Skip to main content

Duri Duri Sueee Cinta Masalalu


Satria benar-benar merasa terpukul batinnya setelah mengetahui bahwa gadis yang menjadi incarannya, Widi, lebih memilih untuk bertunangan dengan pria lain. Meski begitu ia tetap datang memenuhi undangan pertunangan Widi. Mulai dari menyanyikan lagu tenda biru sampai gelas-gelas kaca ia lantunkan pada acara pertunangan itu, air matanya terus berurai namun tak ada satupun dari undangan yang peduli.

"Dimanakah ku sedang berdiri ku tetap sendiri, kaki telanjang tanpa seorangpun yang akan mau peduli.." suara parau dari penggalan lagu Ada Band tersebut semakin menghancurkan suasana hatinya. Ia terus memacu Mobilnya, tak tentu arah hingga ia tak sadar berada di area kebun durian disebuah perkampungan.
"Dimana aku.." ucapnya membatin sambil melihat lihat kearah sekitar kebun durian tersebut, gelap gulita, hanya sedikit pancaran cahaya dari ventilasi rumah warga yang cukup jauh, malam itu.

*** 1 tahun berlalu.

Sore itu disebuah terminal bus. Tampak seorang pemuda bernama Herman sedang asik santai memakan semangkuk mie. Tampak raut wajah bahagia diwajahnya karena sebentar lagi ia akan dapat segera bertemu dengan kekasihnya yang sangat ia rindukan, Eny, yang ia kenal di medsos. Tempat tinggal Eny cukup jauh dari tempat tinggal Herman. Jakarta menuju Kampung Durian.

Bus berangkat melaju menuju Kampung Durian, Herman tertidur karena menempuh perjalanan cukup jauh. Hingga sampai disekitar perkebunan durian, bus terhenti, bannya kempes, teriakan supir membangunkannya.

Hari semakin senja, Herman keluar bus dan berjalan-jalan disekitar. Pandangannya tertarik pada sebuah mobil berdebu didekat semak-semak. Ia mendekat, mengusap-usap kaca mobil tersebut dari luar, namun gelap.

Ia kembali ke perhentian bus yang ia tumpangi tadi, namun tak ada siapa2 disana, mungkin sudah pergi meninggalkannya. Karena sudah malam tak ada pilihan lain selain menginap di mobil milik Satria tersebut.

*** Kemana Satria selama 1 tahun ini.

Rupanya Satria memilih tinggal di Kampung Durian tersebut selama setahun belakangan ini. Dia mendapat dua orang teman baru dari pemuda kampung setempat, Agus dan Budi.

Malam ini mereka bertiga seperti biasanya bertugas mengecek durian jatuh. Mereka bertiga merupakan anak buah dari pemilik kebun, Juragan Amrana.

"Kita harus cepat", ucap Budi.
"Betul, setelah selesai mencari durian kita harus cepat-cepat kembali.." timpal Agus.
"Entu juragan, nikah lagi sama bini keberapa?" tanya Satria.

Sambil tergopoh gopoh mereka bertiga berjalan secepat mungkin karena harus cepat kembali untuk mengurus malam resepsi pernikahan juragan mereka.

"Ketiga, Kang..", jawab Agus menjawab pertanyaan Satria.
"Siapa saja nama bininya, Bud?" Tanya Agus melempar pertanyaan pada Budi.
"Rini, Lisa, dan yang baru ini, Eny.." jawab Budi.
"Kuat juga entu Juragan belah duren.." seloroh Satria.
"Namanya juga Juragan duren, Kang..", timpal Agus.

Dari kejauhan samar terlihat sebuah mobil putih milik Satria yang terparkir disemak semak. Semakin dekat, arah senter mereka menyorot mobil tersebut, tampak seorang pemuda yang tampaknya tidur meringkuk disemak semak dekat mobil.

Setelah membangunkan pemuda tersebut yang tak lain adalah Herman, setelah berkenalan dan bertanya serta bercerita seperlunya tentang apa yang dialaminya tadi sore bahwa bus meninggalkannya. Agus, Satria, Budi, mengangguk tanda mengerti dengan apa yang terjadi pada Herman.

*** 1 jam berlalu.

Saat mereka berempat kembali ke perkampungan, Kampung Durian, setelah selesai mengecek Kebun Durian. Terdengar suara musik dangdut koplo dari tempat acara pernikahan Juragan Amrana dan Eny Ningsih.

Betapa terkejutnya Herman menyaksikan persandingan kekasihnya dengan pria lain di plaminan. Masih segar di ingatannya tadi sore bayang bayang kebahagian saat bertemu Eny nanti. Namun yang ia dapati justru sebaliknya, serasa tertimpa durian runtuh.

Perlahan ia mendekat ke plaminan untuk bersalaman dan memberi ucapan selamat disusul oleh Budi, Agus, Satria, dari belakang.

Budi dan Agus berlari kepanggung sementara Satria dan Herman ke kursi tamu undangan.

Budi mulai bernyanyi di panggung duet bareng Agus.
"Sakitnya tuh disini didalam hatiku.. sakit.. sakit.. sakitnya tuh disini.."
Setelah berduet bareng Agus menyanyikan lagu Cita Citata, Budi mendadak MC,
"Mari kita sambut Saudara Herman dari JKT.."
Tepuk tangan para undangan terpaksa membuat Herman naik kepanggung dan menyanyikan sebuah lagu dari Nike Ardilla.

"Jenuh aku mendengar manisnya kata cinta lebih baik sendiri.."
Tatapan Herman terus tertuju pada Eny, tampak jelas mereka berdua meneteskan air mata tanpa henti.
Sampai pada lirik, "Malam malam aku sendiri.. tanpa cintamu lagi.."
Herman pun terjatuh pingsan.

Dari kursi tamu undangan, Satria tak kalah histeris, kejadian 5 tahun silam yang pernah menimpa padanya kini terulang lagi, meskipun terjadi pada Herman namun bayang-bayang kelam masalalu yang coba ia kubur dalam-dalam kini muncul kembali.

Comments

  1. Haalaaa!! Suuueee..🤯🤒

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lama2 keyword suee jd trends nih di google 😅

      Delete
  2. Hahaha..
    Kasihan Herman, ditinggal kawin Eny sama pak Nana.

    Tenang mas Herman, Eny hilang, ada jaey gantinya...😁😁😁

    ReplyDelete
  3. Eh ngomong-ngomong kejadian 5 tahun lalu yang menimpa satria itu apa ya, bukannya kejadian satria dan Widi itu satu tahun sebelumnya.

    Atau lima tahun lalu ada kejadian satria dan pak Nana kali ya..🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, awalnya nulis 5 tahun terus tak edit jadi 1 tahun.. eh rupanya ada yg tertinggal tidak ikut ke edit 😅

      Delete
    2. Cuma fokus pada kata sue doang sih..😄

      Delete
  4. Kasihan Herman ya
    Ternyata yang senasib seperti heman banyak juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satunya bukan mas. Ups

      Delete
    2. Di dunia nyata banyak video viral yg mengalami itu, saya inspirasinya dr video2 itu 😅

      @Mangs, bisa jadi Mangs 😅

      Delete
  5. Berbicara cinta begini suka nyeksek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mangs, tapi Kang Satria org yg kuat, ga pernah kapok nyari rongdo baru 😃

      Delete
  6. Kasihan si Herman.. hiks (nangis sampai guling-guling)

    ReplyDelete

Post a Comment