Skip to main content

Negeri Tak Kasat Mata

Sejak diumumkannya peraturan kerajaan bahwa keluarga kerajaan tidak boleh menikah dengan selain keturunan bangsawan. Sejak saat itu Pangeran Herman seakan hilang harapan untuk memiliki kekasihnya yang bukan berasal dari kalangan bangsawan. Atas keputusan Raja yang juga merupakan Ayahandanya tersebut Herman kemudian diam-diam memacu komodonya sekencang-kencangnya pergi meninggalkan istana.

Berminggu-minggu setelah dilakukannya pencarian akhirnya Pengawal istana menemukan Pangeran Herman sedang berada diatas air terjun sedang minum bersama komodonya. Meskipun Pengawal telah mengancam akan membunuh dirinya atas perintah Raja namun Herman tetap bersikeras tak mau pulang dan bahkan nekat terjun ke dasar air terjun dan menghilang.

Waktu terus berlalu sejak menghilang dari dasar air terjun kini Pangeran Herman tinggal di sebuah gubuk yang terletak di tepi sebuah danau dekat air terjun tersebut setelah dirinya ditemukan terdampar dan diselamatkan oleh seorang Nyai.

"Dimana ini?" tanya Herman pada Nyai itu.

"Santai Nak.. Kamu sedang berada dalam Game Ilusion" jawab Nyai itu misterius.

"Apa itu Game Ilusion? Dan dimana komodo Saya?" tanya Herman lagi.

"Istana, Raja, Pangeran, Pengawal, Air Terjun, Komodo, semua itu hanya ilusimu saja, Nak.. Kami sengaja menciptakan ilusi itu untukmu." jawab Nyai itu.

"Saya tidak mengerti apa maksud Nyai?"

"Beberapa waktu lalu kamu telah memakan krupuk ilusionis dimana kamu akan otomatis ber-ilusi menjadi apapun yang kami inginkan setelah kamu memakannya."

"Siapa Anda Nyai? Bagaimana Nyai bisa tau kalau Saya makan krupuk?"

"Kamu mungkin pernah mendengar cerita rakyat yang cukup familiar di negeri ini dimana ada sebuah negeri tak kasat mata yang jika dilihat dari luar tak-kan terlihat oleh penglihatan mata manusia biasa namun jika telah berada di dalamnya kamu akan bisa melihat seisinya. Penduduknya bisa menyerupai siapapun termasuk menyerupai penjual krupuk dan mungkin tanpa kamu sadari kamu telah membeli krupuk darinya. Nah.. Game Ilusi ini hampir sama seperti kisah itu dan saat ini kamu sedang berada di dalam negeri tak kasat mata tersebut. Yang letaknya didasar air terjun ini dan tak ada seorang pun manusia yang bisa melihat kita disini kecuali paranormal."

"Wow.. Saya terkesan! Jadi, Siapa Anda Nyai?" tanya Herman dengan mulai agak sedikit santai, beranjak dari tempat duduknya yang terbuat dari kursi kayu yang berada di halaman teras gubuk tersebut.

"Sebelum mengatakan siapa Aku, sebaiknya kamu makan dulu, Nak.." Nyai itu menyuguhkan satu porsi mie rebus yang tersaji dalam tempurung sebagai mangkoknya dan meletakkan di atas sebuah meja kayu.

"Jadi bagaimana nasib mereka jika telah masuk ke negeri tak kasat mata ini?" tanya Herman sambil menyantap mie rebus dihadapannya dan sesekali mereguk air kopi dari gelas bambu yang juga disuguhkan Nyai itu padanya.

"Kamu akan melihat pemandangan yang indah, hal-hal mewah bernuansa kerajaan, makanan yang tampak enak dan sebagianya. Tapi semua itu hanya ilusi yang sebenarnya bisa saja makanan yang kamu makan adalah cacing yang tampak seperti mie rebus."

"Apaah? Cacing.." Herman tampak kaget dan memandang kearah mangkok tempurung yang isinya sudah ludes disantapnya. Sontak ia berlari menuju tepi danau untuk berkumur-kumur.

Nyai itu menyusulnya ketepi danau dan menepuk-nepuk pundaknya seraya tersenyum "Hehe, tenang Nak... Itu hanya ilusi saja. Kau tidak benar-benar memakannya."

"Oh syukurlah, kalau begitu tolong tunjukkan cara pulang, Saya ingin pulang atau keluar dari Game ini."

"Baiklah Nak. Teruslah berjalan maka kamu akan bertemu sekelompok anak-anak yang sedang bermain pada jam 11 malam dan bertanyalah pada salah seorang dari mereka dan tanyakan dimana tempat lomba gaple lalu ikutlah dalam perlombaan gaple tersebut dan jika kamu menang akan ada seorang gadis yang mungkin telah kamu kenal sebelumnya dialah yang nantinya akan menunjukkan padamu jalan keluar dari Game ilusi ini."

***

Tak terasa sembilan bulan sudah Herman berada dalam Negeri tak kasat mata dengan berbagai lika-liku tantangan game didalamnya dan akhirnya ia sampai pada game level akhir yaitu bertemu seorang gadis yang akan membawanya keluar dari game ilusi tersebut. Namun betapa terkejutnya Herman ketika melihat gadis itu yang ternyata adalah seorang gadis yang sangat ia rindukan selama ini, gadis yang sudah sejak lama menghilang dari kehidupannya.

"Mas, kamu disini?" sapa gadis itu ketika melihat kemunculan Herman dihadapannya. Herman masih tak bergeming bahkan ketika gadis itu memeluknya. Segera Herman tersadar bahwa ini hanya ilusi tapi ia tak mampu menolak pelukan hangat gadis yang pernah dan masih sangat ia sayangi itu, gadis yang selalu menghiasi hari-harinya semasa di dunia nyata.

"Seorang Nyai misterius penghuni air terjun disana mengatakan akan ada seroang gadis yang bisa membantuku keluar dari sini, Apakah gadis itu kamu?" tanya Herman yang akhirnya bisa menguasai diri dan membuka percakapan dengan gadis itu. Namun gadis itu hanya menunduk, seolah tak rela kalau nantinya Herman akan pergi.

Sambil meraih jari-jemari gadis itu, Herman menatapnya lekat, dari sorot matanya seolah menanyakan ulang pertanyaan yang baru saja ia tanyakan.

Melihat raut wajah Herman yang tampak gelisah akhirnya gadis itu menjawab pertanyaannya dengan suara pelan "Seperti itulah cara keluar dari sini, Mas."

"Yaitu, Mas harus melakukan semuanya seperti apa yang Nyai itu lakukan pada Mas, Mulai dari menyerupai penjual krupuk dan menjual krupuk yang telah dibubuhi mantra ilusi hingga ada seseorang yang pantas dan terpilih dari sekian banyak pembeli krupuk yang memakannya hingga mereka terpengaruh ilusi lalu merasa dikejar rombongan pasukan kerajaan kemudian menyelamatkan diri dengan melompat ke air terjun, terdampar ditepi danau, lalu Mas menyelamatkannya setelah itu dialah yang akan menggantikan Mas disini dan secara otomatis Mas akan keluar secara ajaib dari tempat ini, Hmm.." tutur gadis itu menjelaskan.

"Lalu bagaimana denganmu jika aku bisa keluar dari sini. Apakah kau akan tetap tinggal disini dan kita akan berpisah kembali?" tanya Herman dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Iya Mas, sudah menjadi takdirku akan selamanya tinggal disini."

"Apa Mas juga akan pergi nantinya kalau sudah ada penggantinya?" gadis itu balik bertanya.

"Tik tok tik tok.." Herman berfikir sejenak kemudian melanjutkan kata-katanya; "Mencari pengganti itu tak mudah. Seperti yang telah kamu katakan harus ada seseorang yang pas dari semua pembeli yang memakan krupuk ilusi itu. Jadi, mungkin aku akan tinggal disini sampai menemukan penggantiku." jelas Herman sambil membersihkan tangan setelah menambah ranting pada api unggun lalu ia kembali menghampiri gadis itu.

"Hmm.." gumam gadis itu merebahkan kepalanya di pundak Herman.

"Kenapa mesti Hmm?" tanya Herman bingung tapi tak terdengar lagi jawaban dari gadis itu. Herman hanya bisa memandang langit penuh bintang dari bawah satu-satunya pohon yang berada di padang rumput nan luas tempat mereka berteduh malam itu. Tamat!

Comments

  1. Lah nanggung amat ceritanya kang..

    ReplyDelete
  2. @Hermansyah, Biasa gan penyakit lama muncul.. baru menulis setengah langsung bosen sendiri akhirnya prematur lahir sebelum waktunya, hihi..

    ReplyDelete
  3. Wah, suhu jaey ternyata pintar juga bikin cerpen ya. Aku bikin cerpen apa ya enaknya? Ntar aku mikir dulu Tik tok tik tok tik tok..😂

    ReplyDelete
  4. Wah, kok namanya jadi unknown.😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siapa itu komennya mas juga ya 😀

      Delete
  5. Makanya makan dulu kalau mau komen..xixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas agus ya itu yg unknown.

      Delete
    2. Iya, siapa lagi dan emang udah kebiasaan dia komen pakai unknown dulu baru pakai namanya..hihihi

      Delete
  6. 😂😂😂😂 Waahh pasti Hermansyah requessannya nih.. Bentar gw terawang dulu cetpennya..😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ati2 keterawang rongdo sebelah 😂

      Delete

Post a Comment