Skip to main content

Tulislah Singkat Saja Jangan Menyiksa Pembaca!

Tulislah Singkat Saja Jangan Menyiksa Pembaca!

Saya setuju sama pendapat Pepih Nugraha berikut ini 😅.

***

Jika Umberto Eco memberi nasihat "singkatlah!" kepada para penulis yang tengah mengembangkan karyanya, saya ingin menafsir nasihat novelis Italia dengan karya terkenal "The Name of The Rose" itu dengan satu anjuran: jangan "menyiksa pembaca!"

Sesungguhnya ada hubungan antara tindakan imperatif "singkatlah" Eco dengan anjuran "jangan menyiksa pembaca"-nya saya, terkait dalam proses penulisan. 

Adalah suatu kecenderungan bahwa seorang penulis selalu ingin memuaskan pembaca dengan kalimat yang panjang serta "terkesan" lengkap dan "indah". Padahal "lengkap" dan "indah" tidak harus berpanjang-panjang. Mengutip nasihat Eco, "Singkatlah!"

Bagi YB Mangunwijaya dalam karya novel "Burung-burung Manyar", semakin panjang dan "jlimet" kalimat yang ia buat, semakin beratlah bobot bahasa yang ditampilkan. 

Anda yang tidak terbiasa dengan induk kalimat yang melahirkan anak-anak kalimat, setiap anak kalimat melahirkan cucu-cucu kalimat, setiap cucu kalimat melahirkan cicit-cicit kalimat, niscaya akan mengerutkan dahi keras-keras. Percaya atau tidak, induk-anak-cucu-cicit bahkan sampai piut kalimat ada dalam satu kalimat, tidak peduli satu kalimat panjangnya menjadi satu halaman buku!

Tetapi itulah YB Mangunwijaya dengan segala kekhasannya, dengan kecanggihannya berpikir, dan kekompleksitasannya dalam menyusun satu kalimat yang bagi dia terasa indah dan menawan, tetapi bagi saya... itu sangat menyiksa. Ya, menyiksa pembaca!    

"Singkat," kata Eco sekali lagi. "Coba ungkapkan pikiran Anda dengan jumlah kata yang sesedikit mungkin, hindari kalimat yang panjang atau kalimat yang terputus oleh frasa insidental yang selalu membingungkan pembaca biasa."

Bagi Eco, kalimat yang singkat dan jelas -maksudnya "clear" dan tidak ambigu- dimaksudkan agar pesan yang disampaikan penulis tidak tercemar oleh penjelasan yang tidak perlu dan terlalu spesifik, seolah-olah segala hal harus dijelaskan dalam satu kalimat. Akibatnya, dalam satu kalimat berjejal-jejal segala macam informasi.

Saya terbiasa menghindari informasi yang berjejalan seperti warga berebut sembako itu dengan metoda "mind mapping" atau pemetaan pikiran, sehingga dengan mudah dapat menyiangi kata-kata atau kalimat yang tidak perlu, yang tidak "nyambung" dengan gagasan utama. 

Rumus lainnya sangat sederhana, yaitu kalimat SPOK yang berisi Subjek-Predikat-Objek-Keterangan. SUBJEK adalah pelaku yang melakukan pekerjaan tertentu, PREDIKAT adalah apa yang dikerjakan si pelaku, OBJEK adalah segala hal yang dikerjakan si pelaku dan KETERANGAN adalah informasi tambahan yang memperjelas kapan dan di mana si pelaku melakukan pekerjaan itu.

Gengsikah Anda dalam sebuah penulisan kreatif (creative writing) menulis kalimat: "Ia menempeleng seorang anak di halaman sekolah"? Tidak perlu gengsi, itulah kalimat sederhana yang hanya terdiri dari SPOK. 

Sekarang mainkan imajinasi Anda dengan menyisipkan informasi tambahan, tetapi tidak dimaksudkan menyulitkan pembaca, semata-mata untuk keindahan. "Tanpa rasa belas kasih, pria berbadan kekar itu menempeleng seorang anak yang tampak tidak berdaya di halaman sekolah yang penuh dengan kerumunan orang." 

Sekarang kalimat yang sama saya coba tulis dengan gaya YB Mangunwijaya: "Tanpa rasa belas kasih -seharusnya ini sifat hakiki yang harus dimiliki seorang insan, merujuk pada pendapat Epicurus dalam buku yang ditulisnya pada masa silam, yang sezaman dengan kelahiran kitab-kitab suci berisi ajakan moral dan kebaikan- pria berbadan kekar seperti Samson dalam cerita legenda yang mendunia itu menempeleng -perisinya memukul dengan sangat keras seperti seorang petarung octagon melampiaskan kesumat pada lawannya- seorang anak (mungkin menjelang akil balig) yang tampak tidak berdaya seperti seekor ayam kehabisan tenaga di halaman sekolah dekat bangunan gereja tua yang penuh dengan kerumunan orang dari berbagai kalangan."

Tanpa mengurangi rasa hormat pada Romo Mangun, kalimat dengan gaya seperti itu sungguh menyiksa pembaca. Dalam menulis, saya berempati kepada pembaca untuk tidak menyiksa pembaca dengan kalimat yang kompleks, rumit dan "njlimet" bagai benang kusut itu.

Saya teringat pesan Umberto Eco, "Singkatlah!"

Tirulah!

Pepih Nugraha

***

Sumber: Facebook Pepih Nugraha.

Mumpung jaman AI, berikut ini pandangan AI mengenai hal tersebut.


Dalam dunia penulisan, kemampuan untuk menyampaikan pesan secara efektif adalah kunci utama. Namun, terlalu sering penulis terjebak dalam keinginan untuk menampilkan pengetahuan mereka secara mendalam, yang dapat berakhir menyiksa pembaca. Artikel ini akan membahas pentingnya menulis singkat dan tetap mempertahankan kualitas konten agar pembaca tetap terlibat.

1. Kenali Sasaran Pembaca:


Sebelum menulis, penting untuk mengenali audiens Anda. Apakah mereka ahli di bidang ini atau pemula? Dengan memahami siapa yang akan membaca tulisan Anda, Anda dapat menyesuaikan gaya dan kedalaman konten agar sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.

2. Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami:


Hindari menggunakan jargon atau frase yang rumit, kecuali jika memang diperlukan dalam konteks tertentu. Lebih baik menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami agar pembaca tidak merasa kewalahan dengan istilah yang asing bagi mereka.

3. Fokus pada Poin Utama:


Ketika menulis, tetaplah fokus pada poin utama. Jangan terjebak dalam pengulangan atau informasi yang kurang relevan. Pembaca ingin mendapatkan informasi penting secara jelas dan padat.

4. Gunakan Paragraf Pendek:


Paragraf yang panjang dapat membuat pembaca kesulitan untuk mengikuti alur cerita. Lebih baik gunakan paragraf yang pendek dan padat agar pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur cerita dan informasi yang disajikan.

5. Gunakan Pembuatan Poin:


Penggunaan pembuatan poin atau bullet points dapat membantu menyajikan informasi dengan jelas dan ringkas. Ini mempermudah pembaca untuk menyerap informasi penting tanpa harus membaca paragraf yang panjang.

6. Hindari Pengulangan yang Berlebihan:


Pengulangan dapat menyebabkan pembaca bosan. Jika Anda telah menyampaikan informasi di satu bagian tulisan, hindari mengulangnya lagi di bagian lain, kecuali ada kebutuhan khusus.

7. Sunting dan Edit:


Setelah menulis, luangkan waktu untuk menyunting dan mengedit tulisan Anda. Singkirkan kata-kata atau kalimat yang tidak perlu dan pastikan tulisan tetap ringkas namun bermakna.

Menulis singkat bukan berarti mengorbankan kualitas konten. Sebaliknya, tulislah dengan fokus pada poin utama, gunakan bahasa yang mudah dipahami, dan hindari pengulangan yang berlebihan. Dengan cara ini, Anda akan menarik pembaca dan memberikan mereka pengalaman membaca yang menyenangkan tanpa menyiksa mereka dengan informasi yang berlebihan.

Comments

  1. Sip mas.👍

    (Komen singkat saja 🤣)

    ReplyDelete
  2. wah ternyata menulis itu lebih kompleks ya mas kalo di jabarkan dengan detail, ada anak kalimata sampai cicit kalimat :D

    kalo dalam tulisan blog gw sutuju banget, mmlmbuat tulisan yang singkat tapi biara gak menyiksa yang baca :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak begitu juga mas, maksud tulisan ini lebih kearah jangan banyak melantur dalam tulisan.

      Kan ada tuh postingan, yg bahas ini, bahas itu, dlm satu post sehingga kita bingung inti postnya apa.

      Delete
  3. Benar juga yee Huu.. Berkomentar mau pun menulis akan lebih baik tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek pula.😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Inti postingan ini lebih kearah ajakan jangan banyak melantur dalam tulisan huu.. dan lebih dikhususkan untuk tulisan serius, kalau tulisan blog/medsos maupun komentar blog/medsos yg sifatnya fun.. sebaiknya sebebas-bebasnya saja huu 😅

      Delete
  4. singkap, padat dan informatif....

    # Menurut sebuah penelitian, kosentrasi membaca orang Indonesia cuma 250 kata.....
    setelah itu melayang entah ke mana.... hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya pokonya melayang 🤣, terlebih jika tulisannya bukan minat kita makin cepat pudar konsennya.

      Delete
  5. buru2 auto ngecek blog sendiri... sedih saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan sedih Bang, silakan pahami kata demi kata posting diatas, apa tujuan, arah dan maknanya. Jika paham tentu tak akan sedih malah akan senang.

      Delete

Post a Comment