karena besok banyak tamu terhormat datang, Abu Nuwas memandikan untanya agar terlihat bersih. Dia baru sadar ternyata unta yang tadi dia tunjuk sedang hamil. Jengah mempertontonkan unta bunting dalam kondisi bugil kepada para tamunya, Abu Nuwas segera mengenakan calana dalam pada unta bunting itu.
 
Esoknya satu per satu tamu yang dia tunggu datang. Mereka diantar ke kandang unta setelah basa-basi sejenak. ‘’Perhatikan baik-baik unta itu,’’ kata Abu Nuwas kepada setiap tamunya, ‘’kira-kira password apa yang sudah disepakati Syeikh Al-Lihyati.’’ 

Dua hari kemudian, Syeikh Al-Lihyati mengumpulkan keempat calon wakil khalifah dalam rapat besar. Dia duduk di depan bersama Sayyid Unasa, berhadapan dengan para calon wakil khalifah yang duduk bersama tim masing-masing. Setelah membahas dan menyepakati mekanisme penentuan calon wakil khalifah, Sykeh Al-Lihyati mempersilakan mitra koalisinya maju bergiliran lalu menyebutkan password pelan-pelan di telinganya. 

Mitra koalisi dari Hizbul-Asadil-Maghruum (Partai Singa Edan) maju pertama. Perlahan tapi pasti dia mendekati telinga Syeikh Al-Lihyati, lalu berbisik: ‘’Ce-la-na daaaaa-lam.’’ 

Syeikh Al-Lihyati terkesiap, matanya berkedip-kedip tak karuan. ‘’Gila Abu Nuwas, kok jauh amat dari unta coklat ke celana dalam,’’ bisiknya sendirian.

Sekarang giliran calon dari Hizbul Fiil Al-Ghaadib (Partai Gajah Marah) menghampiri Syeikh Al-Lihyati. Seperti calon pertama, kader partai ini pun berbisik ke telinga Syeikh Al-Lihyati dengan meyakinkan: ‘’Ce-la-na da-lam …… pink!’’ 

‘’Ada kata pink, tapi tetap celana dalam. Giiiiii-la,’’ gumam Syeikh Al-Lihyati sambil melengos, takut terdengar Sayyid Unasa di sampingnya. 

Giliran ketiga adalah mitra dari Hizbul Bikrah (Partai Perawan). Partai ini sebenarnya paling gurem karena salah pilih nama, tapi paling ngotot mencalonkan kadernya sebagai wakil khalifah. Hampir menggigit telinga Syeikh Al-Lihyati, calon dari partai ini berbisik agak keras: ‘’Celana daaaaaaaa-lam.’’ 

Syeikh Al-Lihyati mulai sewot. 

Giliran calon keempat sebenarnya dia sudah ogah dibisiki apa pun, apalagi kalau kata itu lagi-lagi celana dalam. Tapi dia harus tampil tenang saat calon dari Hizbu Siyaasatil-Qirdi (Partai Strategi Kera) menghampirinya. Benar saja, seperti disambar geledek, Syeikh Al-Lihyati lagi-lagi mendengar kata yang sama di kupingnya meski dengan intonasi berbeda: ‘’Ceeeee-laaaaa-naaaaa daaaaaaa-lam!’’

Politisi gaek dari Partai Surga ini tak perlu lama-lama membubarkan rapat. Dia kecewa berat. Deklarasi bakal dia batalkan jika calon wakil khalifah belum ditemukan. Masa calon wakil khalifah cuma memikirkan celana dalam? Ini pasti ulah Abu Nuwas, tuduhnya. 

‘’Abu Nuwas, apa yang terjadi? Mengapa semua calon wakil khalifah yang membisikkan password menyebut celana dalam? Tak ada satu pun yang menyebut unta?’’ kata Syeikh Al-Lihyati setengah berteriak saat menemui Abu Nuwas di rumahnya. 

Bukan Abu Nuwas jika tidak tenang menghadapi situasi darurat seperti ini. Pelan-pelan pujangga itu menjelaskan bahwa dia sengaja ingin menguji kepekaan sosial para calon wakil khalifah itu. Jika mereka fokus pada unta, itu berarti mereka punya pikiran luas, tak mudah tergoda oleh hal-hal kecil sekaliber celana dalam yang menggoda sekalipun. 

Kata Abu Nuwas, sosok unta dari kepala sampai ujung kaki adalah gambaran imperium besar khilafah Islam di era Harun Al-Rasyid dengan segala pernak-perniknya, sedangkan celana dalam adalah gambaran kesenangan dan gemerlap Baghdad. 

‘’Jadi, kalau perhatian mereka lebih fokus pada celana dalam, ya segitulah wawasan mereka. Isi kepala mereka kecil, cuma sebatas celana dalam padahal di depan mereka ada unta yang lebih besar. Buat apa mengangkat pemimpin yang cuma memikirkan celana dalam?’’ jelas Abu Nuwas dengan nada kalem tapi menohok.
 
Syeikh Al-Lihyati manggut-manggut, tak menyangka pikiran Abu Nuwas sedemikian dalam. 

‘’Jika Anda setuju dengan perumpamaan saya, sekarang bukankah saat mengusung Sayyid Unasa sebagai calon khalifah Anda juga belum mengujinya kecuali hanya berpatokan pada desas-desus?’’ tanya Abu Nuwas hati-hati. 

‘’Benar, memang kenapa?’’ 

‘’Coba besok Anda ajak dia melihat unta bunting yang sama. Jangan-jangan fokusnya juga celana dalam.’’

Sumber: Status Facebook Teman.

Comments

  1. Dibalik kekonyolan abu nawas ternyata dia sangat bijaksana 😁

    ReplyDelete
  2. Yang jadi masalah celana dalam siapa yang diributin dari 4 partai tersebut Huu... Apa mungkin celana dalam Ananda.🀣🀣🀣

    ReplyDelete
  3. hahaha... dasar Abu Nawas nih...
    haduh itu clana dlm siapa lg ya yg dipakein ke unta, mana warnanya pink lg, 🀣🀣🀣

    ReplyDelete
  4. hebat calon wakil khalifah.... fokusnya kok bisa sama?
    πŸ˜πŸ˜‚πŸ˜

    ReplyDelete
  5. Kira kira partai surga ada enggak nanti di tahun 2024 nanti? 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemungkinan tak ada penambahan partai mas πŸ˜…

      Delete
  6. sekarang masih ada enggak ya orang kayak abunawas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin masih ada Mas, tuh Mas Agus 🀣

      Delete
    2. Ada mas, gurunya mas Agus yaitu jaey.😁

      Delete
    3. Oh Jaey, kirain Abu Satria 🀣

      Delete
    4. Satria udah tobat.😁

      Delete
  7. Abu nawas orang yg bijaksana😊

    ReplyDelete

Post a Comment