Cerpen: Jelangkung Generasi Z

Kisah bermula ketika Satria, Agus, Yuni dan Herman mendownload sebuah aplikasi chat bernama Jelangkung Gen-Z di internet, mereka memainkannya secara online berempat. Permainan yang sama seperti saat bermain secara tradisional, menuliskan sebuah pertanyaan pada aplkasi dan mendapatkan jawaban. Sampai suatu hari tanpa sadar beberapa dari mereka telah melanggar perjanjian pada persyaratan aplikasi dan mendapat hukuman tidak boleh menggunakan aplikasi selama 3 hari.

Selama 3 hari itu teror demi teror hantu terus menghantui mereka. Pada suatu perjalanan menuju tempat wisata di luar kota, secara tak sadar kendaraan yang mereka kendarai masuk kedunia lain. Apakah mereka berempat berhasil keluar dari dunia lain ataukah mereka akan menjadi penghuni dunia lain selamanya, inilah misteri Apps Jelangkung Gen-Z.

"Ini salah kalian, melanggar peraturan apps, berkata rongdo sebagai candaan." sesal Yuni, pada teman-temannya.

Tak ada petunjuk bagaimana cara keluar dari tempat itu, sementara satu-satunya petunjuk adalah aplikasi tersebut tapi mereka harus menunggu selama 3 hari untuk bisa lepas dari hukuman dan bisa menggunakannya lagi.

Sebuah tempat yang sebenarnya tidak terlalu buruk sebagai tempat hukuman, bahkan ini tempat hukuman terindah yang pernah ada, sebuah tempat wisata yang memang menjadi tujuan mereka sebelumnya hanya saja ini tiruan, tidak terlihat oleh manusia lain kecuali mereka berempat.

Terdapat arena balap motor dan juga pantai pasir putih lengkap dengan lusinan rongdo sedang berjemur serta taman bunga serta kolam indah berair warna hijau.

"Yuni hilang." ucap Herman lemas. "Apa?" jawab Agus meremas kedua dada Herman, mencengkram bajunya dan mendorong Herman hingga tersandar kepohon kelapa. "Kamu kan pacarnya, kenapa kamu tidak menjaganya." ancam Agus, dan sesaat kemudian melepas cengkramannya.

Brem.. Brem.. Seorang pria dengan motornya datang menghampiri "Sudah saya cari kemana-kemana, area destinasi ini, tapi nihil.." ucap Satria, mengangkat kedua bahunya.

"Huwaa.. Adik ku hilang." teriak Agus, dengan langkah gontai menuju bibir pantai, jatuh bersimpuh di pasir putih. Lalu bangkit dan mengahampiri kedua temannya. "Ini salah kalian.." ucapnya dengan berang menunjuk-nunjuk kedua temannya. "Kalau saja kalian tidak mengucapkan kata terlarang itu, kita tidak akan tersesat disini dan adik ku tidak akan hilang." tambahnya. "Harus bagaimana aku menjelaskannya nanti pada Ayah dan Ibu." rengek Agus dan menangis sejadi-jadinya.

"Ah.. Koe main asal tuduh semvarangan." sahut Satria tak kalah emosi. Lalu memain-mainkan gas motornya dan jamping pergi, hampir saja ban depan motornya mengenai Herman dan ban belakang membuat Agus kecipratan pasir.

***

Dua hari berlalu tapi orang yang di tunggu belum muncul juga. "Kemana ya mereka? Hapenya mereka juga tidak aktif." tanya Jaka dalam hati, cemas. Dua hari sebelumnya mereka memang telah janjian ingin berwisata kedaerah tempat tinggal Jaka, namun Jaka tidak mengetahui kalau keempat temannya telah tersesat kedunia lain. Dari kejauhan Jaka melihat warga seperti mengerumuni sesuatu, dan ternyata itu Yuni, lagi jualan buku. Setelah mendengar cerita dari Yuni, Jaka mengangguk mengerti apa yang terjadi.

Mengeluarkan smartphone dari balik jaketnya, dan mengetik sesuatu pada aplikasi Jelangkung Gen-Z. "Bagaimana cara mengeluarkan ketiga teman saya yang terjebak di dunia lain?" tulis Jaka.

Sesaat kemudian muncul balasan. "Batalkan perjanjian lalu klik Log-out. Namun ketiga teman anda baru akan bisa melakukannya setelah menyelesaikan 3 hari masa hukuman." balas aplikasi tersebut.

"Ya begitulah, Yun." ucap Jaka memperlihatkan balasan chat itu kepada Yuni.

"Tapi omong-omong, bagaimana kamu bisa keluar dari sana Yun?" tanya Jaka, bingung. Sejenak Yuni menatap Jaka dalam-dalam, matanya yang berubah memerah membuat Jaka lari pontang-panting. "IH, malah lari, orang ngantuk juga." ucap Yuni, tersenyum. TAMAT.