Skip to main content

Mr. Perfectionist: Dia Bukan Robot (Cerpen)

Sebelumnya Mr. Perfectionis: Liburan Ke Mars

Mr. Perfectionis: Dia Bukan Robot

Malam harinya semua tertidur lebih awal karena hampir seharian berenang menyusuri sungai Aere, kecuali Ariana dan Jaey Senior yang masih bersantai di balkon hotel kamar Ariana, membicarakan sesuatu yang tampak serius.

Jaey Senior menceritakan pada Ariana tentang kondisi anak mereka yang semakin hari semakin nakal, ia menduga kenakalan anaknya itu muncul karena tak ada campur tangan ibu kangdungnya, ia juga mengutarakan keinginannya untuk rujuk kembali dengan Ariana agar dapat merawat anak itu dengan maksimal.

Tentu saja Ariana senang dengan rencana itu karena memang itu tujuannya selama ini, dia merubah nama dari Rianti menjadi Ariana, operasi plastik dan menjadi robot, lalu menikahi Herman, dll, tujuannya hanya agar dapat dekat dengan anaknya.

"Rujuk, memangnya kita pernah menikah?" Ariana sebetulnya paham maksud dari perkataan Jaey tapi dia sengaja bertanya kembali berharap dapat menikmati ketampanan ekstra dari mantan pacarnya itu karena ketika sedang bingung biasanya wajah mantan pacarnya itu bertambah tampan sekian persen.

"Ya maksudku anu, Ya, sebut saja rujuk." Umpan Ariana berhasil, Jaey tampak kebingungan dan tiba-tiba wajahnya terlihat semakin tampan.

Ketampanannya masih sama seperti saat dia remaja dulu, Ariana lalu teringat kisah masa lalu mereka, saat Jaey berhasil memenangkan balapan liar dan saat itu Ariana sebagai hadiahnya, tatapan manis Jaey membuat Ariana tanpa pikir panjang naik keatas motor Jaey, bahkan tanpa Jaey memintanya, dan gara-gara tatapan manis itu juga terjadilah cinta satu malam hingga lahirlah anak diluar nikah bernama Jaey Junior.

Sebenarnya meski tidak rujuk, Ariana dapat saja tinggal di apertemen Jaey jika alasannya hanya untuk bersama anaknya, bahkan Ariana dapat mengajak Herman sekalian karena apertemen Jaey cukup luas, seluas 10x stadion bola, sehingga tak perlu bercerai dengan Herman segala, Herman juga sahabat Jaey sekaligus mertua angkatnya, atau bisa juga anak mereka yang tinggal di apartemen milik Ariana dan Herman, Jaey tak keberatan jika anaknya itu tinggal bersama Ariana.

Lalu mengapa mereka tidak melakukan itu, apakah mereka penganut mindset "Kalau ada yang ribet mengapa harus cari yang mudah?" Ataukah ada alasan lain dibalik ajakan rujuk ini, apakah semata-mata agar ibunya dekat dengan anaknya ataukah karena cinta lama bersemi kembali ataukah ada hal lain lagi.

Sekedar pengingat, Ariana merupakan triliuner urutan 1 di dunia dan Jaey urutan ke 2. Apakah ini ada kaitannya dengan menyatukan dua kekuatan, sepertinya iya karena tampaknya Jaey sangat berambisi ingin jadi orang terkaya di muka bumi.

"Apa kamu benar-benar mencintai Herman, Rin?" Ariana tersadar dari lamunannya.

"Kamu sudah tahu jawabannya, Mas."

Sejak awal Jaey memang sudah tau kalau Ariana menikahi Herman demi mengenal keluarga Jaey. Ariana tau Herman dekat dengan Jaey, dan itu dimanfaatkan Ariana untuk terhubung dengan anak lelakinya Jaey yang saat itu belum menerimanya sebagai ibunya.

"Ya kamu benar, aku sudah tau, aku hanya ingin memastikan saja, Rin."

"Bagaimana denganmu Mas, apa Mas juga masih mencintaiku."

"Bohong besar kalau aku mengatakan tidak, tapi utamanya bukan itu, semua ini semata-mata demi anak kita, agar memiliki ibu yang selalu ada disampingnya terutama saat makan malam." Perkataan Jaey membuat Ariana terharu.

"Sejujurnya aku dan Mas Herman hanya kawin kontrak saja, Mas. Sejak awal aku sudah yakin semua ini akan terjadi, jadi saat awal menikah dengannya kami membuat perjanjian." Ternyata Ariana dan Herman hanya kawin kontrak, ini berita baru bagi Jaey. Rupanya selama ini Herman merahasiakannya dari Jaey.

Ariana adalah pebisnis besar seperti halnya Jaey, dia sangat berpengalaman dalam membaca situasi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan, insting mereka sangat ahli di bidang ini, mungkin inilah yang membuat mereka jadi orang tersukses di dunia. Tak terbayangkan jika mereka berdua bersatu, mungkin dunia ini akan jadi milik mereka berdua saja, penghuni lainnya hanya ngontrak.

"Aku senang mendengarnya, semua terdengar mudah, jadi kita bisa tenang tanpa menyakiti hati siapapun."

"Bagaimana dengan kedua istrimu, Mas?" Ariana paham betul dengan kedua istri Jaey, Amanda dan Amelia, yang sangat cemburu dengan Ariana.

"Amanda dan Amelia orang baik. Aku yakin mereka juga akan menyetujui hal ini."

"Tapi mereka berdua pernah pergi dari apertemen gara-gara aku?"

"Tidak, mereka pergi bukan karena kamu, mereka pergi karena memang ingin pergi, mereka beralasan gara-gara kamu itu hanya semata-mata karena mereka butuh alasan, sekali lagi Amanda dan Amelia orang baik."

"Semua terdengar mudah, hehe!" Ariana menirukan ucapan Jaey, sambil menyodorkan gelasnya, bersulang.

"Hmm, bersulang untuk calon istriku yang seorang robot." Jaey menenggak minumannya, ini gelas kelima selama mereka berada di balkon hotel itu.

"Haha, tampaknya Mas mulai oleng." Jaey sudah lama tidak minum, jadi begitu minum langsung kena, berbeda dengan Ariana yang sepertinya sudah terbiasa jadi tidak ikut mabuk.

"Apa minuman ini beralkohol?"

"Kurasa tak ada salahnya sedikit minum dimalam yang indah kota Aere ini, Mas."

"Aku sedikit mual dan pusing."

"Apa Mas ingin kuantarkan kekamar?"

"Tidak, biar pengawal saja yang melakukannya, aku takut khilaf jika kamu yang mengantarku." Khanif bergegas memapah Bossnya itu untuk mengantarnya kekamar. Sebagai Aspri, Khanif ikut juga ke Aere.

"Mas, tidakkah Mas heran mengapa robot bisa minum." Suara Ariana semakin mengecil keujung kalimat karena Jaey sudah tidak sadarkan diri dan dibawa Khanif pergi.

Sebenarnya Ariana ingin mengaku bahwa dirinya bukan robot, dan hanya dirinya sendiri yang tau rahasia ini, ia sengaja mengaku robot agar Herman tak menyentuhnya, di sisi lain, ini trik jitu untuk mendekati suami orang, kedua istri Jaey tentu tidak mempermasalahkan suaminya dekat dengan robot dan hal ini dimanfaatkan oleh Ariana, tapi melihat kesungguhan Jaey ingin rujuk dengannya, ia jadi tak tega dan ingin berterus terang.

***

Pagi yang indah di hotel, sungai Aere.

Jaey keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Seperti biasa setelah selesai biasanya ia akan melemparkan handuknya ke Amanda dan melemparkan piyama ke Amelia. Lalu lemparannya akan kembali padanya, tapi kali ini tidak, kedua istrinya tampak cemberut tak merespon apa-apa.

Jaey melanjutkan mengenakan pakaian, sebagai Mr. Perfectionis ia tak seperti kebanyakan pria lainnya, yang pakaiannya telah disiapkan di ujung tempat tidur, ia berbeda, ia mencari sendiri pakaiannya di lemari, karena percuma menyiapkannya, jika tidak sesuai hatinya.

"Pagi" Jaey menciumi kedua pipi istrinya satu persatu. Namun tak seorangpun yang menjawabnya, tampaknya kedua istrinya sedang marah padanya. Menyadari hal itu, ia keluar kamar dan menemui Khanif.

"Nif, kamu cerita apa sama ibu."

"Tak ada, Pak."

"Apa saja yang aku lakukan semalam?"

"Saya tidak tau, Pak."

"Ya, sudah. Thank you, Nif."

"Oya, Pak. Kata Pak Tanza dan Pak Anton, satu jam lagi kita akan kembali ke Indonesia." 

"Ok, Lanjutkan, Nif." Khanif pergi meninggalkan Bossnya.

Jaey memikirkan sesuatu, sepertinya saat mabuk tadi malam ia telah menceritakan rencana rujuknya bersama Ariana kepada kedua istrinya. Kalau tidak, mengapa kedua istrinya bersikap dingin padanya, tak membalas lemparan handuk dan piyama dan juga tak menjawab ucapan selamat pagi.

"Hmm, baguslah kalau memang begitu, jadi aku tak perlu repot-repot lagi bercerita." Jaey memang orang tersantuy di dunia, menganggap sepele segala hal.

Tak terasa satu jam berlalu, saatnya keluarga Mr. Perfectionis kembali ke Indonesia setelah semua anggota keluarganya berlibur satu hari di sungai Aere, Swiss.

Iring-iringan mobil mewah melaju menuju bandara dan semua mobil langsung masuk kedalam pesawat pribadi milik keluarga Mr. Perfectionis.

Dalam pesawat, interiornya sama persis seperti sebuah rumah, ada banyak kamar, ruang tamu yang memiliki banyak sofa panjang, kulkas dan lainnya.

Saat ini kebetulan semua keluarga berkumpul di ruang tamu, dengan posisinya masing-masing, namun tak seperti biasanya Amanda dan Amelia memilih tempat duduk agak jauh dari suaminya.

Sedangkan ketiga anak mereka, Tiwi, Keza Jaey Junior asik dengan earphone masing-masing, begitu juga dengan Ariana dengan kesibukannya sendiri.

Sementara Jaey Senior berbaring di sofa panjang sambil ngemil kacang atom, sesekali ia lemparkan kacang atom ke anak laki-lakinya, namun tak sampai, lemparan kedua meleset, ketiga baru kena, anaknya menoleh sambil merenggangkan earphonenya.

"Apa, Om?" Anak laki-lakinya terkadang memanggilnya dengan sebutan Om. Kebiasaannya dulu yang masih melekat sebelum mengetahui bahwa Jaey Senior adalah ayahnya.

"Nyetir pesawat, yuk!" Jaey Senior setengah berbisik.

"Lain kali saja, Om." Anak laki-lakinya kembali memasang earphone.

Kali ini kacang atom mengenai Tiwi dan Keza hanya dengan sekali lemparan langsung kena, mungkin karena kedua putrinya ini berbadan gemoy jadi langsung kena.

"Apa, Yah?"

"Nyetir pesawat, yuk!" Jaey Senior setengah berbisik, kalau nyaring kuatir menggangu Amanda dan Amelia, dalam suasana hati begitu biasanya kedua istrinya cenderung mencari-cari alasan melampiaskan amarah.

Tiwi menggeleng dan kembali memasang earphone. Ayahnya melihat ke Keza, juga menggeleng.

Entah ada apa dengan keluarga Mr. Perfectionis kali ini, tampaknya tak ada seorangpun yang bersemangat, padahal baru saja habis liburan berenang menyusuri sungai Aere, ataukah karena kecapekan, biasanya dalam penerbangan-penerbangan sebelumnya ketiga anaknya sangat antusias kalau di ajak menyetir pesawat.

Sekarang Jaey Senior mengalihkan pandangan kepada dua istrinya, ia lemparkan kacang atom bergantian ke Amanda dan Amelia. Mereka menoleh dengan tatapan menyeramkan. Bagi orang yang tak terbiasa melihat tatapan itu mungkin akan menyangka mereka sedang kesurupan.

Jaey Senior gugup melihat tatapan itu, dan mengalihkan pandangan keluar jendela melihat awan, serta menyanyikan sepotong lagu.

"Aku diam, kamu pun diam
ku mendekat, kamu menghindar
separah itukah aku dan kamu.
Bagaimana bisa, kamu menganggapku tak ada, padahal aku ada, slalu ada, slalu ada.."
(Selalu Cinta by Kotak, Lirik Modif by Me)

Ariana yang sedang berkaca di ponsel tiba-tiba tertawa mendengar Jaey bernyanyi, entah apa yang dia tertawakan, apakah perubahan pada lirik lagu itu, ataukah yang lain, ia kemudian merekamnya, sementara Amanda dan Amelia menatap kesal ke Ariana.

"Rin, boleh minta tolong, ambilkan minuman." Jaey menujuk kulkas di dekat Ariana. Sementara Amanda dan Amelia tampaknya mendidih melihat kelakuan suaminya tapi sebagai istri yang baik, mereka tidak melakukan tindakan apapun.

Ariana melemparkan sekaleng minuman dan Jaey menangkapnya, membukanya dan meminumnya.

Dalam situasi seperti ini, ketika mengetahui suami mereka akan menikah dengan wanita lain, dan wanita itu satu pesawat dengannya, bagi kebanyakan orang mungkin akan terjadi perang dunia ketiga, piring atau panci melayang, tapi tidak bagi Amanda dan Amelia, mereka hanya menampakkan emosinya lewat ekspresi saja, bukan karena takut pada suaminya, bukan juga karena harta suaminya, tapi karena yang mereka tau Ariana hanyalah sebuah robot. Jika mereka tau yang sebenarnya bahwa Ariana bukan robot, entah apa yang akan terjadi.

***

Sesampainya di Indonesia. Keluarga Triliuner nan Perfectionis makan malam seperti biasa.

Namun kali ini, kursi Amanda dan Amelia terlihat kosong. Saat makan malam di hari sebelumnya, Jaey berharap kursi yang ditempati Si Oyen dapat diduduki oleh Ariana, dan itu yang memotivasinya untuk rujuk dengan Ariana, tapi makan malam kali ini seolah seperti pribahasa, ingin menangkap satu burung yang baru, eh dua burung yang sudah ditangan malah lepas, akhirnya tak satu pun burung didapat.

"Yah, ayo makan." Sedari tadi Jaey hanya melamun sambil mengaduk-aduk makanannya dengan sendok dan garpu tapi tak memakannya, sementara ketiga anaknya, Tiwi, Keza, Jaey Junior, sudah hampir selesai menyantap makanannya.

"Iya, ayah makan." Jaey Senior hanya menyendok sebutir kacang atom dan satu ikan teri di piringnya dan memakannya, hanya untuk menghargai ajakan anaknya.

"Oya, Wi, Kez, kalau kalian sudah selesai, tolong bawakan ibu kalian makanan ya, ke kamar ibu kalian masing-masing."

Sebenarnya Jaey sendiri yang ingin membawakan makanan ke masing-masing kamar istrinya, tapi karena kedua istrinya memiliki kamar terpisah, Jaey kuatir jika salah satunya di dulukan yang lainnya akan protes, jadi mungkin lebih baik menyuruh kedua putrinya saja, lagipula Jaey takut seandainya masuk ke kamar istrinya, ada benda yang akan melayang ke dirinya, atau semua make-up di meja rias akan berhamburan, para perempuan biasanya begitu, kalau marah, apapun di meja rias akan jadi sasaran.

"Iya, Yah." Kedua anaknya mengiyakan.

"Oya, Yah, kenapa kedua ibu ngambek." Tiwi, anak perempuan tertuanya bertanya.

"Ayah mau kawin lagi, itu sebabnya ibu kalian ngambeg." Tak ada rahasia di keluarga ini, dan tak ada batasan apapun, semua berhak bertanya, dan bebas berekspresi.

"Sama Tante Arin, ya Yah." Kali ini Keza, anak perempuan keduanya bertanya.

"Iya, sayang. Kuharap kalian semua tidak keberatan."

"Saya setuju, Yah, biar anak nakal ini tidak nakal lagi." Tiwi menarik-narik kaos adik laki-lakinya. Tiwi benar, misi rujuk ini agar Jaey Junior tidak nakal.

"Horee, bakal ada ibu disini." Jaey Junior bersorak, dan membuat kedua kakak perempuannya mengerlingkan mata keatas.

"Jaey, kamu nanti temui ayah di balkon ya, ayah mau bicara."

"Siap, Om."

Mereka beranjak dari meja makan, Tiwi dan Keza tampak menemui koki untuk membawakan makanan kekamar ibu mereka, sementara Jaey Junior menuju balkon menemui ayahnya.

"Nak, ayah tau kamu terlalu lama hidup diijalanan dan mungkin butuh waktu dan bimbingan ekstra, tapi setelah ibu kandungmu tinggal dirumah ini nantinya, ayah harap kamu akan jadi anak baik, karena ada banyak korban dalam upaya ini, terutama korban perasaan kedua ibu tirimu." Jaey Senior menepuk-nepuk pundak Jaey Junior.

"Amin."

"Good." Ayah pergi dulu, Jaey Senior mencium rambut putranya dan berlalu pergi.

Keza dan Tiwi rupanya mengintip, sambil melet-melet lidah ke Jaey Junior, mereka berkata "Emang enak, dimarahi ayah, wee!"

Lalu kedua kakak perempuannya buru-buru berlari pergi masuk ke kamar, karena kuatir adiknya akan melancarkan balasan tak terduga.

Sebagai sesama anak perempuan, Keza dan Tiwi cenderung lebih akrab dan terkadang tidur sekamar dalam satu ranjang, melakukan sesuatu yang umumnya anak sebaya mereka lakukan, seperti mungkin menggosipkan cowok-cowok tampan disekolah mereka, dll.

Sementara Jaey Senior berjalan-jalan mengelilingi area apartemen, mencari udara segar sambil merokok, karena tadi habis makan sebiji teri pedas.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, ia menutupkan topi sweeter ke kepalanya bermaksud untuk berolah raga lari keliling apartemen. Tapi saat dia berlari, topi sweeter penutup kepalanya terbuka, dan sontak cewek-cewek disekitar apartemen mengenalinya, terkagum-kagum dan antri menonton dirinya.

"Ada apa dengan triliuner perfect kita, berolah raga malam-malam begini." Kata salah seorang cewek sambil merekam.

Sadar dirinya jadi tontonan dan pusat perhatian cewek-cewek yang kebetulan berwisata di area apartemen, Jaey berbelok kembali menuju pintu masuk lain di apartemen. Biasanya ketika akan olahraga di luar, Asprinya, Khanif akan mensterilkan area terlebih dulu tapi kali ini Jaey sengaja pergi diam-diam tanpa memberitahu Khanif.

"Maaf, Pak, kami tidak tau bapak keluar." Khanif langsung menyambut Bossnya yang masuk dari pintu lain.

"Tidak apa-apa, Nif, aku hanya iseng saja mencari udara segar."

Jaey berlalu pergi meninggalkan Khanif, menuju kamar-kamar anaknya untuk mengecek apakah sudah tidur, biasanya Amanda dan Amelia yang melakukan ini, tapi Jaey kurang yakin dalam kondisi kedua istrinya saat ini mau melakukan rutinitas itu.

"Tok, tok.. halo!" Jaey Senior mengetuk pintu kamar Tiwi dan tak berapa lama Tiwi dan Keza menyahut berbarengan.

"Kami sudah tidur, Yah." Jaey terdiam sejenak mengetahui kedua putrinya tidur sekamar, sebetulnya tidak boleh selagi banyak kamar maka sebaiknya tidur terpisah tapi biar ibunya saja nanti yang memberitahu dan akhirnya Jaey memilih mengucapkan hal lain.

"Yayaya, ayah bisa mendengar kalau kalian sudah tidur. Oke Good night."

Sekarang Jaey Senior menuju kamar Jaey Junior, setelah pintu kamar di ketok-ketok tapi tak menyahut, mungkin sudah tidur.

Kini, Jaey Senior beralih ke kamar istri pertamanya, Amanda, namun tampaknya pintunya dikunci dari dalam, ia beralih ke kamar istri kedua, Amelia, juga sama pintu kamarnya terkunci dari dalam, ya sudah selamat tidur aja buat semuanya.

Haruskah aku menaruh bunga di depan kamar mereka, untuk menunjukkan bahwa aku perhatian, hmm, tak ada bunga, kertas aja deh, kertas putih dengan gambar bunga.

Jaey menggambar bunga dan menuliskan "I_love_u", lalu ia letakkan masing-masing di depan pintu kamar istrinya dan berlalu pergi kekamarnya sendiri.

Bersambung..

Comments

  1. Rencana Jaey Triliunner rujuk dengan Ariana akhirnya didengar oleh Hermany Moors, Iapun nampak kecewa terhadap Ariana, tetapi rasa cintanya kepada Ariana tetap ada.

    Akhirnya demi menghilangkan jejak kebencian itu Hermany Moors pergi ke Banjarnegara untuk mengasingkan diri sekaligus menjadi seorang petapa dan sekaligus mencari Pedang pusaka Guntur Biru. Dan pedang itu nantinya bakal ia gunakan untuk memenggal Jaey dari Jarak jauh.

    Namun melenyapkan Jhaey Triliuner tidak semudah yang Hermany Moors kira. Akhirnya keduanya saling adu kekuatan hingga akhirnya pertikaian itu tak pernah berakhir sebelum usia mereka sampai 300 ratus tahun.🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🤣🤣🤣 dan pas 300 tahun datang pembangkit arwah menambah 300 tahun lagi total jadi 600 umurnya 🤣

      Delete
    2. Kelamaan Huu...Keburu tua kata Hermany....Anunya Ariana juga bisa lower kaya gambar diatas, kalau nunggu sampai 600 tahun..🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete

Post a Comment