Entah kenapa aku seperti pernah mengalami kejadian ini sebelumnya, melihat jalanan ini, pohon-pohonnya bahkan orang-orang dikawasan ini. Dengan langkah gontai aku terus menyusuri trotoar sepulang sekolah siang itu, keringat mulai bercucuran membasahi keningku, matahari siang itu terik sekali tapi aku tetap berjalan dengan santai dan meneruskan langkah demi langkah. Sesekali aku tersenyum mengingat pikiranku sendiri "Ya iyalah aku seperti mengenal jalanan ini, kan setiap pulang sekolah aku lewat sini" pikirku. Lagi-lagi aku tersenyum oleh pikiranku sendiri.
"Tiit..titt" suara klakson itu membuyarkan lamunanku seiring sebuah mobil pick up berhenti tepat disampingku. Tanpa aba-aba akupun langsung masuk ke mobil.
"Kemana kita akhir pekan ini" tanyaku pada orang yang menyetir mobil itu. Sambil melepas ransel di punggungku dan meggunakannya untuk menyeka keringatku.
"Kali ini kita akan bertualang keluar kota" jawabnya tersenyum namun tatapannya terus mengarah kedepan memperhatikan setiap ruas jalan yang kami lalui.
Seperti biasa pada hari ini setiap hari sabtu dia selalu menjemputku dalam perjalanan pulang sekolah dan biasanya kami langsung jalan-jalan sampai sore hingga malam meskipun masih mengenakan seragam sekolah. Namun sabtu kali ini berbeda, kami harus keluar kota untuk menggantikan pamannya mengantarkan sebuah paket.
"Paket apa itu, Sul?" tanyaku. Sesekali aku mengarahkan pandangan kebelakang mobil melihat paket itu, sesuatu yang tampak seperti sebuah peti mati namun dua kali lebih tinggi dari biasanya serta terbungkus rapat dengan plastik putih transparan.
"Entahlah aku juga tidak tahu." ujarnya dengan nada datar.
Mobil terus melaju dalam perjalanan kami keluar kota, kami harus menumpuh perjalanan sekitar 8 jam untuk sampai ke kota tujuan. Sepanjang perjalanan terlihat sangat sepi, mungkin hanya kami satu-satunya pengendara di jalan itu. Sekelilingnya hanya tampak barisan pohon hutan yang lebat dan jalanan yang cukup lebar dan terawat menambah keheningan perjalanan kami jelang sore itu. Mulai tampak langit kuning kemerahan petanda senja akan tiba, sekitar beberapa jam sekali kami berpapasan dengan mobil lainnya. Ada bunyi khas yang kurasakan ketika mobil berpapasan, bunyi tersebut seolah masuk kedalam pikiranku dan membuatku terpejam sesaat.
Sejenak terlintas dipikiranku perihal jalanan ini, sama seperti yang aku alami tadi siang yaitu aku merasa seperti pernah mengalami kejadian ini sebelumnya, melihat jalanan ini, pohon-pohonnya.
"Sul, ini aneh. Lagi-lagi aku seperti merasakan semua ini pernah terjadi.." ucapku mencoba memecah kesunyian. Sesekali aku melirik peti yang ada di belakang mobil.
"Hahaha..!!" sontak samsul tertawa. "Sob.. Sob..! Sobri, Kejadian apa? Kamu mau nakut-nakutin saya ya, Kaga mempan!" ucap Samsul masih menyisakan senyum dibibirnya.
Akupun hanya tersenyum mendengar pernyataan sobatku itu dan mengalihkan pandangan keluar jendela mobil.
8 jam berlalu akhirnya kami sampai di tempat tujuan, kami bergegas menurunkan peti yang ada di belakang mobil itu dan dibantu beberapa orang yang memang sudah menunggu disana. Saat aku membantu mengangkat peti itu aku merasa seperti sedang menggenggam es batu yang begitu dingin, aku berfikir sepertinya peti itu berisi banyak es untuk mengawetkan sesuatu. Dan benar adanya, setelah peti dibuka tampak mahluk yang memiliki dua bola mata diluar kepalanya serta terdapat semacam tanduk berduri dikepalanya, memiliki tubuh bungkuk dan bau amis. Sekilas udang-udang tersebut tampak seperti jenglot yang pernah aku saksikan di telivisi.
Melihat semua itu aku mundur beberapa langkah. "Wajahmu tampak pucat, ada apa?" tanya samsul. "Tidak apa-apa, mungkin aku hanya sedikit lapar" kataku pada samsul. "Kau pasti lapar ya melihat udang-udang itu" ledek samsul seraya menyodorkan sebotol minuman. "Huuuh.." aku menghela nafas panjang. Sementara itu bapak-bapak penerima paket tadi menghampiri kami, ia menawarkan agar kami menginap dirumahnya malam ini sebelum melanjutkan perjalanan pulang esok hari.
***
"Kota yang aneh." pikirku. Sejak tadi malam aku merasakan banyak hal aneh, tidak ada satupun kendaraan di jalan raya ataupun pedagang, padahal ini termasuk kota padat penduduk sama seperti halnya di kotaku. Aku berfikir pasti telah terjadi sesuatu di kota ini, mungkin ada semacam Alien atau sejenisnya.
Keesokan harinya tepat pada hari minggu pagi-pagi sekali kami bersiap-siap untuk perjalanan pulang. Suasana pasar di kota itu masih dalam keadaan sepi tak satu orang pun kecuali kami. Sambil mempersiapkan segala sesuatunya seperti memanaskan mesin mobil dan lainnya tiba-tiba warga membuka pintu rumahnya masing-masing. Mereka menatap ke arah kami dan beberapa dari mereka mendekat kearah kami dengan cara tidak biasa. Kami sedikit menunduk dan tersenyum mencoba memberikan salam hangat pada mereka tapi mereka terus menatap dengan tatapan aneh.
"Apakah mereka akan mendemo kita" bisik Samsul padaku.
"Atau mungkin juga Zombie yang ingin memangsa kita" jawabku sekenanya.
"Zombie?" ujar Samsul mengulang perkataanku. Sejenak kemudian ia mengisyaratkan agar aku masuk mobil. Setelah kami berada dalam mobil tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak dari depan mobil berdiri mencegat kami. Tampak ada darah segar yang menempel pada lengan dan pipinya serta mengenggam sebilah kampak di tangannya.
Tanpa pikir panjang kami langsung tancap gas memundurkan mobil dan pergi dari kota itu. Kami tak tau pasti apa yang terjadi, apakah bapak-bapak itu pekerja di pasar ikan yang baru saja memotong ayam atau ikan dan apakah mereka semua menatap kami karena kami mengenakan seragam sekolah pada hari minggu atau kota zombie memang benar-benar ada! Tamat Wkwkkk.
Hmmm nggak boleh tuh suudzan heheh
ReplyDeleteKejadian nyata bukan ini gan. Hihiii
ReplyDeletekumbal ya gan www.artikel.us
Atau jangan-jangan mereka sedang mimpi...wkwk
ReplyDeletehem, menurutku salah satu dari mereka ini, Samsul dan Sobri, sedang bermipi bertemu Zombie
ReplyDeleteEfek terlalu banyak nonton film horor nih
eh iya malam Jum'at yang horor nih judulnya
hehe
@Faranggi Lutvika, cuma lelucon aja kok non hehe
ReplyDelete@Farid SEO, kisah nyata tapi sudah diberi bumbu hingga 99.99%
@Lisa Nel, bisa jadi mba.
@Maya, nah itu dia mba, td pas mau posting bingung mau bikin judulnya jadi ta kasi judul asal aja hehe
Baru membaca paragraf pertama, aku sudah nggak bisa nahan sesuatu yg ingin keluar.
ReplyDeleteSuara tawa maksudnya. Hehe
Dan pada akhir cerita,___
Tertawaku bener2 lepas landas dari tempat persembunyiannya.
Pantes aja orang2 pada menatap Samsul dan Sobri dengan tatapan aneh.
Lah, mereka berdua sedang ngelindur (mimpi), rupanya. Hari minggu mau berangkat sekolah. Haha
@Djacka Artub, sbnarnya ga mimpi kang tapi memang sejak hari sabtu sampai minggu blm ganti baju, hehe!
ReplyDeleteNjirr zombie :v aku kira itu dalem petinya malah mayat :v dan ku kira si Sobri punya kempampuan khusus gitu bisa kaya dejavu :V// fix kebanyakan nonton film :V
ReplyDeleteHaduh, dari awalnya saja udah lucu,
ReplyDeleteSungguh cerpen yang bsa membuatku tertawa ria dan bisa melupakan kejadian d dunia nyata.
Wkwkwkwk